Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung Dan Pendorong Terhadap Pemanfaatan Penolong Persalinan Oleh Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010

(1)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN PENDORONG TERHADAP PEMANFAATAN PENOLONG PERSALINAN OLEH IBU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUTAR KECAMATAN PAGARAN

KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 051000194 FRANKY V. MARPAUNG

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

ABSTRAK

Pertolongan persalinan oleh bidan merupakan salah satu strategi dalam mengurangi masalah kesehatan ibu dan anak. Di Indonesia pemanfaatan pertolongan persalinan oleh bidan masih sangat rendah dibandingkan dengan indikator yang telah ditetapkan, termasuk di Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara yang hanya mencapai 61,9% pada tahun 2009.

Penelitian ini merupakan survei dengan pendekatan explanatory bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang telah melahirkan sepanjang tahun 2009 baik yang ditolong oleh tenaga medis maupun non-medis. Sampel penelitian berjumlah 77 ibu bersalin dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Analisis data menggunakan uji regresi logistik ganda pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada ada pengaruh variabel penghasilan (p=0,002) dan dukungan keluarga (p=0,000) terhadap pemanfaatan penolong persalinan pada ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran sedangkan variabel yang tidak berpengaruh adalah umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, jarak, keterpaparan informasi dan pemeriksaan kehamilan.

Disarankan kepada petugas Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran agar dalam memberikan informasi tentang persalinan yang baik dan sehat, tidak hanya kepada ibu hamil, tetapi juga kepada masyarakat umum sehingga diharapkan akan meningkatkan dukungan dari pihak keluarga untuk memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.


(3)

ABSTRACT

Delivery by midwife is one of strategy for reducing maternal and child health problems. In Indonesia, the utilization of delivery by midwife was still low compared to the indicators that had been determined including in Pagaran Sub-District North Tapanuli District which only reached 61,9% in 2009.

This study was a survey with explanatory approach that aimed to explain the factors that influencing delivery service utilization in the working area of Butar Health Centre Pagaran Sub-District North Tapanuli District. The population were all mothers who gave birth during 2009 being helped by medical personnel and non-medical. The sample were 77 parturation mothers and using simple random sampling technique. Data were analyzed by using regression logistic test at 95% confidence level.

The result of this study showed that the variables influencing delivery service utilization in working area of Butar Health Centre Pagaran Sub-District North Tapanuli District were family income (p=0,002) and family support (p=0,000). The variables that had no influence were age, education, occupation, number of children, distance of health facilities, information exposure and pregnancy inspection.

The health centre officer in Butar Health Centre Pagaran Sub-District is suggested to give more information about good parturition not only for pregnant mother but also to common people to increase family support for using medical service to help parturition.


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap : Franky Vinansius Marpaung Tempat/Tanggal Lahir : Tarutung, 01 April 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Status : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jl. Pencak No.24 Kel. Pasar Merah Barat Medan

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1993-1999 : SD Swasta Santa Maria Tarutung 2. Tahun 1999-2002 : SLTP Swasta Santa Maria Tarutung 3. Tahun 2002-2005 : SMA Negeri 1 (Plus) Matauli Pandan 4. Tahun 2005-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ...i

Abstrak ...ii

Abstract ...iii

Riwayat Hidup Penulis ...iv

Kata Pengantar ...v

Daftar Isi ...vii

Daftar Tabel ...x

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah ...7

1.3. Tujuan Penelitian ...8

1.4. Manfaat Penelitian ...8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...9

2.1. Persalinan ...9

2.1.1. Bentuk Persalinan ...9

2.1.2. Proses Terjadinya Persalinan ...10

2.1.3. Tanda Persalinan ...11

2.1.4. Faktor-faktor Penting dalam Persalinan ...11

2.2. Penolong Persalinan ...14

2.3. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ...17

2.4. Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ...18

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ...24

2.6. Hipotesis Penelitian ...25

BAB 3 METODE PENELITIAN ...26

3.1. Jenis Penelitian ...26

3.2. Lokasi Penelitian ...26

3.3. Populasi dan Sampel ...27

3.3.1. Populasi ...27

3.3.2. Sampel ...27


(6)

3.5. Definisi Operasional ...28

3.5.1. Variabel Bebas ...28

3.5.2. Variabel Terikat ...30

3.6. Aspek Pengukuran ...31

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ...31

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ...32

3.7. Teknik Analisis Data ...33

BAB 4 HASIL PENELITIAN ...34

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...34

4.1.1. Keadaan Geografis ...34

4.1.2. Kependudukan ...34

4.1.3. Sumber Daya Kesehatan ...35

4.2. Analisis Univariat ...36

4.2.1. Karakteristik Responden ...36

4.2.2. Deskripsi Faktor Pendukung (Ketersediaan Sarana dan Jarak Sarana Kesehatan) ...38

4.2.3. Deskripsi Faktor Pendorong (Keterpaparan Informasi, Dukungan Keluarga dan Pemeriksaan Kehamilan) ...39

4.2.4. Deskripsi Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan ...40

4.3. Analisis Bivariat ...41

4.3.1. Hubungan Antara Umur dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan ...41

4.3.2. Hubungan Antara Pendidikan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan. ...42

4.3.3. Hubungan antara Pekerjaan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ...43

4.3.4. Hubungan antara Penghasilan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ...43

4.3.5. Hubungan antara Paritas dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ...44

4.3.6. Hubungan antara Ketersediaan Sarana Kesehatan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan ...45

4.3.7. Hubungan antara Jarak dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ...45

4.3.8. Hubungan antara Keterpaparan Informasi dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ...46


(7)

4.3.9. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan

Oleh Tenaga Kesehatan ...47 4.3.10. Hubungan antara Pemeriksaan Kehamilan

dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan

Oleh Tenaga Kesehatan ...47 4.4. Analisis Multivariat ...48 4.4.1. Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat ...48

4.4.2. Pembuatan Model Faktor Penentu

Pemanfaatan Tenaga Kesehatan Sebagai Penolong Persalinan ...49 4.5. Hasil Wawancara ...51 BAB 5 PEMBAHASAN ...53 5.1. Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap Pemanfaatan

Tenaga Kesehatan Sebagai Penolong Persalinan ...53 5.1.1. Pengaruh Umur Terhadap Pemanfaatan

Tenaga Kesehatan Sebagai Penolong Persalinan ...53 5.1.2. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pemanfaatan

Tenaga Kesehatan Sebagai Penolong Persalinan ...54 5.1.3. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Pemanfaatan

Tenaga Kesehatan Sebagai Penolong Persalinan ...55 5.1.4. Pengaruh Penghasilan Terhadap Pemanfaatan

