29 berarti luas sekitar 15 ha untuk sektor pedesaan dan 10 ha untuk sektor
perkotaan Subaryono dan Lukito E.N, 2004:3.
2. Dasar- Dasar Pemungutan Pajak
a. Pengertian Pajak Menurut Adam Smith, pajak adalah “a contribution from the
citizen to support of the state”. Sedangkan Dan Bastable menyatakan bahwa pajak adalah “a compulsory contribution of the wealth of a
person or body of persons for service of the public powers” Setiyaji, Gunawan dan Hidayat Amir, 2005:2.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh N. J. Feldmann dalam Brotodihardjo, 1989:3
“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa, menurut norma-norma yang ditetapkan secara
umum, tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh musgrave dan musgrave dalam Lubis, 2006:6
“Pajak adalah pungutan yang ditarik dari sektor swasta tanpa mengakibatkan timbulnya kewajiban bagi pemerintah terhadap pihak
pembayar”.
Dari kalangan dalam negeri, Rochmat Soemitro dalam Resmi, 2003:1 mendefinisikan pajak sebagai berikut:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal-
balik kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
30 Menurut Undang-Undang No. 16 tahun 2000 yang telah diubah
menjadi Undang-Undang No. 28 tahun 2007 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:
“Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadibadan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.”
Sementara menurut Djajaningrat, pajak adalah “kewajiban untuk menyerahkan sebagian dari kekayaan kepada negara disebabkan oleh
suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan
yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan
umum” Setiyaji, Gunawan dan Hidayat Amir, 2005:2. Dari berbagai definisi tentang pajak di atas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pajak memiliki beberapa aspek dasar: 1 Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang;
2 Sifatnya dapat dipaksakan; 3 Tidak ada kontraprestasi yang langsung dapat dirasakan oleh
pembayar pajak tax payer; 4 Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik pemerintah pusat
maupun daerah; dan
31 5 Pajak
digunakan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran
pemerintah rutin dan pembangunan bagi kepentingan masyarakat umum.
b. Fungsi Pajak dan Syarat-syarat Pemungutan Pajak 1 Fungsi Pajak
Menurut Suandy 2005:14-15 ada dua fungsi pajak, yaitu: fungsi budgeter dan fungsi reguleren:
a Fungsi Budgetair Sebagai alat sumber untuk memasukkan uang sebanyak-
banyaknya ke dalam kas negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan dan bila ada
sisa surplus akan digunakan sebagai tabungan pemerintah. Menurut Suharno Hadikusumo dalam buku Pengantar Hukum
Pajak Indonesia Lubis, 2007 untuk memperoleh hasil penerimaan pajak yang optimal, maka pertama-tama harus
dilakukan penelitian terhadap keadaan masyarakat. Kemudian diteliti pula bagaimana sekiranya sistem pemungutan pajak
yang baik dan cocok dengan keadaan masyarakat itu dan yang terakhir dengan diciptakannya Undang-Undang Perpajakan
dengan baik dan yang sangat perlu diperhatikan adalah unsur manusianya.
32 b Fungsi reguleren
Dalam tatanan ideal maka suatu sistem perpajakan nasional sebagai fungsi mengatur haruslah meminimalisir kemungkinan
akses negatif yang akan timbul disamping untuk tujuan penerimaan sebagai salah satu fungsi budgetair. Perpajakan
tidak pernah menghendaki lemahnya dunia usaha, bahkan sebaliknya selalu berupaya menciptakan iklim dan angin segar
untuk dunia usaha. Reguler sebagai fungsi mengatur, sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan,
untuk mendorong investasi, sebagai alat redistribusi, misalnya: mengadakan perubahan tarif. Contohnya adalah fasilitas
perpajakan, diantaranya: 1
Tax holiday 2
Investment allowance 3 Fasilitas yang bersifat dan berdampak ekonomis
4 Fasilitas dalam bentuk tarif, batas waktu restitusi, perlindungan terhadap pengusaha kecil, dan kawasan
berikat. 2 Syarat Pemungutan Pajak
Menurut Suandy 2005:31 agar pemenuhan kewajiban pajak berjalan dengan baik dan lancar serta tidak menimbulkan hambatan
atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:
33 a Pemungutan pajak harus adil
b Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang c Tidak mengganggu perekonomian
d Pemungutan pajak harus efisien e Sistem pemungutan pajak harus sederhana
c. Asas dan Dasar Pemungutan Pajak Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak dalam alternatif
pemungutannya berdasarkan pada asas-asas pemungutan pajak sehingga terdapat keserasian antara pemungut pajak dengan tujuan dan asasnya.
