19
langsung berada di bawah koordinasi presiden. Lembaga ini bertugas dan memberikan rekomendasi tentang pelaksanaan sistem baru ini.
C. Jenis-jenis Jaminan Sosial
Dalam Undang-undang Jaminan Sosial ada beberapa jenis program jaminan sosial bagi seluruh warga negara yang terdiri dari;
1. Jaminan Kesehatan Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan
sumber daya manusia dalam mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang
mempunyai derajat kesehatan yang tinggi. Pembangunan manusia seutuhnya harus mencakup aspek jasmani dan kejiwaannya di samping spiritual,
kepribadian, dan kejuangan. Untuk itu, menurut sujudi pembangunan kesehatan ditujukan untuk mewujudkan manusia yang sehat, cerdas, dan
produktif. Berbagai perubahan dan tantangan strategis yang mendasar seperti
globalisasi, denokratisasi,
desentralisasi, krisis
multidimensi, serta
pemahaman kesehatan sebagai hak asasi dan investasi mendorong terjadinya revisi terhadap sistem kesehatan yang selama ini menjadi dasar pembangunan
kesehatan di Indonesia. Pembangunan kesehatan Indonesia meskipun secara status mengalami peningkatan, namun secara sistem hal itu belum
menunjukkan adanya daya relationship semua stakeholder yang menjamin
20
sistem kesehatan yang sustainable dengan dasar mengupayakan sistem
pelayanan kesehatan bagi semua kalangan terutama masyarakat yang tidak mampu.
Sementara sehat dalam definisi WHO 1975, adalah suatu keadaan sejahtera dari fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya terbatas pada bebas
penyakit dan kelemahan, dirasa tidak sesuai atau tidak lengkap lagi. Konsep sehat ini belum mengakomodasikan dimensi produktifitas dari kelompok
umur yang berbeda seperti balita, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Dalam Ottawa Charter tahun 1986 disebutkan bahwa sehat itu bukan tujuan hidup,
tetapi alat untuk dapat hidup produktif.
7
Pembiayaan kesehatan terkait adanya visi menuju Indonesia sehat 2010. Hal ini menuntut semua instistusi mensinergikan semua program
kerjanya dengan keadaan dukungan dana yang tersedia demi tercapainya target tersebut. Satu hal yang akan mempengaruhi proses itu adalah komitmen
ekspenditur untuk sektor kesehatan dari pemerintah di semua tingkatan. Pembiayaan merupakan faktor yang signifikan mempengaruhi biaya
kesehatannya, yaitu rata-rata 2,2 dari GDP, sementara negara lain yang memiliki sistem kesehatan yang baik rata-rata total ekspenditur untuk
kesehatan mencapai 8-15 dari GDP. Sejak tahun 1999, arah pembangunan kesehatan nasional telah
dirancangkan berupa program menuju Indonesia Sehat 2010.. dalam
7
Wiku Adisasmito, Sistem Kesehatan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, h.6
21
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia No
574MenkesSKIV2010 tentang kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 telah dirumuskan visi dan misi serta strategi baru
pembangunan kesehatan. Visi baru yaitu Indonesia sehat 2010 akan dicapai melalui berbagai program pembangunan kesehatan yang telah tercantum
dalam Undang-undang No. 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional.
Namun, pembangunan kesehatan belum mencapai hasil yang optimal yang ditandai dengan berbagai masalah kesehatan masih banyak ditemukan.
Menurut laporan WHO tahun 2000, angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 1998 masih tinggi adalah 48 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian
bayi tersebut jauh lebih tinggi daripada angka kematian bayi di Thailand, Filipina, Srilangka, dan Malaysia.
Hal di atas dapat disebabkan oleh masih rendahnya kinerja pembangunan kesehatan. Masalah tersebut wajar saja terjadi karena pada
realitanya pembangunan kesehatan belum berada dalam arus utama pembangunan nasioanal Depkes, 2003. Sebagai contoh adalah anggaran
yang disediakan untuk pembangunan kesehatan di Indonesia, ternyata untuk bidang kesehatan, pemerintah mempunyai anggaran yang masih kecil.
Menurut Thabrany 2005, berdasarkan analisis data tahun anggaran
22
19971980 sampai 2002, alokasi belanja kesehatan rata-rata 1,36 kisaran 0,84 sampai dengan 1,85 dari total belanja pemerintah.