Tenaga Kesehatan Sebagai Penolong Persalinan ...56 5.1.5. Pengaruh Paritas Terhadap Pemanfaatan

Tenaga Kesehatan Sebagai Penolong Persalinan ...57 5.2. Pengaruh Faktor Pendukung Terhadap Pemanfaatan

Penolong Persalinan Sebagai Penolong Persalinan ...58 5.2.1. Pengaruh Ketersediaan Informasi terhadap

Pemanfaatan Tenaga Kesehatan Sebagai Penolong Persalinan ...58 5.2.2. Pengaruh Jarak Terhadap Pemanfaatan

Tenaga Kesehatan Sebagai Penolong Persalinan ...58 5.3. Pengaruh Faktor Pendorong Terhadap Pemanfaatan

Penolong Persalinan Sebagai Penolong Persalinan ...60 5.3.1. Pengaruh Keterpaparan Informasi Terhadap Pemanfaatan

Tenaga Kesehatan Sebagai Penolong Persalinan ...61 5.3.2. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan

Tenaga Kesehatan Sebagai Penolong Persalinan ...63 5.3.3. Pengaruh Pemeriksaan Kehamilan Terhadap Pemanfaatan


(8)

5.4. Keterbatasan Penelitian ...63

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...64

6.1. Kesimpulan ...64

6.2. Saran ...64 DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

1. Kuesioner Penelitian 2. Master Data

3. Hasil uji statistik

4. Surat izin melakukan penelitian 5. Surat keterangan selesai penelitian.


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen) ... 31

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) ... 32

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kecamatan Pagaran Menurut Desa ... 35

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

Tabel 4.3. Jenis Sarana Kesehatan di Kecamatan Pagaran ... 36

Tabel 4.4. Distribusi Tenaga Kesehatan di Kecamatam Pagaran ... 36

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 38

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pendukung (Sarana Kesehatan dan Jarak Sarana Kesehatan) ... 39

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pendorong (Keterpaparan Informasi, Dukungan Keluarga dan Pemeriksaan Kehamilan) ... 40

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfatan Penolong Persalinan ... 41

Tabel 4.9. Hubungan Antara Umur dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ... 42

Tabel 4.10. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ... 42

Tabel 4.11. Hubungan Antara Pekerjaan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ... 43

Tabel 4.12. Hubungan Antara Penghasilan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ... 44


(10)

Tabel 4.13. Hubungan Antara Paritas dengan Pemanfaatan

Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ... 45 Tabel 4.14. Hubungan Antara Jarak dengan Pemanfaatan

Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ... 46 Tabel 4.15. Hubungan Antara Keterpaparan Informasi dengan Pemanfaatan

Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ... 46 Tabel 4.16. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan

Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ... 47 Tabel 4.17. Hubungan Antara Pemeriksaan Kehamilan dengan Pemanfaatan

Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ... 48 Tabel 4.18. Hasil Analisis Bivariat Antara Variabel Independen

dengan Variabel Dependen ... 49 Tabel 4.19. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Antara Penghasilan,

Jarak, Dukungan Keluarga dan Pemeriksaan Kehamilan

dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan ... 50 Tabel 4.20. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Antara Penghasilan,

Jarak dan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan

Penolong Persalinan ... 50 Tabel 4.21. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Antara Penghasilan

dan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Penolong


(11)

ABSTRAK

Pertolongan persalinan oleh bidan merupakan salah satu strategi dalam mengurangi masalah kesehatan ibu dan anak. Di Indonesia pemanfaatan pertolongan persalinan oleh bidan masih sangat rendah dibandingkan dengan indikator yang telah ditetapkan, termasuk di Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara yang hanya mencapai 61,9% pada tahun 2009.

Penelitian ini merupakan survei dengan pendekatan explanatory bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang telah melahirkan sepanjang tahun 2009 baik yang ditolong oleh tenaga medis maupun non-medis. Sampel penelitian berjumlah 77 ibu bersalin dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Analisis data menggunakan uji regresi logistik ganda pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada ada pengaruh variabel penghasilan (p=0,002) dan dukungan keluarga (p=0,000) terhadap pemanfaatan penolong persalinan pada ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran sedangkan variabel yang tidak berpengaruh adalah umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, jarak, keterpaparan informasi dan pemeriksaan kehamilan.

Disarankan kepada petugas Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran agar dalam memberikan informasi tentang persalinan yang baik dan sehat, tidak hanya kepada ibu hamil, tetapi juga kepada masyarakat umum sehingga diharapkan akan meningkatkan dukungan dari pihak keluarga untuk memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.


(12)

ABSTRACT

Delivery by midwife is one of strategy for reducing maternal and child health problems. In Indonesia, the utilization of delivery by midwife was still low compared to the indicators that had been determined including in Pagaran Sub-District North Tapanuli District which only reached 61,9% in 2009.

This study was a survey with explanatory approach that aimed to explain the factors that influencing delivery service utilization in the working area of Butar Health Centre Pagaran Sub-District North Tapanuli District. The population were all mothers who gave birth during 2009 being helped by medical personnel and non-medical. The sample were 77 parturation mothers and using simple random sampling technique. Data were analyzed by using regression logistic test at 95% confidence level.

The result of this study showed that the variables influencing delivery service utilization in working area of Butar Health Centre Pagaran Sub-District North Tapanuli District were family income (p=0,002) and family support (p=0,000). The variables that had no influence were age, education, occupation, number of children, distance of health facilities, information exposure and pregnancy inspection.

The health centre officer in Butar Health Centre Pagaran Sub-District is suggested to give more information about good parturition not only for pregnant mother but also to common people to increase family support for using medical service to help parturition.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menurunkan kesakitan dan kematian ibu telah menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program Pembangunan Nasional. Kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya ini antara lain meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi, meningkatkan pemberantasan penyakit menular dan imunisasi, meningkatkan pelayanan dasar dan rujukan, menanggulangi Kekurangan Energi Kronis (KEK), dan menanggulangi anemia gizi besi pada wanita usia subur dan pada masa kehamilan, melahirkan dan nifas (Bappenas, 2007).

Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi selama masa kehamilan sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa memperhatikan lama dan tempat kehamilan yang disebabkan atau dipicu oleh kehamilannya atau penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan (Prawirohardjo, 2009). Jumlah kematian ibu saat melahirkan mencapai 40.000 orang per bulan di dunia, dan sepanjang tahun 2008 angka tesebut telah turun sebesar 10% menjadi 36.000 kematian setiap bulannya. (anonim, 2008). Menurut World Health

Organization (WHO), Angka Kematian Ibu (AKI) di Asia Tenggara menyumbang

hampir sepertiga jumlah kematian ibu global. Sebanyak 98% dari seluruh kematian ibu di Asia Tenggara terjadi di India, Bangladesh, Indonesia, Nepal, dan Myanmar (anonim, 2008).


