36 d Lebih adil dan merata
e Perhitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak 3 With Holding System
Sistem pemungutan pajak dimana penghitungan, pemotongan dan pembayaran pajak serta pelaporan dipercayakan kepada pihak ketiga
oleh pemerintah. Withholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk
memotongmemungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Pihak ketiga yang dimaksud di sini antara lain adalah pemberi kerja,
bendaharawan pemerintah. Witholding system merupakan payment system sedangkan self assesment merupakan assesment. Assesment
system adalah kegiatan atau sistem menghitungmenetapkan besarnya pajak yang terutang bagi wajib pajak.
3. Pajak Bumi dan Bangunan
a. Dasar Hukum Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana yang telah
diubah terakhir kali dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Mardiasmo, 2009:317.
b. Definisi Umum Menurut Mardiasmo 2009:311, Pajak Bumi dan Bangunan PBB
didefinisikan sebagai berikut:
37 1 Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya,
meliputi tanah dan perairan pedalaman termasuk rawa, tambak, perairan serta laut wilayah RI.
2 Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Termasuk pengertian
bangunan adalah: a Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek bangunan
seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;
b Jalan TOL; c Kolam renang;
d Pagar mewah; e Tempat olahraga;
f Galangan kapal, dermaga; g Taman mewah;
h Tempat penampungankilang minyak, air dan gas, pipa minyak; i Fasilitas lain yang memberikan manfaat.
Sehingga, PBB merupakan pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumitanah
danatau bangunan. Keadaan subjek siapa yang membayar tidak ikut menentukan besar pajak.
38 c. Subjek Pajak
Subjek Pajak merupakan orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas
bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Subjek Pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak
menjadi wajib pajak menurut undang-undang ini Suandy, 2006:354. d. Objek Pajak
Objek Pajak adalah bumi dan atau bangunan. Klasifikasi Objek Pajak diatur oleh Menteri Keuangan. Sedangkan, klasifikasi Objek Pajak
adalah pengelompokkan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan perhitungan pajak
yang terutang Suandy, 2006:355. Dalam menentukan klasifikasi bumitanah faktor-faktor yang
diperhatikan adalah sebagai berikut: 1 Letak;
2 Peruntukkan; 3 Pemanfaatan;
4 Kondisi lingkungan, dan lain-lain. Dalam menentukan klasifikasi bangunan faktor-faktor yang
diperhatikan adalah sebagai berikut: 1 Bahan yang dugunakan;
2 Rekayasa; 3 Letak;
39 4 Kondisi lingkungan, dan lain-lain.
Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Objek Pajak yang:
1 Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan
nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan; 2 Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu; 3 Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak;
4 Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;
5 Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri keuangan.
Contohnya adalah pesantren atau sejenis dengan itu, madrasah, tanah wakaf, rumah sakit umum, dan Objek Pajak yang digunakan oleh
negara untuk penyelenggaraan pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Suandy,
2006:355.
40 e. Tahun Pajak dan Tempat Pajak yang Terutang
Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 satu tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan
tahun kalender UU No.28 tahun 2007. Menurut Suandy 2003:356 Tempat Pajak yang Terutang meliputi:
1 Untuk daerah Jakarta, di wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta; 2 Untuk daerah lainnya, di wilayah kabupaten Daerah Tingkat II atau
Kotamadya Daerah Tingkat II; yang meliputi letak Objek Pajak. f. Pendataan, Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP, Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT, dan Surat Ketetapan Pajak Dalam rangka pendataan, Subjek Pajak wajib mendaftarkan
Objek Pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP. Wajib Pajak akan diberikan SPOP untuk diisi dan dikembalikan
kepada Direktorat Jenderal Pajak. Wajib Pajak yang pernah dikenakan IPEDA tidak wajib mendaftarkan Objek Pajaknya kecuali jika ia
menerima SPOP, maka ia wajib mengisinya dan mengembalikannya kepada Direktorat Jenderal Pajak. SPOP harus diisi dengan jelas, benar,
lengkap, dan tepat waktu serta ditandatangani dan disampaikan kepada Dirjen Pajak yang wilayah keadaannya meliputi letak Objek Pajak
selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak Suandy, 2006:356.
Dirjen Pajak akan menerbitkan SPPT berdasarkan SPOP yang diterimanya. SPPT diterbitkan atas dasar SPOP, namun untuk membantu
41 wajib pajak SPPT dapat diterbitkan berdasarkan data Objek Pajak yang
telah ada pada Direktorat Jenderal Pajak Suandy, 2006:357. Direktur Jenderal pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan
Pajak dalam hal-hal sebagia berikut: 1 Apabila SPOP tidak disampaikan dan setelah ditegur secara tertulis
tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat teguran. 2 Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata
jumlah pajak yang terutang seharusnya lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh Wajib
Pajak. Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPOP pada waktunya,
walaupun sudah ditegur secara tertulis juga tidak menyampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Surat Teguran itu, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat ketetapan Pajak SKP secara jabatan Suandy, 2006:357.
