periode tahun berjalan, baik melalui penghapusan aset tetap maupun melaui pengakuan biaya - biaya periode mendatang ke periode tahun
berjalan.
3. Pola Income Maximization
Menurut pola ini, manajemen laba dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba sebenarnya. Teknik yang dilakukan
beragam, mulai dari menunda pelaporan biaya – biaya periode tahun berjalan ke periode mendatang, pemilihan metode akuntansi yang dapat
memaksimalkan laba, sampai dengan meningkatkan jumlah penjualan dan produksi.
4. Pola Income Smoothing
Pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditur yang memiliki sifat
risk adverse, kestabilan laba merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan. Stabilitas laba ini dapat diperoleh dengan mengombinasikan
dua pola, yaitu meminimalkan atau memaksimalkan laba.
2.1.3 Good Corporate Governance
Istilah corporate governance oleh Cadbury Committee tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal sebagai Cadbury Report. Definisi corporate governance
menurut Cadbury 1992 adalah “A set of rules that define the relationship between shareholder, managers, creditors, the government, employees, and other
internal and external stakeholders in respect to their rights and responsibilities, or the system by which companies are directed and controlled”. Yang
didefinisikan sebagai seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka.
Good corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan
keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan mendapatkan return atas dana yang telah mereka investasikan. Penerapan prinsip good corporate governance ke
seluruh aspek kegiatan perusahaan sangat diperlukan karena prinsip utama dari good corporate governance adalah keadilan bagi seluruh pemegang saham,
keterbukaan melalui laporan keuangan yang akurat dan informasi tepat waktu atas kinerja perusahaan.
Adapun pengertian corporate governance menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI yaitu seperangkat peraturan yang menetapkan
hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ektern lainnya sehubungan
dengan kata hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Adapun Center for European
Policy Study CEPS, memformulasikan GCG adalah seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak right, proses, dan pengendalian baik yang ada di dalam
maupun diluar manajemen perusahaan. Sebagai pengertian, hak di sini adalah hak seluruh stakeholder, bukan terbatas kepada shareholder saja. Hak adalah berbagai
kekuatan yang dimiliki stakeholder secara individual untuk mempengaruhi manajemen. Proses, maksudnya adalah mekanisme dari hak-hak tersebut. Adapun
pengendalian merupakan mekanisme yang memungkinkan stakeholder menerima informasi yang diperlukan seputar kegiatan perusahaan.
Good Corporate Governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah value
added untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini,
pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar akurat dan tepat pada waktunya, dan kedua, kewajiban perusahaan untuk
melakukan pengungkapan disclosure secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.
Praktik good corporate governance dapat berjalan dengan baik apabila menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik good corporate
governance. Komite Nasional Kebijakan Governance 2006, mengemukakan prinsip-prinsip dasar good corporate governance sebagai berikut :
1. Transparansi Transparency, untuk menjaga obyektivitas dalam
menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh
pemangku kepentingan. Perushaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan
lainnya.
2. Akuntabilitas Accountability, perusahaan harus dapat mempertanggung
jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan
perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.
3. Responsibity Responsibility, perusahaan harus mematuhi peraturan
perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan
usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
4. Independensi Independency, untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG,
perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi
oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan Fairness, dalam melaksanakan kegiatannya,
perushaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan.
2.1.4 Komisaris Independen