(14)

Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Departemen Kesehatan 2005-2009 disebutkan bahwa derajat kesehatan masyarakat Indonesia salah satu diantaranya ditinjau dari AKI dan Angka Kematian Bayi (AKB). Dalam Renstra Tersebut target AKI pada tahun 2009 adalah 226 per seratus ribu kelahiran hidup dan AKB 26 per seribu kelahiran hidup. (Depkes, 2005). Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI 2007), AKI di Indonesia sebesar 228 per seratus ribu kelahiran hidup dan AKB sebesar 34 per seribu kelahiran hidup. Data tersebut menunjukkan bahwa upaya penurunan AKI di Indonesia sudah hampir tercapai namun untuk AKB masih belum memuaskan (BPS, 2008). Badan Pusat Statistik memprediksikan AKB tahun 2012 akan turun menjadi 23 per seribu kelahiran hidup (BPS, 2005).

Menurut laporan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2008, AKI saat melahirkan di Provinsi Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan rata-rata AKI Nasional. AKI di Sumatera Utara mencapai 320 per seratus ribu kelahiran hidup. Penyebabnya antara lain karena banyak ibu yang hamil di bawah usia 20 tahun dan di atas 40 tahun, serta banyak ibu yang melahirkan lebih dari tujuh kali. Risiko kematian ibu menjadi tinggi ketika melahirkan bayi lebih dari tiga kali (anonim, 2008).

Kesehatan ibu dan bayi pada saat melahirkan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah penolong persalinan. Data penolong persalinan dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesehatan terutama dalam hubungannya dengan tingkat kesehatan ibu dan anak serta pelayanan kesehatan secara umum (BPS, 2008).


(15)

Berdasarkan Renstra Depkes 2005-2009 bahwa derajat kesehatan masyarakat Indonesia selain ditinjau dari AKI, juga ditinjau dari AKB. Salah satu faktor yang memengaruhi AKB adalah tenaga penolong persalinan. Meskipun banyak ibu hamil yang pernah memeriksakan kehamilannya ke tenaga medis, namun masih banyak persalinan yang ditolong oleh tenaga non medis, khususnya yang terjadi di perdesaan. Untuk dapat menekan AKB dan AKI perlu digerakkan upaya Gerakan Sayang Ibu (GSI), Safe Motherhood, dan penempatan bidan di desa-desa. Dengan demikian diharapkan angka penolong persalinan oleh tenaga medis dapat ditingkatkan (BPS, 2006).

Upaya Safe Motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya dapat dilalui dengan sehat dan aman, serta menghasilkan bayi yang sehat. Di Indonesia, upaya Safe Motherhood diterjemahkan sebagai upaya kesejahteraan/keselamatan ibu. Istilah ‘kesejahteraan ibu’, menunjukkan ruang lingkup yang lebih luas, meliputi hal-hal diluar kesehatan, sedangkan ‘keselamatan ibu’ berorientasi khusus pada aspek kesehatan. Safe

Motherhood memiliki empat pilar utama yaitu: keluarga berencana, pelayanan

antenatal, persalinan bersih/aman, dan pelayanan obstetrik esensial. Keempat intervensi strategik ini harus disediakan melalui pelayanan kesehatan primer yang bertumpu pada fondasi keadilan (equity) bagi seluruh kaum perempuan. Kematian ibu sangat dipengaruhi oleh status gizi, pendidikan, sosial ekonomi, penanganan gawat darurat obstetrik, keluarga berencana dan penolong persalinan.

Safe Motherhood merupakan upaya global untuk mencegah/menurunkan


(16)

Safe Motherhood terdapat 3 pesan kunci dalam MPS yaitu: (1) setiap persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, (2) setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat penanganan adekuat, dan (3) setiap perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Empat strategi utama dalam MPS yaitu: (1) meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas, (2) membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program, lintas sektor dan mitra lainnya, (3) mendorong pemberdayaan perempuan dan juga keluarga melalui peningkatan pengetahuan, (4) mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehtan ibu dan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2009).

Desa Siaga (Desa Siap Antar Jaga) juga merupakan program pemerintah yang dilakukan sejak tahun 2006 untuk melaksanakan salah satu dari strategi MPS yaitu memberdayakan dan melibatkan aktif peran serta perempuan, suami dan masyarakat oleh pemerintah. Dalam pelayanan kesehatan ibu hamil pada program desa siaga, terdapat empat kegiatan utama, yaitu : (1) notifikasi ibu hamil, (2) tabungan ibu bersalin/Tabulin, dana social ibu bersalin/Dasolin, (3) transportasi, (4) ketersediaan donor darah (Prawirohardjo, 2009).

Data statistik menunjukkan bahwa secara nasional dukun beranak ternyata masih menjadi pilihan kedua setelah bidan. Berdasarkan hasil pengolahan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dari tahun 2000-2005, penolong persalinan yang dilakukan oleh dukun mencapai 26,28% (BPS, 2006).


(17)

Secara umum, sebagian besar penolong persalinan bayi adalah oleh bidan (58%) dan dukun (25,31%). Menurut tipe daerah, penolong persalinan yang terbanyak di perkotaan maupun di pedesaan juga sama yaitu oleh bidan, masing-masing 65,81% dan 52,22% (BPS, 2008).

Peranan dukun sebagai penolong persalinan sangat dominan dibeberapa provinsi, seperti di Maluku Utara (57,32%), Maluku (55,62%), dan di Sulawesi Barat (50,46%). Di sisi lain, persalinan yang ditolong oleh tenaga dokter masih relatif sedikit. Daerah yang memiliki angka penolong persalinan yang ditolong oleh tenaga dokter yang tergolong cukup tinggi adalah DKI Jakarta (32,68%), Kepulauan Riau (32,48%), dan Daerah Istimewa Yogyakarta (32,22%) (BPS, 2008).

Sarana pelayanan kesehatan untuk ibu hamil telah tersedia dengan sistem rujukan berjenjang dengan mata rantai rujukan mulai dari posyandu, polindes, puskesmas, hingga ke rumah sakit kabupaten. Pada tiap-tiap jenjang tersebut dilengkapi dengan adanya bidan di desa, bidan/dokter di Puskesmas, dokter spesialis obstetrik dan ginekologi serta dokter spesialis anak pada rumah sakit dengan alat-alat yang cukup canggih, namun pemanfaatan sarana tersebut masih rendah. Terdapat 60-80% ibu bersalin belum menggunakan sarana pelayanan kesehatan disebabkan merasa tidak membutuhkan, jarak yang jauh dengan kesulitan transportasi, biaya mahal yang harus ditanggung oleh keluarga, dan kepercayaan terhadap dukun yang masih sangat tinggi (Rochjati, 2003).

