pembimbing merupakan seorang yang ahli dalam penelitian kualitatif fenomenologi, dan mendiskusikan kembali hasil wawancara dan proses
member checking yang telah dilakukan dengan dosen pembimbing.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian pengalaman ibu nifas dalam melakukan manajemen laktasi pada bayi dengan BBLR di Kecamatan Delitua,
Kabupaten Deli Serdang. Penelitian fenomenologi ini bertujuan mengetahui dan mengeksplor secara mendalam bagaimana tentang pengalaman ibu nifas dalam
melakukan manajemen laktasi pada bayi dengan BBLR. Lima orang partisipan dalam penelitian ini berdomisili di Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang.
Dalam pengumpulan data peneliti melakukan wawancara mendalam dengan para partisipan.
1. Karakteristik Partisipan Penelitian ini melibatkan 5 orang partisipan yang memiliki bayi BBLR.
Berikut ini paparan masing-masing karakteristik partisipan dari data demografi. Lima orang partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta mau menandatangani perjanjian sebelum interview dimulai. Para partisipan adalah ibu
yang pernah memiliki bayi dengan BBLR dan memberikan manajemen laktasi pada bayi tersebut. Umur kelima partisipan berkisar antara 18-31 tahun. Rata-rata
umur partisipan adalah 25 tahun. Kelima partisipan beragama Islam. Mayoritas partisipan bekerja sebagai ibu
rumah tangga yaitu tiga orang, satu orang partisipan bekerja sebagai pegawai swasta, satu partisipan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Dua orang
partisipan pendidikan terakhirnya SMP, dua orang SMA dan satu orang Perguruan Tinggi. Kelima partisipan menceritakan bagaimana pengalaman melakukan
manajemen laktasi pada bayi dengan BBLR. Data demografi dapat dilihat di Tabel 4.1.
Table 4.1 Karakteristik Partisipan
Parti sipan
Karakteristik Umur
Pekerjaan Suku
Anak Pendidi
kan Bb bayi
1. 18 Tahun Ibu Rumah tangga
Padang Pertama
SMP 1900 kg
2. 22Tahun Pembantu rumah
tangga Jawa
Kedua SMP
1800 kg
3. 23 Tahun Pegawai swasta
Jawa Pertama
Pergurua n tinggi
2200 kg
4. 30 Tahun Ibu Rumah Tangga
Aceh Pertama
SMA 2000 kg
5. 31 Tahun Ibu Rumah Tangga
Jawa Ketiga
SMA 1900 kg
2. Manajemen Laktasi pada Bayi dengan BBLR Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap lima partisipan yang telah
melakukan manajemen laktasi pada bayi dengan BBLR, maka peneliti menemukan lima tema dalam upaya manajemen laktasi pada bayi dengan BBLR
dan telah disebutkan oleh partisipan tersebut adalah: 1 Perawatan segera setelah kelahiran bayi BBLR, 2 Kebiasaan yang dilakukan untuk menjaga suhu tubuh
bayi, 3 Kebiasaan yang dilakukan untuk menaikkan berat badan bayi, 4 Kebiasaan yang dilakukan untuk menghindari bayi sakit, 5 Kebiasaan untuk
mencegah infeksi pada bayi.
Table 4.2 Tema dan Sub Tema Manajemen Laktasi pada Bayi dengan BBLR
No Tema
Sub Tema 1.
Perawatan segera setelah kelahiran bayi BBLR
1.1.Meletakkan bayi diatas dada ibu 1.2.Membungkus bayi dan
membedong bayi 2.
Kebiasaan yang dilakukan untuk menjaga suhu tubuh bayi
2.1.Berjemur dibawah matahari pagi 08.00-10.00
2.2.Menghangatkan kamar dengan cara lampu tetap hidup
2.3.Menghangatkan kamar dengan cara sale
2.4.Melakukan metode kangguru 2.5.Memandikan bayi dengan air
hangat 2.6.Memakai topi, sarung tangan dan
sarung kaki 2.7.Memberikan pilis dikening bayi
BBLR 2.8.Mengoleskan minyak telon
ditelapak tangan dan telapak kaki
3. Kebiasaan yang dilakukan untuk
menaikkan berat badan bayi 3.1.Memberikan ASI 2 jam sekali
3.2.Memberikan ASI sesering mungkin
3.3.Memberikan ASI menggunakan sendok
3.4.Memberikan air tajin 3.5.Memberikan nasi tim yang diolah
sendiri 3.6.Memberikan pisang yang
dihaluskan 4.
