Relasi Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Jaminan Sosial

90

BAB IV PERBANDINGAN ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A. Relasi Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Jaminan Sosial

Politik merupakan bagian terpenting dalam hubungan antara negara dan masyarakat. Politik menentukan bagaimana hubungan antara negara dan masyarakat dirumuskan, dan selanjutnya diselenggarakan untuk memenuhi tujuan-tujuan dari hubungan itu sendiri. Jika negara merupakan perwujudan dari kehendak masyarakat untuk hidup bersama agar kepentingan-kepentingan masing-masing anggota masyarakat dapat terpenuhi secara maksimum, maka negara sebenarnya merupakan alat atau sarana bagi masyarakat untuk memenuhi kepentingan mereka. Negara, karena itu, harus tunduk pada kedaulatan masyarakat. Tetapi, pada saat Negara terbentuk, kontrol masyarakat terhadapnya akan dengan sangat mudah terlepas atau bahkan hilang. Negara pada akhirnya dapat menjadi suatu institusi besar yang bekerja untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Politik dapat dan memang seharusnya berfungsi untuk mencegah negara menjadi sewenang-wenang terhadap masyarakat, dan mengarahkannya untuk semata-mata melayani kepentingan-kepentingan masyarakat. Dalam kaitan itulah, politik sebenarnya membawa makna menciptakan keadilan bagi masyarakat. Politik mengarahkan negara untuk membuka peluang dan memberikan fasilitas yang sama bagi seluruh anggota 91 masyarakat dalam mengejar pemenuhan kepentingan-kepentingan diri sebagai pribadi dan sekaligus sebagai makhluk sosial. 1 Perlindungan kepentingan menurut al-Shatibi, merupakan inti dari kemaslahatan maslaha 2 . S yari’ah amat berkaitan dengan tujuan memberikan perlindungan kemaslahatan baik dalam kerangka positif menjaga kemaslahatan itu sendiri maupun preventif untuk menghindari terganggunya kemaslahatan tersebut. Al- Shaitibi menyimpulkan bahwa syari’ah dimaksudkan untuk melindungi kemaslahatan manusia yang utama primary goods, yaitu agama, jiwa, reproduksi, harta, dan akal budi. 3 Menurut Louis Ma’luf, secara etimologis term ”maslahah” berasal dari akat kata salaha – yasluhu – salahan – salahiyah, yang artinya, sesuatu yang mendorong kepada kebaikan atau kelayakan; atau bisa juga diartikan sebagai sesuatu yang mendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi kelompoknya. 4 Ahmad Warson Munawwir, mengartikan kata “maslahah” sebagai faedah, kepentingan, kemanfaatan, 1 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan KDT, Keadilan Sosial: Upaya Mencari Makna Kesejahteraan Bersama di Indonesia, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2004, Cet ke-1, h. 34 2 Kemaslahatan berasal dari kata maslahah kata benda dari salaha atau saluha yang berarti mempebaiki atau meningkatkan. Maslahah juga senada dengan kata manfa‟a, yang berarti utility kegunaan atau manfaat 3 CSRC UIN Jakarta, Wakaf, Tuhan, dan Agenda Kemanusiaan: Studi Tentang Wakaf dalam Perspektif Sosial di Indonesia, Jakarta: CSRC UIN Jakarta, 2006, Cet ke-1, h. 15 4 Louis Ma’luf, Kamus Munjid, Beirut: Dar al-Masyriq, 1977, h. 528 92 kemaslahatan. 5 Dari sudut pandang ilmu sharaf morfologi, kata “masalahah” satu wazan pola dan makna dengan kata “manfa‟ah”. Kedua kata ini “maslahah” dan “manfa‟ah” telah di Indonesiakan menjadi maslahat dan manfaa t”. 6 Abdul Manan juga menambahkan, maslahat itu adalah sesuatu yang dipandang baik oleh akal sehat karena mendatangkan kebaikan dan menghindarkan keburukan kerusakan bagi manusia, sejalan dengan tujuan syara’ dalam menetapkan hukum. 7 Menurut hemat penulis, dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa maslahat atau kemaslahatan, yaitu sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan, kesejahteraan, ketentraman dan menolak yang dapat mendatangkan kerugian, keburukan, atau kerusakan sejalan dengan baik menurut manusia dan baik pula menurut sang pencipta. Begitu pula dalam politik itu sendiri, yang merupakan bagian terpenting dalam hubungan antara negara dan masyarakat. Politik dapat dan memang seharusnya berfungsi untuk mencegah negara menjadi sewenang-wenang terhadap masyarakat, dan mengarahkannya untuk semata-mata melayani kepentingan-kepentingan masyarakat. Dalam kaitan itulah, politik sebenarnya 5 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab – Indonesia. Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan, 1984, h. 884 6 Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, Jakarta: UIN Press, 2006, h. 101 7 Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, Ed. 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, h. 263 93 membawa makna menciptakan keadilan bagi masyarakat. Politik mengarahkan negara untuk membuka peluang dan memberikan fasilitas yang sama bagi seluruh anggota masyarakat dalam mengejar pemenuhan kepentingan- kepentingan diri sebagai pribadi dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Pembangunan sosial ekonomi sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan pembangunan nasional telah menghasilkan banyak kemajuan, di antaranya telah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan tersebut harus dapat dinikmati secara berkelanjutan, adil, dan merata menjangkau seluruh rakyat, sebagai mana tertuang dalam konsideran Undang-undang No. 40 tahun 2004. Jaminan sosial sebagai payung hukum terhadap kesejahteraan masyarakat memiliki dasar yang kuat, yakni Undang-Undang Da sar 1945 pasal 34 2 yakni, “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”. 8 Dalam Pancasila yakni, sila ke 5 yang berbunyi ”Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” mempunyai beberapa makna yang memang harus dilaksanakan seperti: Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat, seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama menurut potensi masing-masing. Namun, dalam kenyataannya masalah kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia berbanding terbalik dengan apa yang dicita-citakan dalam Pancasila tersebut. 8 Wiku Adisasmito, Sistem Kesehatan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, h. 101 94 Pada hakekatnya keadilan adalah kata sifat yang artinya adalah sifat yang adil, tidak berat sebelah. Sifat ini merupakan salah satu sifat manusia. Di pihak lain keadilan sebagai suatu konsep mengindikasikan adanya rasa keadilan dalam perlakuan justice or fair treatment. Memperlakukan orang lain merupakan suatu pernyataan nilai value statementalue statement tentang bagaimana selayaknya orang diperlakukan; ia merujuk kepada hubungan antara manusia. Dengan demikian, tiap orang mempunyai hak untuk diperlakukan secara adil, suatu hak yang merupakan hak asasi manusia. Namun dalam kehidupan sosial masyarakat pengertian keadilan baik sebagai sifat tentang bagaimana selayaknya orang diperlakukan; ia merujuk kepada hubungan antara manusia. Dengan demikian, tiap orang mempunyai hak untuk diperlakukan secara adil, suatu hak yang merupakan hak asasi manusia. Namun dalam kehidupan sosial masyarakat pengertian keadilan baik sebagai sifat orang per orang maupun sebagai konsep sangat sulit untuk diuraikan apalagi dilaksanakan. Jaminan sosial yang tertuang dalam Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN Tahun 2004 yang menginginkan masyarakat yang adil dan sejahtera seluruhnya, yang di dalamnya ada beberapa jaminan sosial yang di bahas yakni; 1. Jaminan Kesehatan Dalam jaminan kesehatan ini, masalah kesehatan yang merupakan kehendak semua pihak, tidak hanya oleh orang per orang, tetapi juga oleh 95 keluarga, kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Dalam jaminan kesehatan ini dijaminkan dalam bentuk asuransi sosial dan prinsip ekuitas 9 . Asuransi yang dimaksud disini ialah adanya perjanjian antara dua belah pihak yang satunya berkewjiban membayar iuran dan yang satunya memberikan jaminan sepenuhnya kepada si pembayar iuran apabila terjadi sesuatu hal yang menimpa pihak pertama. Sehingga si pembayar iuran tersebut memiliki dan memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Dalam hal ini anggota keluarganya pun berhak menerima jaminan kesehatan dan juga mengikutsertakan atau menambahkan anggota dari keluarganya tetapi dengan penambahan pembayaran iurannya. 