Menurut Manalu (2007) terdapat beberapa faktor yang memengaruhi seorang ibu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, khususnya penolong persalinan. Faktor tersebut adalah pendidikan dan pendapatan. Semakin tinggi pendidikan


(18)

keluarga maka semakin tinggi pula kesadaran untuk mencari pelayanan kesehatan. Demikian pula halnya dengan tingkat pendapatan. Pola pencarian pelayanan kesehatan lebih tinggi pada keluarga dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi.

Menurut Mariani (2007), alasan terbanyak memilih dukun sebagai penolong persalinan adalah jarak yang dekat dengan rumah, sedangkan alasan memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan adalah pelayanan yang memuaskan. Dalam penelitiannya variabel yang berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan adalah pendidikan suami.

Kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan bagi individu maupun keluarga dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Menurut teori Anderson dan Newman tentang pola pemanfaatan pelayanan kesehatan, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi, diantaranya faktor demografi, struktur sosial, kepercayaan, kondisi keluarga, dan kondisi masyarakat. Hal-hal yang terkait dengan faktor-faktor utama tersebut adalah umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan pekerjaan (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu: faktor predisposing atau faktor pemudah (mencakup pengetahuan, sikap, tradisi, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya), faktor enabling atau faktor pendukung (mencakup ketersediaan sarana atau fasilitas kesehatan) dan faktor reinforcing atau faktor pendorong (mencakup perilaku dari petugas kesehatan dan tokoh masyarakat).

Berdasarkan data laporan PWS-KIA (Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak) Pukesmas Butar, cakupan penolong persalinan oleh tenaga


(19)

kesehatan tahun 2006 sebesar 60,2%, pada tahun 2007 sebesar 56%, pada tahun 2008 sebesar 49,2% dan pada tahun 2009 penolong persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 61,9%. Persentase cakupan penolong persalinan ini menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pelayanan kesehatan untuk penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran masih rendah jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam Renstra Depkes 2005-2009 dan Indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu sebesar 90%.

Kondisi tersebut menumbuhkan keinginan penulis untuk menganalisa pengaruh faktor predisposisi (meliputi: umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga dan paritas), faktor pendukung (meliputi: ketersediaan serta jarak sarana kesehatan) dan faktor pendorong (keterpaparan informasi/penyuluhan dari petugas kesehatan, dukungan keluarga/kerabat dan pemeriksaan kehamilan) terhadap tindakan ibu dalam memanfaatkan penolong persalinan. Dengan menganalisis karakteristik ibu tersebut diharapkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan bisa ditingkatkan dalam upaya meningkatkan kualitas manusia sebagai bagian dari upaya membangun manusia Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah apakah ada pengaruh faktor predisposisi (meliputi: umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga dan paritas), faktor pendukung (meliputi: ketersediaan serta jarak sarana kesehatan) dan faktor pendorong (keterpaparan informasi/penyuluhan dari petugas kesehatan, dukungan


(20)

keluarga/kerabat dan pemeriksaan kehamilan) terhadap pemanfaatan penolong persalinan oleh ibu di wilayah kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (meliputi: umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga dan paritas), faktor pendukung (meliputi: ketersediaan serta jarak sarana kesehatan) dan faktor pendorong (keterpaparan informasi/penyuluhan dari petugas kesehatan, dukungan keluarga/kerabat dan pemeriksaan kehamilan) terhadap pemanfaatan penolong persalinan oleh ibu di wilayah kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran Tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu.

2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Butar dalam upaya peningkataan pelayanan bagi ibu saat persalinan dengan mutu yang berkualitas.

3. Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang lebih lanjut.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998).

2.1.1. Bentuk Persalinan

Bentuk persalinan berdasarkan defenisi adalah sebagai berikut :

a. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.

c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan sebagai berikut (Manuaba, 1998) :

a. Abortus (terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan).

b. Persalinan prematuritas (persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu). c. Persalinan aterm (persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu).

d. Persalinan serotinus (persalinan melampaui umur hamil 42 minggu). e. Persalinan presipitatus (persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam).


(22)

2.1.2. Proses Terjadinya Persalinan

Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui secara pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his (kontraksi otot rahim).

Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat hamil yaitu:

a. Estrogen yang berfungsi unrtuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, dan rangsangan mekanis.

b. Progesteron yang berfungsi untuk menurunkan sensivisitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis dan juga menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi (Manuaba, 1998).

Terdapat beberapa teori yang menyatakan kemungkinan terjadinya proses persalinan:

1. Teori Keregangan

2. Teori Penurunan Progesteron 3. Teori Oksitosin Internal 4. Teori Prostaglandin

5. Teori Hipotalamus-pituitari dan Glandula suprarenalis

Bagaimana terjadinya persalinan masih belum dapat dipastikan, besar kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama, sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor. Berdasarkan teori yang dikemukakan, persalinan anjuran (induksi persalinan) dapat dilakukan dengan jalan:


(23)

1. Memecahkan ketuban

2. Induksi persalinan secara hormonal/kimiawi 3. Induksi persalinan dengan mekanis

4. Persalinan dengan tindakan operasi (Manuaba, 1998).

2.1.3. Tanda Persalinan

Gejala persalinan sebagai berikut:

1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.

2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu berupa pengeluaran lendir, dan lendir bercampur darah.

3. Dapat disertai ketuban pecah.

4. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks, dapat berupa perlunakan, pendataran maupun pembukaan serviks.

2.1.4. Faktor-faktor Penting dalam Persalinan

Terdapat beberapa faktor yang berperan penting dalam persalinan yaitu: 1. Power (his, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan

mengejan, ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum). 2. Passanger (janin dan plasenta).

3. Passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang).

Dalam persalinan masih terdapat subfaktor yang memengaruhi jalannya persalinan sehingga dapat terjadi kemungkinan (1) persalinan yang berlangsung


(24)

dengan kekuatan sendiri yang disebut dengan persalinan eutosia dan (2) persalinan yang berlangsung dan menyimpang dari kekuatan sendiri disebut persalinan distosia.

Persalinan letak belakang kepala dan berlangsung spontan terjadi paling banyak. Persalinan di Indonesia terutama di pedesaan sebagian besar ditolong oleh tenaga nonmedis yang disertai berbagai penyulit kelahiran sampai kematian. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, pre-eklampsia dan eklampsia (Manuaba, 1998).

