Prinsip-prinsip Dasar Metode Pendidikan Kepramukaan

22 2 Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia; 3 Patriot yang sopan dan ksatria; 4 Patuh dan suka bermusyawarah; 5 Rela Menolong dan Tabah; 6 Rajin, Trampil dan Gembira; 7 Hemat, cermat dan bersahaja; 8 Didplin, berani dan setia; 9 Bertanggung jawab dan dapat dipercaya; 10 Suci dalam pikiran perkataan dan perbuatan. 3 Kode Kehormatan bagi Pramuka Penegak usia 16 sd 20 tahun dan Pramuka Pandega usia 21 sd 25 tahun yaitu sama dengan kode kehormatan pada pramuka penggalang, namun ada sedikit perbedaan dalam Tri Satya butir ke-1, yakni jika kode kehormatan pramuka penggalang masih dalam tahap mengamalkan Pancasila dan mempersiapkan diri membangun masyarakat. Maka pada kode kehormatan bagi pramuka penegak dan pramuka pandega sudah dalam tahap menjalankan Pancasila dan sudah dalam tahap ikut serta membangun masyarakat. 4 Kode Kehormatan bagi anggota Pramuka Dewasa usia diatas 25 tahun itu juga sama yaitu terdiri atas Tri Satya dan Dasa darma. 26 Penerapan dari prinsip Kode kehormatan ini haruslah dirasakan oleh setiap anggota pramuka. Bahwa ia menerima Kode Kehormatan bukan sebagai tanggung jawab yang berat akan tetapi terhormat. Karena itu, proses kegiatan penerimaan kode kehormatan ini haruslah dinyatakan dihadapan para saksi dalam suasana yang penuh kehormatan sebagai landasan gerak dan tingkah lakunya di tengah-tengah masyarakat. 26 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Anggran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka…., h. 34 – 36 23 c. Sistem beregu Gerakan Pramuka adalah gerakan anak-anak dan pemuda-pemuda, dipimpin oleh anak dan pemuda itu sendiri, dengan bimbingan dan tanggung jawab orang dewasa. Salah satu sifat anak atau pemuda adalah kesenangan untuk mencari teman dan kelompok, kemudian bersama melakukan kegiatan sesuai dengan aspirasi dan keinginan mereka. Kegiatan-kegiatan itu dapat berbentuk kegiatan yang negatif atau positif. Penerapan sistem beregu ini merupakan usaha untuk mengarahkan sifat anak atau pemuda tersebut kearah kegiatan positif dan sebagai alat proses pendidikan untuk mencapai tujuan gerakan pramuka. Sistem beregu harus dilaksanakan dalam gerakan pramuka dengan tujuan agar peserta didik memperoleh kesempatan untuk belajar memimpin dan belajar dipimpin, belajar berorganisasi, belajar memikul tanggung jawab, belajar mengatur diri, belajar menyesuaikan dan menempatkan diri, belajar bekerja dan bekerjasama serta belajar kerukunan. 27 d. Sistem Satuan Terpisah Prinsip-prinsip satuan terpisah adalah memisahkan satuan-satuan untuk anggota putra dan anggota putri. Pelaksanaan sistem satuan ini disesuaikan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga gerakan pramuka, yakni: satuan pramuka putri dibina oleh pembina putri, satuan pramuka putra dibina oleh pembina putra, tidak dibenarkan jika satuan pramuka putri dibina oleh pembina putra, dan begitu pula sebaliknya, kecuali perindukan siaga putra dapat dibina oleh pembina putri. 28 27 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Bahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar...., h. 41 28 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka…., h. 41 24 Gerakan Pramuka menyelenggarakan pendidikan bagi anak remaja, pemuda baik putra maupun putri, oleh karena itu semua kegiatan harus dilaksanakan sesuai dengan jenis peserta didik. Dengan satuan terpisah antara satuan putra dan satuan putri, maka proses pendidikan bagi masing-masing jenis peserta didik menjadi lebih intensif dan efektif. Jika kegiatan itu diselenggarakan dalam bentuk perkemahan maka harus dijaga agar tempat perkemahan putra dan perkemahan putri terpisah dan berjauhan letaknya. e. Sistem Tanda Kecakapan Tanda kecakapan merupakan tanda yang menunjukkan keterampilan dan kecakapan tertentu yang dimiliki seorang peserta didik anggota Gerakan Pramuka. Dalam Gerakan Pramuka keinginan atau kesukaan yang wajar itu dimanfaatkan untuk mendorong peserta didik, supaya ia berinisiatif mengembangkan dirinya dalam berbagai macam kecakapan dan kepandaian baik dibidang teknis maupun mental spiritual. Setiap pramuka harus berusaha untuk memperoleh kecakapan yang