Kebiasaan yang dilakukan untuk menghindari bayi sakit
4.1.Menggunakan obat-obatan dan ramuan kampung
4.2.Menggunakan gelang dan kalung dari benang 7 warna sebagai
penangkal 4.3.Memakai gunting dan bawang
putih 4.4.Bayi tidak boleh keluar sebelum
40 hari 4.5.Memijat dan mengoleskan
minyak yang dicampurkan bawang keseluruh tubuh bayi
4.6.Membawa kebidan atau kerumah sakit
5. Kebiasaan untuk mencegah infeksi
pada bayi 5.1.Mencuci tangan sebelum
menyentuh bayi 5.2.Merebus kompeng, dodot bayi,
dan peralatan makan 5.3.Tidak memberikan sembarang
orang menggendong bayi
Ibu memiliki pengalaman yang berbeda dan beragam dalam melakukan manajemen laktasi pada bayi BBLR, hal ini dikarenakan anjuran dari bidan dan
dukungan dari keluarga saat ibu merawat bayi. Meliputi: perawatan segera setelah kelahiran bayi BBLR, kebiasaan yang dilakukan untuk menjaga suhu tubuh bayi,
kebiasaan yang dilakukan untuk menaikkan berat badan bayi, kebiasaan yang dilakukan untuk mengindari bayi sakit, kebiasaan untuk mencegah infeksi pada
bayi. Berikut ini merupakan paparan dari masing-masing partisipan adalah sebagai berikut:
1. Perawatan segera setelah kelahiran bayi BBLR Segera setelah lahir bayi dengan BBLR membutuhkan kehangatan. Pada
masa ini bayi dihangatkan agar bayi merasa hangat dan terlindungi. Dengan dipandu oleh bidan dan didukung oleh keluarga ibu yang merasa khawatir
melihat kondisi bayinya akan yakin untuk melakukan perawatan segera setelah kelahiran. Bidan meyakinkan pada ibu bahwa perawatan ini harus
dilakukan demi kebaikan bayi itu sendiri. Diantaranya adalah meletakkan bayi diatas dada ibu serta membungkus dan membedong bayi.
1.1.Meletakkan bayi diatas dada ibu Salah satu asuhan bayi baru lahir yaitu segera setelah lahir diletakkan
diatas dada ibu agar bayi merasa kehangatan dan bayi dapat meraba untuk mencari sendiri puting susu ibu agar terlaksananya IMD. Proses skin to
skin ini diyakini dapat menghangatkan tubuh bayi yang baru merasakan dunia diluar uterus. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partispan
berikut ini: “ Pas lahir sebelum dipotong tali pusatnya anak
kakak lansung ditarok diatas dada kakak tanpa baju trus diatas badan anak kakak ditutup selimut biar
hangat”
Partisipan A “Anak kakak lansung nyari puting susu waktu
dinaikkan kedada kakak, kakak peluk anak kakak biar terjalin sentuhan sayang ibunya”
Partisipan C “setelah si adek dibedong bidannya lansung
telengkupin di atas badan kakak katanya biar hangat anaknya”
Partisipan D 1.2.Membungkus dan membedong bayi
Menurut kepercayaan dan adat istiadat disetiap daerah bayi yang baru lahir harus dibedong walaupun telah banyak penyuluhan kesehatan
tentang larangan membedong bayi baru lahir normal. Tetapi pada bayi yang berat badan lahir kurang sangat efektif jika dibedong karena dapat
membantu menghangatkan tubuh bayi. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:
“Anak saya dibedong sama mamak saya sampe usianya 3 bulan dek”
Partisipan A “Cuma satu bulan bayi kakak dibedong dek biar dia
tetap hangat badannya trus mengantisipasi jalannya ngangkang pas gedek”
Partisipan C “Anak kakak kalo dibedong rewel dek, jadi setelah
berat badannya normal gak kakak bedong lagi dia” Partisipan E
2. Kebiasaan yang dilakukan untuk menjaga suhu tubuh bayi Ketika bayi lahir, tentu saja tubuh bayi akan menyesuaikan diri dengan
kehidupan diluar uterus. Agar tidak kehilangan panas tubuh ada beberapa ritual yang dilakukan, diantaranya adalah berjemur dibawah matahari pagi