Dalam upaya menurunkan AKI, maka pemerintah menjalankan berbagai program yang dicanangkan secara internasional diantaranya adalah Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer (MPS). Safe Motherhood dicanangkan di Nairobi Kenya 1987 dan memiliki empat pilar yaitu:

1. Keluarga Berencana untuk menjamin tiap individu dan pasangannya memiliki informasi dan pelayanan untuk merencanakan saat, jumlah, dan jarak kehamilan. 2. Pelayanan Antenatal untuk mencegah komplikasi dan menjamin bahwa komplikasi

dalam persalinan dapat terdeteksi secara dini serta ditangani secara benar.

3. Persalianan Aman untuk menjamin bahwa semua tenaga kesehatan mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan peralatan untuk melaksanakan perrsalinan yang bersih, aman dan menyediakan pelayanan pasca persalinan kepada ibu dan bayi baru lahir.

4. Pelayanan Obstetrik Neonatal Esensial/Emergensi untuk menjamin tersedianya pelayanan esensial pada kehamilan risiko tinggi dengan gawat-obstetrik/GO, pelayanan emergensi untuk gawat-darurat-obstetrik/GDO dan komplikasi persalianan pada setiap ibu yang membutuhkannya.


(25)

Keempat pilar tersebut harus disediakan melalui pelayanan kesehatan primer yang bertumpu padafondasi keadilan (equity) bagi seluruh kaum perempuan. Safe

Motherhood merupakan upaya global untuk mencegah/menurunkan kematian ibu

dengan slogan ‘Making Pregnancy Safer’ (MPS).

Making Pregnancy Safer (MPS) memiliki 3 pesan kunci yaitu: (1) setiap

persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, (2) setiap komplikasi obstetrik dan neonatal ditangani secara adekuat, dan (3) setiap perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. MPS memiliki empat strategi utama yaitu:

1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas.

2. Membangun kemitraan yang efektif melaui kerjasama lintas program, lintas sektor dan mitra lainnya dalam melakukan advokasi untuk memaksimalkan sumber daya yang tersedia.

3. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu/bayi baru lahir serta pemanfaatan pelayanan yang tersedia.

4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2009).


(26)

2.2. Penolong Persalinan

Berdasarkan Depkes RI (1997), dalam program KIA dikenal beberapa jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat. Jenis tenaga tersebut adalah:

1. Tenaga Profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat lain.

2. Dukun bayi :

a. Terlatih : ialah dukun bayi yang mendapatkan latihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.

b. Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus (Manalu, 2007).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005, dukun bersalin adalah praktek pelayanan kesehatan alternatif yang dilakukan oleh dukun yang khusus menangani masalah kehamilan/kelahiran baik yang sudah pernah mendapat pelatihan dari Departemen Kesehatan maupun belum. Istilah dukun bersalin juga dikenal dengan paraji (Jawa Barat), atau dukun beranak (DKI Jakarta). Dukun beranak di Bali dikenal dengan istilah balian manak, profesi ini pada umumnya dilakukan oleh laki-laki yang berusia di atas 50 tahun yang menurut kepercayaan umat Hindu telah mendapat wahyu atau petunjuk gaib (Swasono, 1998). Praktek tenaga kesehatan (nakes) adalah praktek pribadi/per orangan yang dilakukan oleh perawat atau bidan yang dilakukan tidak di rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, posyandu, atau klinik.


(27)

Menurut Fatimah yang dikutip Manalu (2007), bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Bidan desa yang ditempatkan dan bertugas di desa, mempunyai wilayah kerja 1 sampai 2 desa dan dalam melaksanakan tugas pelayanan medik baik didalam maupun diluar jam kerjanya harus tetap bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas.

Tugas pokok bidan desa adalah : (1) Melaksanakan kegiatan puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah yang dihadapi, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan, (2) Menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar tumbuh kesadarannya untuk dapat berperilaku hidup sehat.

Bidan selama ini adalah tenaga kesehatan yang menjembatani antara pelayanan kesehatan tradisional dengan pelayanan kesehatan modern. Pada banyak situasi, terkadang mereka dihadapkan pada kasus-kasus rujukan dukun bayi terlambat yang dari sudut kompetensi dan kemampuan teknik yang mereka miliki. Mereka sudah tidak boleh menanganinya dan kemudian dirujuk ke rumah sakit dalam kondisi sangat gawat.

Menurut Depkes RI (1997), dukun beranak adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut secara turun temurun, belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan (Manalu, 2004).


(28)

Proses persalinan dapat berjalan dengan sendirinya, tetapi setiap saat mungkin terjadi kejadian yang membahayakan, sehingga memerlukan bantuan untuk memberikan pertolongan yang tetap menuju persalinan aman. Penolong persalinan wajib menerapkan upaya pencegahan infeksi seperti yang dianjurkan yaitu (Depkes,2004) :

1. Sarung Tangan

Sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril harus dipakai dalam setiap pemeriksaan dalam, membantu kelahiran bayi, melakukan episiotomi, menjahit laserasi, dan memberikan asuhan bagi bayi baru lahir. Sarung tangan harus diganti apabila terkontaminasi atau berlubang.

2. Perlengkapan Pelindung Pribadi

Mengenakan penutup tubuh yang bersih dan penutup kepala atau ikat rambut pada saat menolong persalinan, Jika memungkinkan, pakai masker dan kacamata yang bersih. Semua perlengkapan tersebut harus dikenakan selama membantu kelahiran bayi dan pada saat melaksanakan penjahitan laserasi atau luka episiotomi.

3. Persiapan Tempat Persalinan, Peralatan dan Bahan

Ruangan bersalin harus memiliki sistem penerangan/pencahayaan yang cukup, baik dari jendela, lampu di langit-langit kamar, maupun sumber cahaya lainnya. Ruangan harus hangat dan terhalang dari tiupan angin secara langsung. Harus tersedia perlengkapan dan obat-obatan esensial yang diperlukan untuk persalinan, membantu kelahiran asuhan bayi baru lahir.


(29)

4. Persiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi

Persiapan untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir dimulai sebelum bayi lahir. Siapkan lingkungan yang sesuai untuk kelahiran bayi dengan memastikan bahwa ruangan tersebut bersih dan bebas dari tiupan angin (Depkes RI, 2004).

2.3. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut Syahrial yang dikutip Simangunsong (2009), proses pemanfaatan pelayanan kesehatan terbagi dalam beberapa tahap yaitu:

a. Keinginan dan kebutuhan apa yang mendorong pelanggan untuk menggunakan suatu jasa (need arousal).

b. Apakah pelanggan mengumpulkan informasi berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan (information gathering).

c. Bagaimana pelanggan mengevaluasi alternatif (decision evaluation). d. Bagaimana pelanggan memanfaatkan jasa pelayanan (decision execution).

e. Bagaimana sikap pelanggan setelah memanfaatkan jasa pelayanan (post decision

assessment).