10 Jaminan ini akan tetap berlaku jika peserta atau orang tersebut masih tetap aktif bekerja namun, jaminan ini hanya berlaku paling lama 6 enam bulan sejak peserta tersebut mengalami pemutusan hubungan kerja. Begitu juga jika dalam bekerja ia mengalami kecelakaan sehingga mengakibatkan cacat total dan ia tidak mampu membayarnya karena cacatnya tersebut, dan dalam jangka 6 enam bulan setelahnya peserta tidak memperoleh pekerjaan baru pembayaran iuran dibayarkan oleh pemerintah. 11 Untuk semua peserta 9 Ekuitas di sini adalah kepemilikan dalam bentuk nilai uang, Lihat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Edisi ke-3, h. 292 10 Lihat Pasal 19 ayat 1, 2, 3 Jaminan Kesehatan, Dalam Undang-undang No 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional 11 Lihat Pasal 21 ayat 1, 2, 3 96 diberikan pelayanan kesehatan yang mencakup peningkatan kualitas kesehatan atau hidup, pencegahan dari segala sesuatu, dan menyembuhkan dari sakit tersebut hingga pemulihan dari sakit tersebut sehingga peserta tersebut dapat bekerja sebagai mana mestinya. Dalam masalah hal pemenuhan kebutuhan seperti fasilitas kesehatan badan penyelanggara jaminan sosial 12 seperti Persero Jaminan Sosial Tenaga Kerja JAMSOSTEK, Dana tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri TASPEN, Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ASABRI, Asuransi Kesehatan Indonesia ASKES dapat bekerja sama dengan pemerintah maupun pihak swasta, juga dapat bekerja sama dengan pihak selain itu atau tidak bekerja sama degan Badan Penyelanggara Jaminan Sosial, dan jika peserta diharuskan rawat inap maka, diberikan kelasa yang diberikan untuk rawat inap di rumah sakit yakni kelas standar. Adanya kerja sama antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan pemilik fasilitas kesehatan di daerah sebagai wujud pemenuhan kesehatan bagi peserta yang nantinya akan harus dapat memberikan pelayanan yang memadai, seperti sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan, sistem pembayaran pelayanan, dan juga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari pelayan tersebut. 13 Begitu juga dengan masalah harga obat- obatan yang dipakai dan bahan medis habis pakai dijamin oleh BJPS. 12 Lihat pasal 23 ayat 1, 2, 3 13 Lihat pasal 24 ayat 3 97 Besarnya iuran jaminan kesehatan yang ditanggung atau dibayarkan yang secara bertahap dibayarkan oleh pekeja dan pemberi kerja yang berdasarkan persentase dari upah sampai batas tertentu. 2. Jaminan Kecelakaan Kerja Jaminan ini sama dalam dengan jaminan kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial yang mekanisme pengumpulan dananya bersifat wajib yang berasal dari iuran yang berguna memberikan perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang menimpa peserta danatau anggota keluarganya. Dalam pemenuhan pelayanan kesehatan dalam hal ini sama dengan jaminan kesehatan di atas namun, adanya pemberian berupa uang tunai kepada peserta yang telah membayar iuran wajib jika ia mengalami cacat total atau bahkan meninggal dunia. Dan pemberian uang tunai tersebut disesuaikan dengan tingkat kecacatan yang dialami olehnya. Dan adanya biaya lebih atau tambahan yang dikenakan kepada majikan atau pemberi kerja jika adanya jenis-jenis pelayanan tertentu atau kecelakaan tertentu. 14 Sedangkan pelayanan kesehatan sama halnya dengan jaminan kesehatan di atas, yakni adanya kerja sama antara BJPS dengan fasilitas pemerintah dan swasta bahkan juga dapat diberikan pada fasilitas yang tidak menjalin kerja sama jika hal tersebut dalam keadaan darurat. Dan jika peserta membutuhkan rawat inap di rumah sakit, kelas perawatan yang diberikan kelas standar. Sedangkan mengenai besarnya 14 Lihat pasal 33 ayat 1, 2, 3 98 manfaat uang tunai, hak ahli waris, kompensasi dan pelayanan medis diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Dan yang membedakan dengan jaminan kesehatan besarnya iuran jaminan kecelakaan kerja adalah persentase tertentu dari upah atau penghasilan yang ditanggung oleh pemberi kerja. 