08.00-10.00, menghangatkan kamar dengan cara lampu tetap hidup, menghangatkan kamar dengan cara sale, melakukan metode kangguru,
memandikan bayi dengan air hangat, memakai topi, sarung tangan dan sarung kaki, memberikan pilis dikening bayi BBLR, mengoleskan minyak telon
ditelapak tangan dan telapak kaki. 2.1.Berjemur dibawah matahari pagi 08.00-10.00
Matahari pagi memproduksi vitamin D alami yang berfungsi sebagai pembentukan tulang dan memberikan kehangatan alami kepada tubuh.
Pada bayi BBLR matahri pagi sangat baik diberikan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:
“Setiap jam stengah sembilan pagi mamak saya slalu menggendong anak saya kedepan teras untuk
menjemur anak saya dek, agar anak saya gak kuning”
Partisipan D
2.2.Menghangatkan kamar dengan cara lampu tetap hidup Suhu ruangan diciptakan sehangat mungkin agar bayi tidak kedinginan.
Lampu pijar dapat menciptakan kehangatan dalam kamar. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:
“dikamar kakak jendelanya gak di buka dek, lampunya gapernah dimatiin”
Partisipan A “biar kamarnya hangat lampu kamar gak dikasih
matikan sama mamak saya dek, katanya biar suhu kamarnya gak dingin dek”
partisipan B “siang siang pun lampu kamar kami tetap hidup”
Partisipan C “lampu kamar gak pernah dimatikan dek, malah
kalo lagi cuaca dingin diatas tempat tidur dipasang lampu belajar dan dihidupin mengarah ke anak
kakak dek biar gak kedinginan”
Partisipan E
2.3.Menghangatkan kamar dengan cara sale Sale adalah adat istiadat suku Aceh yang diberikan kepada ibu nifas.
Caranya dengan membakar arang lalu diletakkan dibawah tempat tidur. Cara sale juga dapat menciptakan kehangatan kamar secara alami. Hal
tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini: “Suku Aceh ada istilahnya sale dek, pas kakak di
sale si adek juga ikut tidur disamping kakak” Partisipan D
2.4.Melakukan metode kangguru Salah satu cara untuk mengurangi kesakitan dan keatian BBLR adalah
dengan Perawatan Metode Kangguru PMK yaitu perwatan bayi baru lahir dengan melekatkan bayi didada ibu ataupun keluarga yang lain ada
kontak kulit antar bayi dengan ibu atau keluarga sehingga suhu tubuh bayi tetap hangat. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan
berikut ini: “anak kakak sering dimasukkan kedalam baju dek,
kadang mau juga dipeluk ayahnya biar dia merasa hangat”
Partisipan A “karena saya lemas kali dek, jadi suami atau ibu
saya yg memeluk bayi saya dek, tapi terkadang diberikan kesaya juga sih dek”
Partisipan B “kemarin bidannya ngajarin kami metode
kangguru dek, anak saya jadinya saya peluk terus diatas dada saya dek”
Partisipan C “setiap malam anak saya tidur diatas dada saya
dek” Partisipan D
“biar bayi tetap hangat trus ngerasa asuhan kasih saying jadi anak saya sering saya peluk diatas dada
saya dek”
Partisipan E
2.5.Memandikan bayi dengan air hangat Salah satu bentuk personal hygine adalah memandikan bayi. Pada bayi
BBLR air yang digunakan tidak boleh terlalu dingin, agar bayi tidak kehilangan panas tubuhnya. Ait yang digunakan untuk mandi bayi harus
diupayakan sehangat mungkin. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:
“anak saya dimandikan setiap pagi dan sore pakai air hangat”
Partisipan A “mamak saya yang selalu memandikan anak saya
dek, biasanya pake air hangat kuku dek dan gak lama lama biar gak menggigil”
Partisipan B “saya takut mandikan anak saya dek, jadi bidannya