berguna bagi kehidupannya dan bagi kebaktiannya kepada masyarakat. Tanda kecakapan adalah alat untuk mendorong dan merangsang para pramuka supaya berusaha memperoleh kecakapan itu. Tanda-tanda kecakapan diberikan kepada peserta didik setelah yang bersangkutan melakukan suatu usaha untuk memperoleh tanda kecakapan itu. Usaha tersebut harus timbul dari swakarsa peserta didik itu sendiri, tidak diatur oleh pembina pramuka. Tanda kecakapan yang dimiliki peserta didik karena suatu kecakapan sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik yang bersangkutan haruslah terjamin bahwa kecakapan itu cukup dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu perlu adanya proses penilaian dalam bentuk ujian, namun demikian harus diperhatikan 25 bahwa ujian itu sangat informal dan dirasakan menarik dan menyenangkan bagi peserta didik. f. Kegiatan Menarik Yang Mengandung Pendidikan Setiap orang, baik muda ataupun tua suka dan tertarik akan kegiatan yang menggembirakan dan mengasyikkan. Kegiatan itu dapat dalam bentuk permainan, pekerjaan atau perlombaan. Kegiatan yang menarik itu mempunyai tujuan yang bermacam-macam. Ada yang dapat digunakan untuk mengisi waktu, untuk rekreasi, untuk menyalurkan tekanan-tekanan jiwa, dan dapat juga digunakan untuk melatih persiapan hidup seperti berkemah. 29 Para ahli pendidikan berpendapat bahwa pelajaran atau pendidikan akan lebih berhasil dan cepat dimasukkan dalam diri anak didik jika diselenggrakan dalam bentuk permainan. Oleh karena itu permainan- permainan yang diberikan harus mengandung pendidikan yang mudah dipahami dan mudah meresap dalam jiwa anak didik. g. Penyesuaian Dengan Perkembangan Rohani dan Jasmani Kegiatan yang dilaksanakan dalam Gerakan Pramuka disesuaikan dengan usia dan perkembangan jasmani peserta didik, karena tiap orang tentu berbeda-beda dengan yang lain. Perbedaan itu dapat dalam hal berpikir, tingkah laku, bentuk tubuh dan sebagainya. Dalam usaha pendidikannya, Gerakan Pramuka menggunakan prinsip penyesuaian dengan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar pendidikan kepramukaan dapat diterima dengan mudah dan pasti oleh peserta didik. Penyesuaian ini dilakukan dengan menyesuaikan umur peserta didik. Dalam Gerakan Pramuka peserta didik digolongkan ke dalam empat 29 D. Boenakin, Kepramukaan, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1981, h. 39 26 golongan, yaitu: golongan siaga, golongan penggalang, golongan penegak dan golongan pandega. h. Keprasahajaan Hidup Dengan adanya prinsip keprasahajaan hidup, maka para pemuda harus dididik untuk sederhana baik dalam hal kesederhanaan sikap maupun kesederhanaan hidup. Hal ini dimaksudkan agar mereka sanggup dan mampu menghadapi segala macam keadaan hidup. Kesederhanaan hidup atau hidup sederhana ini dilaksanakan berdasar metodik pendidikan kepramukaan, yaitu cara-cara hidup yang berunsurkan pandai menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tidak boros, tidak berlebih-lebihan serta tinggi rasa kesetiaan. 30 Keprasahajaan hidup atau kesederhanaan hidup ini harus dititik beratkan kepada moral, akhlak atau sikap mental seseorang. i. Swadaya Gerakan Pramuka menyelenggrakan pendidikan kepramukaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan rasa percaya diri sendiri, rasa berkewajiban, rasa tanggung jawab dan rasa disiplin. Rasa percaya pada diri sendiri itu berkembang kalau praamuka itu bisa dan berhasil melaksanakan berbagai kegiatan dengan berdiri di atas kaki sendiri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain. Prinsip swadaya yang diterapkan dalam berbagai kegiatan baik perorangan maupun kelompok merupakan cara membina dan mengembangkan rasa percaya diri sendiri. Pendidikan kepramukaan anak atau pemuda adalah untuk menyiapkan mereka hidup dalam dunia yang penuh tantangan dan memerlukan keuletan serta ketabahan mental dan fisik. Dengan adanya prinsip 30 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Bahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar...., h. 76 27 swadaya ini diharapkan setiap anggota pramuka agar tidak hidup menggantungkan diri pada orang lain yang dengan sendirinya akan tumbuh rasa kepercayaan pada diri sendiri. 31