Secara teoritis Adam Smith dalam bukunya “an inquiri into the natura and causes of the wealth of nation”, yang dikutip oleh
Brotodihardjo, 2003:27 dalam bukunya: pengantar ilmu hukum pajak, menyatakan beberapa prinsip pengenaan pajak yang disebut dengan
”Smith’s Canon”, yaitu:
1 Equality kesamaan dan keseimbangan 2 Certainty kepastian dan kejelasan berkenaan dengan pemenuhan
kewajiban pajak wajib pajak. 3 Convenience of payment waktu pembayaran pemenuhan kewajiban
pajak yang tepat yaitu, saat wajib pajak menerima penghasilan. 4 Eficiency Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat-
hematnya Dalam hal penetapan nilai pajak dan tarif pajak tergantung dari
kemauan politik Pemerintah Daerah untuk mengenakan suatu pajak
34 secara efektif dan adil. Misalnya, menetapkan nilai Pajak Pembangunan
I bersifat otomatis sebesar 10 dari barangjasa yang dikonsumsi. Mengacu pada teori tersebut, pada dasarnya pengenaan pajak harus
memperhatikan aspek yuridis, ekonomis dan keuangan. Aspek yuridis berkaitan dengan keadilan dan kepastian tentang siapa yang dikenakan
pajak dan berapa besar pajak yang dikenakan. Sedangkan dari aspek ekonomis, pajak yang dipungut tidak memakai biaya yang lebih besar
ketimbang hasil yang dipungut. Secara keuangan, pajak tidak boleh merugikan serta mengurangi kekayaan rakyat.
d. Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak dapat dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu: Official Assesmnt System, Self Assesment System,dan With Holding System Waluyo, 2008:17.
1 Official Assesment System Sistem ini merupakan suatu sistem pemungutan pajak yaitu
aparatur pajak yang menentukan sendiri diluar wajib pajak jumlah pajak yang terutang. Dalam sistem ini inisiatif sepenuhnya ada pada
aparatur pajakkegiatan dalam menghitung dan pemungutan pajak sepenuhnya ada pada aparatur pajak.
2 Self Assesment System Menurut Undang-undang No.9 tahun 1994, Undang-undang
No.10 tahun 1994, Undang-undang No.11 tahun 1994, Undang-undang No.12 tahun 1994, sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia
35 adalah Self Assessment. Sistem ini merupakan suatu sistem
pemungutan pajak yaitu wajib pajak menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan.
Guna memastikan terlaksananya keberhasilan sistem ini di masyarakat sebagai pembayar tax payer maka ada prinsip mutlak yang harus
dipahami dan diterapkan: a Transparansi Tranparancy
b Kemandirian Independence c Akuntability Accountability
d Pertanggungjawaban Responbility e Kewajaran Fairness
Sistem perpajakan secara self assestment diletakkan kepada kepercayaan kepada aktivitas dari masyarakat itu sendiri, yaitu dimana
wajib pajak diberi kepercayaan untuk: a Menghitung sendiri pajak yang terutang
b Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang c Membayar sendiri jumlah pajak yang harus dibayar
d Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang Syarat-syarat sistem self assestment yang dapat berhasil dengan
baik adalah: a Adanya kepastian hukum
b Sederhana perhitungannya c Mudah pelaksanaan
36 d Lebih adil dan merata
e Perhitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak 3 With Holding System
Sistem pemungutan pajak dimana penghitungan, pemotongan dan pembayaran pajak serta pelaporan dipercayakan kepada pihak ketiga
oleh pemerintah. Withholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk
memotongmemungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Pihak ketiga yang dimaksud di sini antara lain adalah pemberi kerja,
bendaharawan pemerintah. Witholding system merupakan payment system sedangkan self assesment merupakan assesment. Assesment
system adalah kegiatan atau sistem menghitungmenetapkan besarnya pajak yang terutang bagi wajib pajak.
3. Pajak Bumi dan Bangunan