Apabila berdasarkan pemeriksaan atau keterangan lain yang ada pada Direktorat Jenderal Pajak ternyata jumlah Pajak yang terutang lebih
besar dari jumlah pajak dalam SPPT yang dihitung atas dasar SPOP yang disampaikan oleh Wajib Pajak, Dirjen Pajak menerbitkan SKP
secara jabatan. Jumlah pajak yang terutang dalam SKP adalah pokok pajak ditambah dengan denda administrasi sebesar 25 dihitung dari
pokok pajak Suandy, 2006:357.
42 Menurut
Undang-Undang No.28
Tahun 2007:2,
Surat Pemberitahuan Objek Pajak adalah surat yang digunakan oleh Wajib
Pajak untuk melaporkan data Objek Pajak menurut ketentuan undang- undang. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang adalah surat yang
digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada Wajib Pajak.
g. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang harus dilunasi selambat-lambatnya enam bulan sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang oleh Wajib Pajak.
Pajak yang terutang berdasarkan SKP harus dilunasi selambat-lambatnya 1 satu bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh Wajib Pajak. Pajak
yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2 dua persen
sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan pembayaran untuk jangka waktu paling lambat 24 dua puluh empat bulan Suandy,
2006:358. h. Sanksi Perpajakan
Sanksi perpajakan ini terdiri dari dua sanksi, yaitu: sanksi administrasi dan sanksi pidana Suandy,2006:357.
43 1 Sanksi administrasi dikenakan terhadap:
a Sanksi administrasi yang dikenakan terhadap Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPOP, dikenakan sanksi sebagai tambahan
terhadap pokok pajak yaitu sebesar 25 dari pokok pajak. b Wajib Pajak yang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan
lain ternyata jumlah pajak terutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP, maka selisih pajak yangn
terutang tersebut ditambah atau dikenakan sanksi admiinistrasi berupa denda sebesar 25 dua puluh lima persen dari hasil
selisih pajak yang terutang. c Wajib Pajak tidak membayar atau kurang membayar. Pajak yang
terutang pada saat jatuh tempo pembayaran, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 dua persen sebulan yang
dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dua puluh empat
bulan atau setinggi-tingginya 48. SKP ini berdasarkan data yang ada pada Direktorat Jenderal
Pajak memuat penetapan Objek Pajak dan besarnya pajak yang terutang beserta denda administrasi yang dikenakan kepada Wajib
Pajak Suandy,2006:357. 2 Sanksi Pidana
Sanksi pidana dikenakan karena kealpaan wajib pajak tidak mengembalikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek
44 Pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak, dikenakan juga apabila
menyampaikan SPOP, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap danatau melampirkan keterangan yang tidak benar; sehingga
menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dengan kurungan selama-lamanya 6 enam bulan atau denda setinggi-tingginya
sebesar 2 dua kali pajak yang terutang Suandy,2006:357. i. Tarif pajak, Nilai Jual Objek Pajak NJOP, Nilai Jual Kena Pajak
NJKP, dasar pengenaan PBB Besarnya Tarif Pajak sesuai dengan Pasal 5 UU No.12 Tahun
1994 adalah sebesar 0,5, sedangkan tarif efektif PBB adalah 0,5x20 atau 0,1 untuk objek PBB yang Nilai Jual Objek Pajak
NJOP Rp. 1 Milyar dan 0,5x40 atau 0,2 bila NJOPRp.1 Milyar Direktorat Jenderal Pajak, 2008:2.
Nilai Jual Objek Pajak NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana
tidak terjadi transaksi jual beli Nilai Jual Objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan
baru, atau Nilai Jual Objek Pajak pengganti. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak ditetapkan setiap tiga tahun oleh
Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya. Yang dimaksud dengan:
1 Perbandingan harga dengan objek lain sejenis, adalah suatu pendekatanmetode penentuan nilai jual suatu Objek Pajak dengan
45 cara membandingkannya dengan Objek Pajak lain yang sejenis yang
letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.
2 Nilai perolehan baru adalah suatu pendekatanmetode penentuan nilai jual suatu Objek Pajak dengan cara menghitung seluruh biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan
kondisi fisik objek tersebut. 3 Nilai jual pengganti suatu pendekatan metode penentuan nilai jual
suatu Objek Pajak yang berdasarkan pada hasil produksi Objek Pajak tersebut.
Besarnya Nilai Jual Kena Pajak sebagai dasar penghitungan pajak yang terutang, ditetapkan untuk:
1 Objek Pajak perkebunan sebesar 40 empat puluh persen dari Nilai Jual Objek Pajak;
2 Objek Pajak kehutanan sebesar 40 empat puluh persen dari Nilai Jual Objek Pajak;
3 Objek Pajak pertambangan sebesar 20 dua puluh persen dari
Nilai Jual Objek Pajak; 4 Objek Pajak lainnya:
a Sebesar 40 empat puluh persen dari Nilai Jual Objek Pajaknya Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah atau lebih;
46 b Sebesar 20 dua puluh persen dari Nilai Jual Objek Pajak
apabila Nilai Jual Objek Pajaknya kurang dari 1.000.000.000,00
satu miliar rupiah.
Dasar Penghitungan Pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan serendah-rendahnya 20 dua puluh persen dan setinggi-
tingginya 100 seratus persen dari Nilai Jual Objek Pajak Suandy, 2006:368.
4. Kinerja