setiap hari datang untuk mandikan anak saya” Partisipan D
2.6.Memakai topi, sarung tangan dan sarung kaki Menurut tradisi topi memang baik untuk menjaga agar bayi tidak
kedinginan serta sarung tangan dan sarung kaki agar kuku bayi tidak melukai kulit bayi yang tergesek dengan kukunya selain itu juga berfungsi
untuk menghangatkan atau mencegah bayi masuk angin. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:
“Bayi saya selalu memakai topi dan sarung tangan sarung kaki”
Partisipan C “kalo keluar rumah, topi sama sarung tangannya
gak ktinggalan dek biar gak masuk angin dia” Partisipan E
2.7.Memberikan pilis dikening bayi Pilis dipercaya dapat mencegah masuk angin bagi ibu post partum juga
diberikan pilis, pilis dioleskan dikening sibayi. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:
“mertua saya memang nyuruh kening bayi saya dioles pilis dek”
Partisipan A “setiap habis mandi pake pilis”
Partisipan B “karena sudah tradisi kakak sama si adek di
pakekan pilis dek” Partisipan C
“selama 40 hari kening anak kakak dioles pilis” Partisipan E
2.8.Mengoleskan minyak telon ditelapak tangan dan telapak kaki Minyak telon berguna menghangatkan, selain minyak telon juga
digunakan baby oil karena tubuh bayi dengan BBLR kulitnya sangatlah sensitif. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini :
“sehabis mandi telapak tangan dan telapak kaki anak saya dioles minyak telon biar hangat”
Partisipan C “tangan dan kakinya kadang dioles minyak telon
kadang baby oil” Partisipan D
3. Kebiasaan yang dilakukan untuk menaikkan berat badan bayi Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap kelima partisipan,
seluruhnya memebrikan ASI pada bayinya tapi mereka juga memberikan makanan tambahan sebagai MP-ASI. Tetapi mereka lebih mengutamakan
pemberian ASI. Adapun nutrisi yang mereka berikan, diantaranya adalah:
Memberikan ASI 2 jam sekali, memberikan ASI sesering mungkin, memberikan ASI menggunakan sendok, memberikan air tajin, memberikan
nasi tim yang diolah sendiri, memberikan pisang yang dihaluskan. 3.1.Memberikan ASI 2 jam sekali
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, partisipan mengatakan bahwa memberikan ASI setiap 2jam efektif untuk menaikan berat badan
bayi. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini: “setiap 2 jam sekali saya rutin memberikan ASI
pada anak saya” Partisipan E
3.2.Memberikan ASI sesering mungkin Dari beberapa partisipan yang diwawancarai, ada yang menyatakan
memberikan ASI sesering mungkin dapat menaikkan berat badan bayi BBLR. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:
“asal anak kakak lidahnya udah melet-melet lansung kakak susuin dek”
Partisipan A “kalo udah rewel itu tandanya dia haus, lansung
kakak gendong dan kasi ASI anak kakak dek”
Partisipan B “semakin bertambah hari semakin sering kakak kasi
ASI biar cepat naik berat badannnya dek”\ Partisipan D
3.3.Memberikan ASI menggunakan sendok Dari hasil wawancara ada partisipan yang refleks menghisap bayinya
tidak kuat, maka ibu memerah ASInya dengan pompa lalu menyendokkan
secara perlahan kepada bayinya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:
“anak kakak malah ngisap dek, mungkin belum kuat dia, jadi kakak sendokkan ASInya tp setelah 2
minggu kakak tetekin dia dek tapi harus sabar sabarlah”
Partisipan C 3.4.Memberikan air tajin
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti ada dua partisipan yang memberikan air tajin untuk mendukung kenaikan berat badan bayinya.
Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini: “kalo ASI kakak lagi gak banyak, dibuatkan air
tajin hangat sama mamak kakak dek, trus diminumkan anak kakak dek”
Partisipan B “kalo dikampung kakak air tajin memang minuman
buat bayi dek apalagi kalo dia rewel mungkin karena kekurangan ASI, ngak berbahaya kok kata
orang tua dulu”
Partisipan E
3.5.Memberikan nasi tim Dari wawancara pada partispan ada yang memberikan nasi tim dengan
campuran yang diolah sendiri pada bayinya. Menurut partisipan nasi tim mendukung kenaikan berat badan bayi. Hal tersebt didukung oleh
pernyataan partisipan berikut ini: “selain air tajin ditambahkan juga nasi tim yang
mamak kakak buat biasanya dicampur sama hati ayam, kentang, wartel, pokoknya dihaluskan jadi
satu biar anak kakak kenyang dan gak rewel lagio dek”
Partisipan B
3.6.Memberikan pisang yang dihaluskan\ Pisang yang digunakan adalah pisang barangan, menurut partisipan
pisang juga mendukung sebagai makanan bayi. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:
“anak kakak umur 2 minggu udah dikasi makan pisang barangan yg dikerok trus dihaluskan dek”
Partisipan D “kalo anak kakak memang ada dicoba dikasi pisang
halus itu dua kali tapi yang ketiga hari dia gamau lagi padahalkan pisang bagus biar dia gak
mencret”
Partisipan E
4. Kebiasaan yang dilakukan untuk menghindari bayi sakit Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan pada 5 partisipan, mereka punya
cara yang beragam untuk menghindari bayi sakit mulai dari kebiasaan spiritual ataupun medis. Diantaranya adalah menggunakan obat-obatan dan
ramuan kampong, menggunakan gelang dan kalung dari benang 7 warna sebagai penangkal, memakai gunting dan bawang putih, bayi tidak boleh
keluar sebelum 40 hari, memijat dan mengoleskan minyak yang dicampurkan bawang keseluruh tubuh bayi, membawa kebidan atau kerumah sakit.
4.1.Menggunakan obat-obatan dan ramuan kampong “anak kakak kalo udah masuk angin dipanggang
daun jarak trus tarok diatas perutnya baru dilapisi gurita”
Partisipan B
“udah jadi rahasia semua orang dek kalo anak anak sakit perut atau mencret dibalut sama daun
jarak layu pasti besoknya sembuh”
Partisipan C “kalo perut anak kakak udah gembung lansung
dipanaskan daun jarak sama mamak kakak trus diletakkan diatas perut siadek”
Partisipan D “memang daun jarak ampuh dek kalo untuk anak
kakak udah mulai sakit” Partisipan E
4.2.Menggunakan gelang dan kalung dari benang 7 warna sebagai penangkal “ pas lahir memang udah dibuatkan sama kakeknya
siadek gelas sama kalung yang diikat diperut, sebagai penangkal makhluk halus dek”
Partisipan A “ menurut tradisi memang setiap bayi baru lahir itu
hari diikatkan benang 7 warna diperutnya sebagai obat”
Partisipan C 4.3.Memakai gunting dan bawang putih
“biar ga diganggu makhluk jahat bajunya dipenitikan gunting lipat”
Partisipan A “dibawah bantalnya diselip gunting sama bawang
putih dek, sebenarnya saya tidak terlalu percaya hal mistis, tapi kalo ga dilakukan mamak saya
marah karena itu memang pengobatan tradisonal”
Partisipan B
4.4. Memijat dan mengoles minyak yang dicampurkan bawang keseluruh tubuh bayi
“neneknya sering buat minyak lampu dicampur bawang trus dipijat pijat ke badan anak kakak dek”
Partisipan B “biar hangat kakak oleskan minyak pake bawang ke
badan si adek, trus kalo dukun anak itu datang sering dibuat pijat bayi dek biar peredaran darah
anak kakak lancar”
Partisipan C “pas umur dua bulan anak kakak pernah dipijat
sama mamak kakak dek”
Partisipan D “kalo udah hujan kakak oleskan minyak pake
bawang dek ke badannya trus keperutnya anak kakak biar hangat badannya trus gak masuk angin”
Partisipan E
4.5.Membawa kebidan atau kerumah sakit “anak kakak insyaallah belum pernah sakit parah
dek. Palingan kalo demam dibawa ke bidan lina yang didepan”
Partisipan A “kalo imunisasi aja dibawa kebidan dek. Disini
bidannya mau dipanggil kerumah kalo anak kakak sakit”
Partisipan C
5. Kebiasaan untuk mencegah infeksi pada bayi Bayi BBLR sangat rentan terkena infeksi karena kadar immunoglobulin pada
bayi BBLR masih sangat rendah, jadi perlu menjaga kebersihan dan lingkungan yang optimal untuk tumbuh kembang bayi. Diantaranya adalah
mencuci tangan sebelum menyentuh bayi, merebus kompeng, dodot bayi, dan peralatan makan, tidak memberikan sembarang orang menggendong bayi.