Pemanfaatan (utility) pelayanan kesehatan oleh masyarakat dapat terjadi pada saat masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannya, dengan tujuan untuk mencapai status kesehatan yang lebih baik. Alasan mengapa masyarakat memerlukan status kesehatan yang lebih baik karena didorong oleh adanya keinginan untuk dapat menikmati hidup sebaik mungkin (Simangunsong, 2009). Menurut Arrow yang dikutip Tjiptoherijanto (1994), hubungan antara keinginan sehat dan permintaan akan


(30)

pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana, tetapi sebenarnya sangat kompleks. Penyebab utamanya adalah karena persoalan kesenjangan informasi. Adanya keinginan sehat menjadi konsumsi perawatan kesehatan melibatkan berbagai informasi, yaitu aspek yang menyangkut status kesehatan yang membaik, informasi tentang macam perawatan yang tersedia dan informasi tentang efektifitas pelayanan tersebut. Dari informasi inilah masyarakat kemudian terpengaruh untuk melakukan permintaan dan penggunaan (utility) pelayanan kesehatan.

2.4. Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut pendapat Azwar (1996), pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh seseorang, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya, dan sosial ekonomi orang tersebut. Bila tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi baik maka secara relatif pemanfaatan pelayanan kesehatan akan tinggi.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan erat kaitannya dengan pengambilan keputusan dalam memanfaatkan pelayanan tersebut. Menurut Robbins yang dikutip oleh Juliwanto (2009), faktor-faktor personal sangat menentukan apa yang diputuskan itu, termasuk dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor tersebut diantaranya kognisi, motif dan sikap. Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Motif sangat memengaruhi pengambilan keputusan. Sikap merupakan faktor penentu lainnya dalam proses pengambilan keputusan.

Menurut Anderson yang dikutip Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:


(31)

1. Karakteristik Predisposisi (predisposing characteristics), karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya cirri-ciri individu yang digolongkan ke dalam ciri-ciri : (a) Demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah keluarga), (b) Struktur sosial (tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, kesukuan, agama, tempat tinggal), (c) Sikap, keyakinan, pandangan, individu terhadap pelayanan kesehatan. 2. Karakteristik Pendukung (enabling characteristics), karakteristik ini

mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan bertindak menggunakannya, kecuali jika mampu untuk menggunakan. Panggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kemampuan konsumen untuk membayar. Termasuk dalam karakteristik ini adalah sumber keluarga (pendapatan keluarga, cakupan asuransi kesehatan dan pembiayaan pelayanan kesehatan, keterjangkauan dan tarif).

3. Karakteristik Kebutuhan (need characteristics), faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencapai pengobatan dapat terwujud dalam tindakan itu dirasakan sebagai kebutuhan.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan melibatkan berbagai informasi, antara lain status kesehatan, informasi tentang status kesehatan yang membaik, informasi tentang berbagai macam perawatan yang tersedia dan informasi tentang efektivitas pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh interaksi antara konsumen dan penyedia layanan


(32)

Menurut Green yang dikutip Notoatmodjo (2003), faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan terbagi dalam 3 faktor yaitu:

1. Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors) adalah faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Beberapa komponen yang termasuk faktor predisposisi yang berhubungan langsung dengan perilaku, antara lain, pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan menyadari kemampuan dan keperluan seseorang atau masyarakat terhadap apa yang dilakukannya.

2. Faktor-faktor Pendukung (enabling factors) merupakan faktor yang sudah ada dan dapat memungkinkan realisasi dari motivasi dan aspirasi seseorang dalam memanfaatkan palayanan kesehatan. Termasuk didalamnya adalah ketersediaan sarana dan prasarana dan peraturan-peraturan.

3. Faktor-faktor Pendorong (reinforcing factors) adalah konsekuensi dari determinan perilaku, dengan adanya umpan balik (feed back) dan dukungan sosial apabila memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal itu dapat terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, maupun dari pihak keluarga. Faktor pendorong ini dapat positif atau negatif tergantung dari sikap dan perilaku orang dalam lingkungannya.

Menurut Dever (1984), faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah:


(33)

1. Faktor Sosio Kultural

a. Norma dan nilai yang ada di masyarakat adalah norma, nilai sosial dan keyakinan yang ada di masyarakat akan memengaruhi seseorang dalam bertindak, termasuk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

b. Teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan sangat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kamajuan teknologi dibidang kesehatan, disatu sisi dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti ; transplantasi organ dan kemajuan dalam bidang radiologi. Disisi lain kemajuan teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, misalnya, pemanfaatan rumah sakit TBC bisa menurun sebagai akibat dari tingginya teknologi dalam obat-obatan.

2. Faktor Organisasional

a. Ketersediaan sumber daya yang mencukupi dari segi kualitas maupun kuantitas sangat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu pelayanan bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia.

b. Keterjangkauan lokasi (akses geografi) yang dapat dilihat dari jarak, waktu tempuh maupun biaya tempuh dapat memengaruhi pemanfaatan pelayananan kesehatan.

c. Keterjangkauan sosial (akses sosial) dapat dibagi dalam dua dimensi yaitu (1) Kemampuan menerima (acceptability) termasuk di dalamnya faktor psikologi, faktor sosial dan faktor budaya seperti: etnis, jenis kelamin, umur, kepercayaan. (2) Kemampuan menghasilkan (affordability) termasuk


(34)

didalamnya faktor ekonomi seperti: kemampuan membayar, dan ada tidaknya asuransi kesehatan.

d. Karakteristik struktur pelayanan dan proses, berbagai macam bentuk praktek pelayanan kesehatan dan cara memberikan pelayanan kesehatan mengakibatkan pola pemanfaatan yang berbeda.

3. Faktor yang Berhubungan dengan Konsumen

Persepsi terhadap sakit, sering kali menjadi faktor yang penting dalam keputusan mencari pelayanan kesehatan. Faktor yang berhubungan dengan konsumen dipengaruhi oleh: (1) faktor sosiodemografi meliputi umur, jenis kelamin, ras, etnis, status perkawinan, dan sosioekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan), (2) faktor sosiopsikologi meliputi persepsi sakit, sikap dan kepercayaan tehadap perawatan medis.

4. Faktor yang Berhubungan dengan Penyedia Layanan (Provider)

Faktor ini dipengaruhi oleh: (1) faktor ekonomi, berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran terhadap pelayanan kesehatan, (2) Karakteristik

provider meliputi tipe palayanan kesehatan, sikap petugas, keahlian petugas dan

fasilitas yang dimiliki oleh penyedia layanan (Dever, 1984).