8
Kesenjangan status kesehatan terjadi antar daerah, antar tingkatan sosial-ekonomi dan antarkawasan perkotaan dan pedesaan. Secara spesifik
kesenjangan tersebut antara lain disebabkan oleh belum efektifnya pelaksanaan desentralisasi penanganan kesehatan, efisiensi penggunaan
anggaran dana yang masih rendah serta distribusi dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang belum proporsional.
Desentralisasi yang memberi peluang bagi Pemerintah Daerah untuk mengambil andil penting dalam penanganan masalah kesehatan secara teoritis
dapat menyebabkan tercapainya pelayanan kesehatan yang lebih responsif terhadap kebutuhan lokal. Namun pada kenyataannya hal ini lebih mendorong
timbulnya disparitas antar daerah dan sulit terpenuhinya informasi kesehatan yang essensial. Terlebih lagi, peningkatan pembiayaan yang dilakukan
Pemerintah Daerah dalam pembiayaan pengobatan kuratif menyebabkan berbagai pelayanan kesehatan preventif dan promotif oleh Pemerintah Daerah
menurun. Peran pihak swasta yang meningkat saat ini seharusnya tidak lagi
dijawab dengan kompetisi oleh pemerintah pusat. Dalam meningkatkan efisiensi alokasi dana kesehatan, pemerintah sebaiknya merangkul pihak
swasta dengan meningkatkan koordinasi dan pengawasan. Hal ini dapat
8
Ibid, h. 94-95
23
dilakukan dengan sertifikasi dan regulasi untuk menjamin kualitas kesehatan yang diberikan. Selain itu, pemerintah juga seyogyanya mengalihkan fokus
perhatian dan penanganan dari daerah dimana peran swasta telah baik kepada peningkatan pelayanan kesehatan warga miskin dan pada daerah dimana peran
sektor swasta belum begitu baik. Realisasi anggaran dana kesehatan sebanyak 5 dari total APBN yang sedang diupayakan oleh Kementrian Kesehatan-pun
harus dibekali dengan perencanaan program kerja yang komprehensif, yang salah satunya harus berfokus pada peningkatan kualitas, kuantitas dan
keterjangkauan palayanan kesehatan warga miskin. Permasalahan SDM kesehatan juga merupakan tantangan yang harus
segera dijawab oleh pemerintah. Koordinator Program Manajemen WHO Wilayah Asia Tenggara Dr. M Mucaherul Hug pada keteranganya usai
pembukaan Konferensi Aliansi Sumber Daya Manusia SDM Kesehatan Se- Asia Pasifik di Sanur pada April 2010 menyatakan bahwa Indonesia
merupakan salah satu negara dari 57 negara di dunia yang masuk dalam kategori negara yang mengalami krisis tenaga kesehatan. Menurut Mucaherul
Hug, selain karena tidak meratanya distribusi, krisis tenaga kesehatan di Indonesia juga disebabkan oleh rendahnya kompetensi tenaga kesehatan
Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah harus memberikan perhatian lebih pada institusi pendidikan terkait, serta menyusun dan menegaskan regulasi sebagai
24
upaya menjawab permasalahan distribusi tenaga kesehatan yang belum merata, terutama untuk daerah terpencil dan perbatasan.
9
Kesehatan adalah hal esensial yang dibutuhkan oleh manusia, dan menjadi hak warga atas pemerintah. Dimanapun warga tersebut berada serta
bagaimanapun status sosial ekonominya, pelayanan kesehatan harus diwujudkan dengan baik untuk menjawab tantangan-tantangan yang datang
pada bidang kesehatan. Sehingga diharapkan cita-cita untuk mencapai indonesia yang lebih sehat dapat diwujudkan di tahun 2011.
2. Jaminan Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko
yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan
oleh adanya risiko-risiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan
kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran
jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24 - 1,74 sesuai kelompok jenis usaha.
10
9
http:www.beritabali.comindex.php?reg=newsid=201010040001Artikel ini diakses pada 7Juni 2011
10
http:www.jamsostek.co.idcontenti.php?mid=3id=17 Artikel ini diakses pada 9 Mei
2011
25
Tenaga kerja mempunyai peranan dan arti yang penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional pada umumnya dan dalam peningkatan
produksi dan produktivitas khususnya, sehingga perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan, dan perawatan dengan cara menyelenggarakan jaminan sosial,
baik bagi tenaga kerja maupun keluarganya. Pemberian jaminan ini sebenarnya adalah untuk melindungi tenaga kerja terhadap resiko akan hilang
atau berkurangnya penghasilan dari tenaga kerja bersangkutan karena adanya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh penggunaan alat-alat besar dan
tekhnologi modern serta bahan-bahan kimia.