5.1.Mencuci tangan sebelum menyentuh bayi “sebelum ngegendong anak kakak, kakak cuci
tangan dulu dek” Partisipan A
“kalo mau netekin kakak bersihin dulu pake air hangat daerah putingnya dek, trus kakak pijat sikit
biar lancar keluar air susunya”
Partisipan C “siapapun yang mau megang anak kakak disuruh
cuci tangan dulu” Partisipan D
“kalo suami kakak pulang kerja gak kakak kasih megang si adek lansung dek, kakak suruh mandi
bersih bersih dulu baru boleh soalnya kan dari luar banyak kumannnya dek”
Partisipan E
5.2.Merebus kompeng , dodot bayi, dan peralatan makan “ sebelum buat susu direbus dulu dek dodotnya biar
hilang kumannya” Partisipan B
“setiap pagi direbus sama mamak kakak dek smua peralatan makan sama dodotnya smua dek”
Partisipan C
5.3.Tidak memberikan sembarang orang menggendong bayi “kalo ada orang datang ya kakak ajalah yang
gendong bayi kakak dek, gak kakak kasih gendong dek, takut salah gendong kan kasian bayi kakak”
Partisipan A “pas tamu datang kakak cuma kasih liat ajalah dek
gak kakak kasih gendong”
Partisipan D
B. PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang diperoleh dari partisipan sesuai dengan teori yang berhubungan yaitu mengenai
manajaemen laktasi pada bayi BBLR di kecamatan delitua kabupaten deli
serdang dimana meliputi perawatan segera setelah kelahiran bayi BBLR, kebiasaan yang dilakukan untuk menjaga suhu tubuh bayi, kebiasaan yang
dilakukan untuk menaikkan berat badan bayi, kebiasaan yang dilakukan untuk mengindari bayi sakit, kebiasaan untuk mencegah infeksi pada bayi
Pada bayi BBLR banyak sekali resiko terjadi permasalahn pada system tubuh, oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal
pada bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis akan lebih buruk bila berat badan semakin rendah, kematian sering disebabkan
karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, pendarahan intra kranial, hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf,
gangguan bicara, tingkat kecerdasan rendah. Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat
kehamilan, persalinan dan postnatal.pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi, mengatasi pernafasan,
asfiksia,hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain Proverawati, 2010 Oleh karena itu penting bagi tenaga kesehatan memahami manajemen
laktasi pada bayi BBLR agar dapat mengurangi kematian yang terjadi karena berat badan bayi semangkin buruk atau rendah.
Hal ini dapat kita lihat dari lima informan yang memberikan manajemen laktasi dan perawatan pada bayi serta masih memberikan
makanan pendamping ASI walaupun sudah diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan yang ada disekitar wilayah mereka. Sudah menjadi tradisi bagi
setiap masyarakat bahwa bayi yang baru lahir membutuhkan makanan