Menurut Kalangie (1994), terdapat beberapa faktor yang memengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, yaitu :

1. Faktor regional dan residence yaitu: regional misalnya: Sumatera Utara, Jakarta, dan lain-lain, dan residence misalnya; Rural (desa) dan Urban (kota).

2. Faktor dari Sistem Pelayanan Kesehatan yang bersangkutan yaitu: Tipe organisasi, misalnya: rumah sakit, puskesmas, kelengkapan program kesehatan, tersedianya


(35)

tenaga dan fasilitas medis, teraturnya pelayanan, hubungan antara tenaga kesehatan dengan masyarakat, adanya asuransi kesehatan dan fasilitas pelayanan lainnya.

3. Faktor adanya fasilitas kesehatan lain.

4. Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu: faktor sosiopsikologi yang meliputi, sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelaksanaan kesehatan sebelumnya. Faktor ekonomis meliputi status sosioekonomi (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan).

Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan. Namun persepsi terhadap sehat atau sakit itu sendiri masih belum dapat diseragamkan dalam masyarakat. Kedua pokok pikiran tersebut akan memengaruhi dimanfaatkan atau tidaknya sarana pelayanan kesehatan. Bila persepsi sehat-sakit masyarakat sudah baik dan benar, maka kemungkinan besar pemanfaatan pelayanan kesehatan akan baik (Notoatmodjo, 2003).


(36)

2.5. Kerangka Konsep Penelitian Variabel Bebas

Variabel Terikat

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Prediposisi:

1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Penghasilan 5. Paritas

Faktor Pendukung:

1. Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan

2. Jarak ke sarana pelayanan kesehatan

Faktor Pendorong:

1. Pernah tidaknya mendapat penyuluhan tentang persalinan 2. Ada tidaknya dukungan

keluarga/kerabat

3. Pemeriksaan Kehamilan

Pemanfaatan Penolong Persalinan:

1. Tenaga Kesehatan


(37)

2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah: ada pengaruh faktor predisposisi yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan paritas ibu hamil, faktor pendukung yang meliputi ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan jarak sarana kesehatan, dan faktor pendorong yaitu keterpaparan informasi/penyuluhan dari petugas kesehatan, dukungan keluarga/kerabat dan pemeriksaan kehamilan terhadap pemanfaatan penolong persalinan oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan explanatory research (penelitian penjelasan), yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, penghailan dan paritas ibu hamil, faktor pendukung yang meliputi ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan jarak sarana kesehatan dan faktor pendorong yaitu keterpaparan informasi/penyuluhan dari petugas kesehatan, dukungan keluarga/kerabat dan pemeriksaan kehamilan terhadap pemanfaatan penolong persalinan oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di wilayah kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran, Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2010. Pemilihan lokasi dengan pertimbangan: (1) Di wilayah kerja Puskesmas Butar, persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan pada tahun 2009 belum mencapai target yaitu sebesar 61,9%, (2) Adanya penolong persalinan non kesehatan (dukun beranak) di wilayah tersebut. (3) Adanya kemudahan serta dukungan dari pihak Puskesmas Butar untuk melakukan penelitian.


(39)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi di wilayah kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara selama tahun 2009 sebanyak 326 orang.

3.3.2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (2002), untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000, penentuan sampel dapat menggunakan rumus :

Keterangan : N = besar populasi n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan

dari rumus diatas maka didapat :

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 77 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling.


(40)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu: 1. Data Primer: diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden (ibu), yang

berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. 2. Data Sekunder: diperoleh dari laporan tahunan PWS-KIA tentang cakupan

pertolongan persalinan dan laporan tahunan Puskesmas Butar berupa data umum (data geografi, demografi, dan data pelayanan kesehatan) di wilayah kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran.

3.5. Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat maka definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah:

3.5.1. Variabel Bebas

1. Umur yaitu usia responden (ibu) ketika melahirkan anak yang terakhir, dengan kategori :

a. Umur reproduktif (20 - 35 tahun).

b. Umur non-reproduktif (<20 atau >35 tahun).

2. Pendidikan yaitu sekolah formal yang pernah dicapai oleh responden berdasarkan ijazah terakhir, yang dibedakan atas :

a. Tinggi, bila responden tamat dari Perguruan Tinggi. b. Sedang, bila responden tamat dari SLTP/SLTA. c. Rendah, bila responden tidak sekolah/tamat SD.


(41)

3. Pekerjaan yaitu suatu kegiatan/aktivitas yang dilakukan responden secara rutin selain sebagai ibu rumah tangga dan mendapatkan imbalan berupa uang atau barang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, yang dibedakan atas:

a. Bekerja (PNS, pegawai swasta, petani, wiraswasta dan lain-lain). b. Tidak bekerja (sebagai ibu rumah tangga).

4. Penghasilan yaitu jumlah pendapatan suami istri per bulan yang dikategorikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara No. 561/4894/K/Tahun 2009 tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara Tahun 2010 yaitu sebesar Rp 965.000,- per bulan. Dengan demikian pendapatan keluarga responden dapat dibedakan atas:

a. ≥ Rp 965.000,- /bulan (≥ UMP) b. < Rp 965.000,- /bulan (< UMP)

5. Paritas yaitu jumlah persalinan yang pernah dialami oleh responden baik berakhir dengan kelahiran hidup ataupun mati yang dibagi atas:

a. ≤ 2 anak b. > 2 anak

6. Ketersediaan sarana kesehatan yaitu ada tidaknya sarana kesehatan untuk pertolongan persalinan yang terdapat disekitar tempat tinggal ibu, seperti : rumah sakit, puskesmas, polindes, praktek dokter/bidan swasta yang dapat diakses responden.

7. Jarak sarana kesehatan adalah persepsi responden terhadap kemampuan untuk memperoleh layanan kesehatan secara geografis, dikategorikan sebagai berikut: a. Dekat (≤ 2 km).


(42)

b. Jauh (> 2 km).

8. Keterpaparan informasi/penyuluhan mengenai persalinan sehat dari petugas kesehatan adalah responden pernah diberikan informasi/penyuluhan oleh petugas kesehatan (dokter, perawat atau bidan) mengenai persalinan yang baik dan sehat. 9. Dukungan keluarga/kerabat adalah responden mendapatkan dukungan dari

keluarga/kerabat responden untuk memanfaatkan penolong persalinan yaitu tenaga kesehatan dalam membantu persalinan.

10.Pemeriksaan kehamilan adalah tindakan yang dilakukan oleh responden untuk memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.