15 3. Jaminan Hari Tua Jaminan hari tua ini diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial dan juga tabungan wajib yang merupakan simpanan yang bersifat wajib bagi peserta program jaminan sosial, yang nantinya menjamin bagi pesertanya mendapatkan uang tunai apabila ia memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau bahkan meninggal dunia. Pembayaran manfaat jaminan hari tua dapat diberikan sebagian sampai batas tertentu setelah kepesertaan mencapai minimal 10 sepuluh tahun. Apabila peserta meninggal dunia, ahli warisnya yang sah berhak menerima manfaat jaminan hari tua, sedangkan untuk pembayaran iuran jaminan hari tua ini untuk perusahaan sebesar 3,7 dan ditanggung oleh tenaga kerja sebesar 2. 4. Jaminan Pensiun Sama halnya dengan jaminan hari tua jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan tabungan wajib yang diambil dari peserta. Diberikannya untuk mempertahankan derjat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurangnya penghasilan nkarena memasuki usia pensiun atau 15 Lihat pasal 34 ayat 1 99 mengalami cacat total. Dalam jaminan pensiun ini berwujud uang tunai yang diterima sebagai: 16 a. Pensiun hari tua, diterima setelah pensiun sampai meninggal dunia b. Pensiun cacat, diterima peserta yang cacat akibat kecelakaan atau akibat penyakit sampai meninggal dunia c. Pensiun jandaduda, diterima jandaduda ahli waris peserta sampai meninggal dunia atau menikah lagi d. Pensiun anak, diterima anak ahli waris peserta sampai mencapai 23 dua puluh tiga tahun, bekerja, atau menikah lagi; atau e. Pensiun orang tua, diterima orang tua ahli waris peserta lajang sampai batas waktu tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pembayaran uang pensiun dilakukan secara berkala setiap bulan yang diberikan kepada peserta atau ahli waris setelah memenuhi masa iuran minimal 15 lima belas tahun. 5. Jaminan Kematian Jaminan kematian ini diselenggarakan prinsip asuransi sosial, dan juga diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris pesrta yang meninggal dunia yang bertujuan memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi anggota keluarganya atau ahli warisnya. Pembayaran uang tunai yang 16 Lihat Pasal 41 ayat 1 Tentang Jaminan Pensiun dalam Undang-undang No 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional 100 diberikan kepada ahli waris yang dibayarkan paling lambat 3 tiga hari kerja setelah klaim diterima dan disetujui oleh Badan Penyelanggara Jaminan Sosial BJPS. 17 Besarnya iuran jaminan kematian ditanggung oleh pemberi kerja 18 yang dalam hal ini adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah atau imbalan dalam bentuk lainnya. Besarnya iuran jaminan kematian bagi peserta penerima upah ditentukan berdasarkan persentase dari upah atau penghasilan dan besarnya iuran jaminan kematian bagi peserta bukan penerima upah dientukan berdasarkan jumlah nominal tertentu yang dibayar oleh peserta. Namun, jika lihat kebijakan kesejahteraan mempunyai banyak arti apalagi jika kita lihat pemberian jaminan di atas ada yang menyatakan kebijakan ini merupakan bentuk bantuan bagi orang-orang yang mendapat perlakuan tidak adil. Ada yang mengatakan kebijakan kesejahteraan ini sebagai tindakan tidak adil yang membebani para pekerja keras dalam membayar pajak. Ada yang melihat kebijakan ini sebagai kewajiban para “majikan” Lord‟s work. Ada juga yang menganggapnya sebagai kebijakan yang sia-sia, mengelabui, dan dapat disalahgunakan. Namun, ada juga yang menganggap kebijakan tersebut sebaga usaha untuk menyelamatkan anak-anak dan membantu mereka samapai mandiri. Ada yang melihat kebijakan ini harus diperuntukkan juga bagi semua orang yang 17 Lihat Pasal 45 ayat 1 tentang Jaminan Kematian dalam Undang-undang No 40 Tahun 2004 Tentang Jaminan Sosial Nasional 18 Lihat Pasal 46 ayat 1 101 kurang mampu. Begitu juga ada pula yang setuju kalau tunjangan kesejateraan diberikan hanya kepada yang berhak. Sementara itu, ada kelompok yang menganggap bahwa orang kayalah yang sebenarnya diuntungkan oleh kebijakan ini, sedangkan masyarakat miskin hanya mendapatkan sisanya saja. Kelompok terakhir berpendapat bahwa kebijakan pemberian santunan pendapatan ini merupakan kebijakan yang merugikan negara. 