11
Sedangkan manfaat dari jaminan kecelakaan kerja ini memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan
pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program JKK ini
sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran berdasarkan besarnya kelomok usaha sebagaimana tercantum pada iuran.
a. Biaya Transport Maksimum 1 Darat Rp 400.000,-
2 Laut Rp 750.000,- 3 Udara Rp 1.500.000,-
11
http:khansamhamnida.wordpress.com20110414jaminan-sosial-jenis-jenis-jaminan- sosial Artikel ini diakses pada 8 Mei 2011
26
b. Sementara tidak mampu bekerja 1 Empat 4 bulan pertama, 100 upah
2 Empat 4 bulan kedua, 75 upah 3 Selanjutnya 50 upah
c. Biaya PengobatanPerawatan Rp 12.000.000,- maksimum
d. Santunan Cacat 1 Sebagian-tetap: tabel x 80 bulan upah tetap
2 Total-tetap 3 Sekaligus: 70 x 80 bulan upah
4 Berkala 2 tahun Rp 200.000,- per bulan 5 Kurang fungsi: kurang fungsi x tabel x 80 bulan
e. Santunan Kematian 1 Sekaligus 60 x 80 bulan upah
2 Berkala 2 tahun Rp. 200.000,- per bulan 3 Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-
f. Biaya Rehabilitasi: Patokan harga RS DR. Suharso, Surakarta, ditambah 40
1 Prothese anggota badan 2 Alat bantu kursi roda
g. Penyakit akibat kerja, tiga puluh satu jenis penyakit selama hubungan kerja dan 3 tahun setelah putus hubungan kerja.
27
Iuran
1 Kelompok I: 0.24 dari upah sebulan; 2 Kelompok II: 0.54 dari upah sebulan;
3 Kelompok III: 0.89 dari upah sebulan; 4 Kelompok IV: 1.27 dari upah sebulan;
5 Kelompok V: 1.74 dari upah sebulan;
sesuai dengan PP Nomor 76 tahun 2007
3. Jaminan Hari Tua Program Jaminan Hari Tua JHT ditujukan sebagai pengganti
terputusnya penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari
Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan
tertentu. Jaminan sosial ini merupakan satu kesatuan dari jaminan kecelakaan
kerja, yang telah diakomodir dalam Undang-undang Ketenagakerjaan. Jaminan ini diperuntukkan bagi tenaga kerja yang telah memasuki masa tua
atau sudah terputusnya penghasilan tenaga kerja. Dihari tua, tenaga kerja juga membutuhkan akan adanya jaminan tersedianya dana yang dimanfaatkan pada
saat sudah berhenti bekerja, baik karena sudah mencapai hari tua usia 5556 tahun atau waktu menderita cacat tetap dan total ataupun pada waktu
28
meninggal dunia. Oleh karena itu tabungan hari tua yang dikaitkan dengan program jaminan kematian diharapkan dapat, membuat tenaga kerja dapat
memenuhi kebutuhan minimum dihari tuanya beserta keluarganya dan memberikan ketenangan kerja bagi pekerja pada usia yang produktif. Iuran
jaminan hari tua, yakni: ditanggung perusahaan sebesar 3,7 , dan ditanggung oleh tenaga kerja sebesar 2.
Sedangkan manfaat dari jaminan hari tua akan dikembalikan atau dibayarkan sebesar iuran yang terkumpul ditambah dengan hasil
pengembangannya, apabila tenaga kerja: a. Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap.
b. Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun dengan masa tunggu 6 bulan.
c. Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNSABRI.
Tata Cara Pengajuan Jaminan
12
Setiap permintaan Jaminan Hari Tua, tenaga kerja harus mengisi dan menyampaikan formulir 5 Jamsostek kepada kantor Jamsostek setempat
dengan melampirkan: a. Kartu peserta Jamsostek KPJ asli.
b. Kartu Identitas diri KTPSIM fotokopi. c. Surat keterangan pemberhentian bekerja dari perusahaan atau Penetapan
Pengadilan Hubungan Industrial.