B. Prestasi Belajar 1. Hakikat Prestasi Belajar

Proses belajar mengajar pada dasarnya diarahkan agar terjadinya perubahan pada siswa, baik dalam hal pengetahuan, keterampilan, maupun dalam sikapnya. Indikator dari perubahan tersebut biasanya akan tampak atau bisa dilihat dari prestasi belajarnya. Istilah prestasi belajar sering kali digunakan dalam pendidikan untuk mengungkapkan kondisi hasil belajar peserta didik yang telah melalui proses pembelajaran dalam suatu masa tertentu. Berikut ini akan dijelaskan makna dari prestasi belajar. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata prestasi diartikan dengan “hasil yang telah dicapai dari yang dilakukan, dikerjakan dan sebagainya”. Sedangkan dalam kamus populer, prestasi diartikan dengan yang telah diciptakan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan bekerja. 32 Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa pengertian dari pada prestasi adalah suatu hasil yang dicapai dari adanya suatu usaha yang telah dilakukan oleh seseorang, baik itu dalam bekerja atau juga bisa dikatakan hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dari keuletan bekerja. Adapun kaitannya dengan prestasi belajar, beberapa ahli mendefenisikan tentang prestasi belajar sebagai berikut: Menurut W.S. Winkel, “Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan usaha belajar yang dapat dicapai oleh individu yang belajar.” 33 31 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Bahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar...., h. 80 32 S.F. Hebey, Kamus Populer, Jakarta: Nurani, 1983, cet. ke-3, h. 296 33 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo, 1991, h. 302-303 28 Menurut Nana Sudjana, “prestasi belajar atau hasil belajar adalah kemampua-kemampuan yang dimiliki setelah ia menerima pendalaman belajar.” 34 Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengertian prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazim ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Dari beberapa pengertian tentang prestasi belajar di atas, penulis menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang belajar sebagai bukti dari keberhasilan usaha belajar.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang komplek atau bisa juga dikatakan unik. Artinya bahwa peserta didik memiliki cara tersendiri dengan orang lain dalam masalah belajar. Belajar juga bisa dikatakan sebagai suatu proses yang aktif yang memerlukan dorongan ataupun bimbingan oleh orang dewasa pendidik kepada peserta didik agar tercapainya suatu tujuan yang dikehendaki oleh peserta didik yakni prsetasi belajar. Sebagaimana diketahui, bahwa prestasi belajar yang dicapai antar peserta didik tidaklah sama hasilnya. Hal ini bisa dilihat dari cara masing-masing peserta didik dalam hal belajar. Di samping itu, hal ini bisa disebabkan karena prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Menurut Drs. Slameto, bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa itu dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Faktor Intern dan Faktor Ekstern. Adapun yang dimaksud dengan faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang belajar. sedangkan yang dimaksud 34 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1992, h.22 29 dengan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu yang belajar. 35 Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah :

a. Faktor Intern, yang terdiri dari:

1 Faktor Jasmaniah Yang termasuk dari pada faktor Jasmaniah, adalah sebagai berikut: a Faktor Kesehatan Aktivitas belajar seorang peserta didik akan terganggu jika kondisi fisiknya kurang sehat. Dan pada nantinya akan berpengaruh pada prestasi belajarnya. Untuk itu, agar seorang siswa dapat belajar dengan baik, maka hendaklah ia bisa menjaga kondisi fisiknya itu tetap sehat dan segar, sehingga ia bisa melaksanakan aktifitas belajarnya dengan baik dan penuh konsentrasi. b Faktor Cacat Tubuh Cacat tubuh ialah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai anggota tubuh pada seseorang. Keadaan ini dapat mempengaruhi siswa dalam belajar, sehingga ia tidak bisa maksimal dalam mencapai prestasi belajar yang baik. Untuk itu, agar siswa yang mengalami cacat tubuh ini tetap bisa melaksanakan aktifitas belajar dengan baik, maka hendaklah ia belajar pada lembaga-lembaga pendidikan khusus dan diberi alat bantu supaya siswa tersebut dapat mengurangi pengaruh kecacatannya itu. 2 Faktor Psikologis Dalam faktor psikologis, tedapat 6 enam faktor yang tergolong dalam kategori Psikologis : a Intelegensi 35 Slameto, Belajar dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1991, h. 54 30 Intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru dengan menggunakan alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. 36 Dalam Proses belajar mengajar, kecerdasan mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar siswa. Namun tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu dapat dijadikan standar mutlak akan keberhasilan belajar siswa. Sebab siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendahpun juga bisa mendapatkan prestasi belajar yang baik, asalkan ia mau belajar dengan sungguh-sungguh. b Perhatian Perhatian yang utuh dari seorang siswa pada bahan pelajaran yang dipelajari akan dapat membantu siswa memperoleh hasil belajar yang baik, sebab jika bahan pelajaran tidak lagi menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka untuk belajar. Untuk itu, agar siswa dapat belajar dengan baik, hendaklah diusahakan bahan pelajaran yang diberikan dapat menarik perhatian siswa, yaitu dengan cara menyesuaikan bahan pelajaran dengan kebutuhan siswa. c Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Menurut Wayan Nurkancana dan PPN. Sumartono, dijelaskan bahwa : Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak akan merupakan factor pendorong bagi anak dalam melaksanakan usahanya. Jadi dapat diketahui bahwa minat adalah sangat penting dalam pendidikan, sebab minat merupakan sumber dari usaha. Anak-anak tidak perlu mendapat dorongan dari 36 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992, h. 52