19 Sedangkan dalam Islam, jaminan sosial bagi masyarakat mendapatkan perhatian yang sangat penting. Di mana Islam memerintahkan kepada umatnya untuk selalu memenuhi kebutuhan dasar bagi setiap individu yang ada dalam sebuah masyarakat. Sistem jaminan sosial dalam Islam tidak hanya terbatas kepada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang bersifat fisik saja seperti makanan dan tempat tinggal namun juga yang bersifat non-fisik seperti pendidikan dan spiritualitas. Dalam hal ini ada lima kebutuhan dasar masyarakat yang harus terpenuhi yang dikenal dengan istilah al- dharūriyyāt al-khams lima kebutuhan primer. Kelima kebutuhan primer tersebut adalah agama atau spiritualitas al- dīn, jiwa al-nafs, keturunan al-nasl, harta al-māl, dan akal atau intelektualitas al-aql. Mewujudkan kemaslahatan menurut Imam As-Syaithibi, kemaslahatan itu ada tiga kategori: 20 19 Michael Sherraden, Aset Untuk Orang Miskin Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, Ed. 1, h.11-12 20 Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, Jakarta: Lantabora Press, 2005, Cet ke-5, h. 4-5 102 1. Kemaslahatan yang dlaruriyaat, yakni kemaslahatan yang menentukan kesejahteraan hidup secara mendasar, baik hidup di akhirat maupun hidup di dunia, jadi bersifat primer. 2. Kemaslahatan hajiyaat, yakni kemaslahatan yang diperlukan dalam kehidupan individu maupun masyarakat, misalnya kesehatan dan pendidikan. kemaslahatan hajiyaat secara umum bersifat sekunder di bawah dlaruriyaat. Meskipun demikian, masalah yang masuk dlaruriyaat atau hajiyaat dapat berubah dalam tingkat kehidupan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Musngkin sesuatu masalah yang sekarang masih bersifat hajiyaat, dalam beberapa waktu mendatang menjadi dlaruriyaat. 3. Kemaslahatan yang tahsiniyaat, yang merupakan faktor penyempurna dan memperindah terhadap kemaaslahatan-kemaslahatan terdahulu, bersifat tertier, tidak mengakibatkan dampak yang fatal seandainya belum terwujud atau tidak terwujud. Menurut Imam Ghazali, ada lima hal yang merupakan masalah dlaruriyaat dalam hidup manusia ini, yaitu: a. Agama ad-din b. Jiwa an-nafs c. Akal al-aql d. Harta al-maal e. Keturunan an-nasl 103 Ada dua bentuk sistem jaminan sosial yang berkenaan dengan pemenuhan kelima kebutuhan primer di atas. Pertama, dengan cara menyediakan segala sarana yang mampu menjaga serta memelihara keberadaan serta keberlangsungan kelima hal tersebut bagi masyarakat min nahiyyah al- wujūd. Sebagai contoh pemenuhan kebutuhan primer yang berupa spiritualitas adalah dengan menyediakan sarana atau tempat ibadah bagi masyarakat. Sedangkan pemenuhan kebutuhan primer yang berupa intelektualitas adalah dengan menyediakan sistem pendidikan yang berkualitas dan murah bagi masyarakat. Kedua, mencegah segala sesuatu yang mampu menyebabkan hilang atau tiadanya kelima hal tersebut dari masyarakat min nahiyyah al- „adam. Sebagai contoh jaminan kebutuhan primer yang berupa jiwa atau nyawa adalah dengan menghilangkan biaya-biaya pengobatan yang mahal bagi masyarakat miskin. Karena dengan adanya biaya mahal yang tidak bisa dijangkau oleh masyarakat miskin tersebut, masyarakat miskin tidak akan terjamin kesehatannya atau bahkan nyawanya. 21 Dalam al- Qur’an, masalah jaminan sosial yang tertuang dalam surat An- Nahl: 71                          21 http:tafsir-ekonomi.blogspot.com201101islam-dan-jaminan-sosial.html Artikel ini diakses pada 11 Mei 2011 104 Artinya: “Dan Allah melebihkan, sebagian kamu dari sebagian yang lain, dalam hal rizki, tetapi orang-orang yang dilebihkan, rizkinya, itu tidak mau, memberikan kepada budak-budak yang dimilikinya, agar mereka sama merasakan, mengapa mereka mengingkari nikmat Allah ”. QS. An- Nahl: 71. Dalam Islam, jaminan sosial tidak hanya dibebankan kepada negara semata. Sebaliknya Islam mengkombinasikan antara peran pemerintah dan swasta dalam hal ini masyarakat secara keseluruhan dalam penyediaan jaminan sosial. Dalam hal ini pemerintah di antaranya mengalokasikan dana zakat untuk menyediakan bahan makan serta kebutuhan dasar lainnya bagi orang yang berhak mendapatkannya mustahiqq. Islam sebagai ajaran yang memuat nilai-nilai normatif, begitu bagusnya dalam memandang dan menempatkan martabat dan harkat manusia, baik sebagai individu maupaun anggota sosial. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut: 22 1. Konsep kesamaan as-sawiyah, yang memandang manusia pada dasarnya sama derajatnya. Terjadinya stratifikasi sosial maupun kejenjangan lainnnya itu terbentuk karena proses lain. Satu-satunya pembedaan kualitatif dalam pandangan Islam adalah ketaqwaan. Konsep ini secara sosiologis membongkar pandangan foedalisme, baik feodalisme religius, feodalisme kapitalis atau feodalisme aristokratis. 2. Konsep keadilan al-adalah, yang membongkar budaya nepotisme dan sikap- sikap korup, baik dalam politik, ekonomi, hukum, hak dan kewajiban, bahkan 22 Muhammad Tholhah Hasan, Islam Dalam Pespektif Sosio Kultur, Jakarta: Lantabora Press, 2005, Cet ke- 3, h. 142-147. 105 dalam praktek-praktek keagamaan. Sebagaimana firman Allah dalam surat al- Maidah: 8                                Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang- orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS. Al-Maidah 58 Bahkan sikap adil ini lebih diprioritaskan dari pada al-Ihsan, seperti tercantum dalam surat an-Nahl : 90                   Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kaum agar kamu dapat mengambil pelajaran. QS. An-Nahl 1690 3. Konsep kebebasankemerdekaan al-hurriyah, yang memandang semua manusia pada hakekatnya hanya hamba Tuhan saja, sama sekali bukan hamba sesama manusia. 106 Berakar dari konsep ini, maka manusia dalam pandangan Islam mempunyai kemerdekaan dalam memilih profesi, dalam memilih wilayah hidup, bahkan dalam menentukan pilihan agama pun tidak dapat dipaksa seperti tercantum dalam surat al-Baqarah : 256                             Artinya: “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang salah. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghu apa saja yang disembah selain dari Allah dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ” QS. Al-Baqarah 2256 Dan juga terdapat pada surat Yunus: 99                  Artinya: “Dan jikalau Tuhan mu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya. QS. Yunus 1099 Sedangkan jaminan sosial yang berasal dari masyarakat berupa kewajiban bagi setiap anggota masyarakat untuk menolong anggota masyarakat lainnya yang sangat membutuhkan serta mengecam orang yang bersikap individualis yang tidak menghiraukan keadaan orang lain . Dan dalam sistem jaminan sosial anggaran yang digunakan untuk mensejahterakan rakyat Indonesia ialah berasal 107 dari Anggaran Pendapatan belanja Negara APBN dan Anggaran Pendapatan Belanja daerah APBD yang dalam penyusunannya tertuang dalam Undang- undang No. 17 tahun 2003. Jadi antara hukum Islam dan hukum positif saling berkaitan dalam pemenuhan jaminan sosial yang merupakan sebuah hak yang paling dasar bagi warga negara tanpa terkecuali atau ada diskriminasi dalam pemenuhan hak tersebut. Namun secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa warga masyarakat di sini merasakan adanya needs atau kebutuhan akan pendidikan, ekonomi, dan kesehatan, equality atau kesamaan, sehingga terbentuklah cita-cita yang ingin mensejahterakan seluruh masyarakat.

B. Kontribusi Hukum Islam terhadap Hukum Positip Tentang Jaminan

Dokumen yang terkait

Reformasi Sitem Jaminan Sosial Sebagai Upaya Mewujudkan Negara Kesejahteraan (Studi Kasus: Implementasi Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional)

4 61 133

Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional - [PERATURAN]

0 2 33

Peran BPJS Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

1 19 104

ASURANSI SOSIAL SEBAGAI ALTERNATIF PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA RUMAH TANGGA DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG JAMINAN SOSIAL NASIONA.

0 0 1

Peran BPJS Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

0 0 9

Peran BPJS Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

0 0 1

Peran BPJS Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

0 1 17

Peran BPJS Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

0 0 21

Peran BPJS Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

0 1 3

BAB II PENGATURAN SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 A. Sistem Jaminan Sosial Nasional - Kedudukan Hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

0 0 24