12
http:mitra-ku.comhomeindex.php?option=com_contentview=articleid=50Itemid= 63
Artikel ini diakses pada 9 Mei 2011
29
d. Surat pernyataan belum bekerja di atas materai secukupnya. e. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang mengalami cacat total
dilampiri dengan Surat Keterangan Dokter f. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggalkan
wilayah Republik Indonesia dilampiri dengan: g. Pernyataan tidak bekerja lagi di Indonesia
h. Photocopy Paspor i. Photocopy Visa
j. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggal dunia sebelum usia 55 thn dilampiri:
k. Surat keterangan kematian dari Rumah SakitKelurahanKepolisian l. Photocopy Kartu keluarga
m. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang berhenti bekerja dari perusahaan sebelum usia 55 thn telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun
telah melewati masa tunggu 6 enam bulan terhitung sejak tenaga kerja yang bersangkutan berhenti bekerja, dilampiri dengan:
n. Photocopy surat keterangan berhenti bekerja dari perusahaan o. Surat pernyataan belum bekerja lagi
p. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang menjadi Pegawai Negeri Sipil ABRI.
Selambat-lambatnya 30 hari setelah pengajuan tersebut PT Jamsostek persero melakukan pembayaran JHT.
30
4. Jaminan Pensiun Pensiun adalah penghasilan yang diterima oleh penerima pensiun
setiap bulan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sejauh ini, baru pegawai negeri sipil PNS dan anggota TNIPolri yang memiliki
program Jaminan Pensiun wajib. Sebagian besar tenaga kerja swasta, apalagi kelompok nonformal, belum memiliki program Jaminan Pensiun wajib
meskipun sebagian kecil sudah memiliki program pensiun sukarela, baik melalui program pensiun yang diselenggarakan oleh perusahaan asuransi
swasta maupun lembaga Dana Pensiun Lembaga KeuanganPemberi Kerja. Indonesia sebenarnya telah memiliki undang-undang UU yang akan
melandasi reformasi penyelenggaraan program Jaminan Pensiun itu. Namun, implementasinya, termasuk penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan,
belum seperti diharapkan. Bahkan, sekarang sedang menjumpai masalah hukum mengingat masa transisi pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial BPJS, yang diamanatkan UU Nomor 40 Tahun 2004 sampai tahun 2009 sudah terlewati. Di dalam UU No 402004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional SJSN dicita-citakan bahwa pada suatu saat 15-20 tahun mendatang seluruh penduduk Indonesia akan memiliki Jaminan Pensiun yang
dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
31
Dalam pemberian jaminan ini ada lima perusahaan yang telah ditunjuk dalam pemberian jaminan sosial, akan tetapi dimiliki oleh negara dan
mengelola:
13
a. PT Jamsostek, mengelola dana pensiun dan asuransi kesehatan bagi buruh swasta formal.
b. PT Taspen, mengelola dana pensiun untuk egawai negeri. c. PT Asabri, mengelola program pensiunan untuk anggota ABRI.
d. PT Askes, mengelola suransi kesehatan untuk pegawai negarai Di dalam Undang-undang jaminan sosial No.40 tahun 2004 antara lain
dalam Pasal: a. Jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial atau tabungan wajib. b. Jaminan pensiun diselenggarakan untuk mempertahankan derajat
kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total
tetap.
c. Jaminan pensiun diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti. d. Usia pensiun ditetapkan menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan. e. Peserta jaminan pensiun adalah pekerja yang telah membayar iuran.
f. Manfaat jaminan pensiun berwujud uang tunai yang diterima setiap bulan sebagai:
1 Pensiun hari tua, diterima peserta setelah pensiun sampai meninggal dunia;
2 Pensiun cacat, diterima peserta yang cacat akibat kecelakaan atau akibat penyakit sampai meninggal dunia;
3 Pensiun jandaduda,diterima jandaduda ahli waris peserta sampai meninggal dunia atau menikah lagi;
4 Pensiun anak, diterima anak ahli waris peserta sampai mencapai 23 dua puluh tiga tahun, bekerja, atau menikah; atau
13
Michael Raper, Negara Tanpa Jaminan Sosial Tiga Pilar Jaminan Sosial Di Indonesia
dan Australia, Jakarta: Trade Union Rights Centre, 2008, h. 60
32
5 Pensiun orang tua, diterima orang tua ahli waris peserta lajang sampai batas waktu tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
a Setiap peserta atau ahli warisnya berhak mendapatkan pembayaran uang pensiun berkala setiap bulan setelah memenuhi masa iuran
minimal 15 lima belas tahun, kecuali ditetapkan lain oleh peraturan perundang-undangan.
b Manfaat jaminan pensiun dibayarkan kepada peserta yang telah mencapai usia pensiun sesuai formula yang ditetapkan.
c Apabila peserta meninggal dunia masa iur 15 lima belas tahun ahli warisnya tetap berhak, mendapatkan manfaat jaminan pensiun.
d Apabila peserta mencapai usia pensiun sebelum memenuhi masa iur lima belas tahun, peserta tersebut berhak mendapatkan
seluruh akumulasi iurannya ditambah hasil pengembangannya. e Hak ahli waris atas manfaat pensiun anak berakhir apabila anak
tersebut menikah, bekerja tetap, atau mencapai usia 23 dua puluh tiga tahun.
f Manfaat pensiun cacat dibayarkan kepada peserta yang mengalami cacat total tetap meskipun peserta tersebut belum memasuki usia
pensiun Jika melihat dari ulasan pada Undang-undang No. 40 tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional tersebut dan perusahaan pengelola jaminan sosial, jaminan pensiun diberikan hanya untuk PNSABRI.
Sedangkan untuk buruh swasta tidak mendapatkan tunjangan atau jaminan pensiun. Jikalau ada, itu pun hanya sedikit yang mendapatkannya.
Sebagaimana yang diutarakan oleh H. Said Iqbal, ME yang merupakan Sekjen Komite Aksi Jaminan Sosial KAJS. Beliau mengutarakan seharusnya
seluruh rakyat Indonesia mendapatkan jaminan kesehatan seumur hidup dan juga dana pensiun tanpa adanya diskriminasi melalui sebuah petisi rakyat,
yang berisi tiga poin penting:
14
14
http:www.antaranews.comberita254960kajs-perjuangkan-jamkes-tanpa-diskriminasi Artikel ini diakses pada 9 Mei 2011
33
a. Jaminan kesehatan seumur hidup untuk seluruh rakyat Indonesia, dalam hal ini berobat gratis seumur hidup.
b. Jaminan dana pensiun wajib bagi buruh swasta. Ketika masih bekerja pekerjaburuh dituntut produktivitas tinggi dan diwajibkan membayar
pajak. Namun, saat memasuki usia pensiun tidak mendapat jaminan pensiun. Akibatnya tidak mampu membayar kontrakan rumah, anak putus
sekolah dan berpenyakitan, dan c. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BJS harus badan hukum publik
wali amanat, bukan berbentuk BUMN atau PT sebagaimana yang lazim dilakukan oleh pemerintah saat ini.
5. Jaminan Kematian Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program
Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk
biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3 dengan jaminan
kematian yang diberikan adalah Rp 12 Juta terdiri dari Rp 10 juta santunan kematian dan Rp 2 juta biaya pemakaman
15
dan santunan berkala. Ada tata cara pengajuan jaminan kematian ini yakni, sebagai berikut:
16
15
Peraturan Pemerintah No. 76 tahun 2007 Tentang
16
http:www.jamsostek.co.idcontenti.php?mid=3id=17 Artikel ini diakses pada 9 Mei
2011
34
Pengusahakeluarga dari tenaga kerja yang meninggal dunia mengisi dan mengirim form 4 kepada PT Jamsostek Persero disertai bukti-bukti:
a. Kartu peserta Jamsostek KPJ Asli tenaga Kerja yang Bersangkutan. b. Surat keterangan kematian dari Rumah sakitKepolisianKelurahan.
c. SalinanCopy KTPSIM dan Kartu Keluarga Tenaga Kerja bersangkutan yang masih berlaku.
d. Identitas ahli waris photo copy KTPSIM dan Kartu Keluarga. e. Surat Keterangan Ahli Waris dari LurahKepala Desa setempat.
f. Surat Kuasa bermeterai dan copy KTP yang diberi kuasa apabila pengambilan JKM ini dikuasakan.
PT Jamsostek Persero hanya akan membayar jaminan kepada yang berhak. Dan program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja
sebagai berkut: a. Santunan kematian : Rp. 10. 000.000
b. Biaya pemakaman : Rp. 2. 000.000 c. Santunan berkala : Rp. 200. 000 selama 24 Bulan
35
D. Sumber-sumber Dana Jaminan Sosial