3.5.2. Variabel Terikat

1. Pemanfaatan penolong persalinan yaitu penggunaan jasa untuk menolong persalinan seorang ibu dalam melahirkan bayi yang diikuti pengeluaran plasenta dari tubuh ibu. Pemanfaatan tersebut dapat dibedakan atas:

a. Memanfaatkan yaitu menggunakan tenaga kesehatan seperti dokter spesialis kebidanan atau bidan yang telah memperoleh pendidikan yang cukup untuk mampu mendeteksi kehamilan, risiko tinggi, sehingga dapat merujuk kehamilan dan persalinan bermasalah dengan cepat.

b. Tidak Memanfaatkan bila penolong persalinannya bukan tenaga kesehatan (dukun beranak) yaitu seorang anggota masyarakat (pada umumnya adalah wanita) yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional dan turun temurun, belajar secara praktis atau


(43)

cara lain yang menjurus kepada peningkatan keterampilan tersebut baik melalui pengalaman maupun dari petugas kesehatan.

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas

Aspek pengukuran variabel bebas terdiri dari faktor predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan paritas), faktor pendukung (ketersediaan sarana dan jarak), faktor pendorong (keterpaparan informasi/penyuluhan dari tenaga kesehatan, dukungan dari keluarga/kerabat dan pemeriksaan kehamilan). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen) No Variabel

Indikator Kriteria

Bobot

Nilai Skor

Skala Ukur 1 Umur

1.Reproduktif (20-35 thn)

2.Non-Reproduktif (< 20 thn atau > 35 thn)

Ordinal

2 Pendidikan

1.Tinggi 2.Sedang 3.Rendah

Ordinal

3 Pekerjaan 1.Bekerja

2.Tidak Bekerja Ordinal

4 Penghasilan 1. ≥ UMP

2.< UMP Ordinal

5 Paritas 1.≤ 2 anak

2.> 2 anak Nominal

6 Sarana kesehatan 1.Tersedia

2.Tidak tersedia Ordinal

7 Jarak sarana 1.Dekat (≤ 2 km)

2.Jauh (> 2 km) Ordinal 8

Keterpaparan informasi tentang persalinan sehat

1.Terpapar informasi

2.Tidak terpapar Ordinal

9 Dukungan keluarga/kerabat

1.Mendukung

2.Tidak mendukung Ordinal

10 Pemeriksaan Kehamilan

1. Pernah


(44)

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat

Untuk mengetahui pemanfaatan penolong persalianan diukur dengan menggunakan skala nominal dengan pilihan jawaban memanfaatkan tenaga kesehatan (skor 1) dan tidak memanfaatkan tenaga kesehatan (skor 0). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

No Variabel

Indikator

Kriteria Bobot Nilai

Skor Skala Ukur 1 Pemanfaatan

penolong persalinan

1

1.Memanfaatkan tenaga kesehatan 2.Tidak

memanfaatkan tenaga kesehatan

1 0

Nominal

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik ganda dengan α= 0,05 yang ditujukan untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong, terhadap pemanfaatan penolong persalinan oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Butar Kecamatan Pagaran.

Uji Regresi Logistik ganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen yang bersifat dikotomus. Tujuannya adalah untuk mendapatkan model yang paling baik dan sederhana yang dapat menggambarkan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.


(45)

Rumus regresi logistik ganda :

Logit (y) = β0+ β1X1+ β2X2+ …. + βiXi

Keterangan :

Y = Variabel dependen B = Koefisien regresi X = Variabel Independen


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Keadaan Geografis

Puskesmas Butar berada di wilayah Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara dan merupakan puskesmas induk yang membawahi 4 puskesmas pembantu lainnya yang ada di kecamatan tersebut. Kecamatan Pagaran terletak pada 02o16” – 02o14” Lintang Utara dan 98o46” – 98o55” Bujur Timur. Secara geografis Kecamatan Pagaran memiliki luas 138,05 km2. Kecamatan ini berjarak 26 km dari ibukota kabupaten yaitu Tarutung. Kecamatan Pagaran memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Lintongnihuta b. Sebelah Selatan : Kecamatan Sipoholon c. Sebelah Barat : Kecamatan Parmonangan d. Sebalah Timur : Kecamatan Siborong-borong

Jumlah desa yang terdapat di Kecamatan Pagaran sebanyak 14 desa yang seluruhnya merupakan wilayah kerja Puskesmas Butar.

4.1.2. Kependudukan

Jumlah penduduk Kecamatan Pagaran pada tahun 2008 mencapai 16.454 jiwa (3.581 KK) dengan kepadatan penduduk 119,19 jiwa per km2. Secara rinci, jumlah penduduk dan KK (Kepala Keluarga) per desa dapat dilihat pada Tabel 4.1.


(47)

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kecamatan Pagaran Menurut Desa

No Desa Jumlah Penduduk

(Jiwa) Jumlah KK Persentase (%)

1 Sibaragas 1.520 345 9,24

2 Lumban Motung 471 105 2,86

3 Banua Luhu 1.401 316 8,51

4 Lumban Julu 767 164 4,66

5 Lubis 576 134 3,50

6 Lumban ina-ina 1.438 304 8,74

7 Pagaran 382 86 2,32

8 Parhorboan 1.661 363 10,09

9 Sipultak 1.659 261 10,08

10 Dolok Saribu 2.476 503 15,05

11 Lumban Silintong 1.462 319 8,89

12 Simamora Hasibuan 880 192 5,35

13 Sipultak Dolok 1.045 340 6,35

14 Hasibuan 716 149 4.35

Jumlah 16.454 3.581 100

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Tapanuli Utara 2009

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8.305 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 8.149 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 8.305 50,47

2 Perempuan 8.149 49,53

Jumlah 16.454 100

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Tapanuli Utara 2009

Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2008 sebanyak 1.807 PUS. Pada tahun 2009 jumlah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Butar sebanyak 326 ibu.

4.1.3. Sumber Daya Kesehatan

Perencanaan sumber daya meliputi sumber daya tenaga, sarana dan biaya sangat besar pengaruhnya tehadap kemajuan pembangunan kesehatan. Jenis sarana


(48)

kesehatan yang terdapat di Kecamatan Pagaran terdiri dari puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, dan posyandu. Secara rinci dapat di lihat pada Tabel 4.3.

Tabel4.3. Jenis Sarana Kesehatan di Kecamatan Pagaran

No Jenis Sarana Jumlah (Unit)

1 Puskesmas 1

2 Puskesmas Pembantu 4

3 Polindes 16

4 Posyandu 24

Jumlah 45

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Tapanuli Utara 2009

Distribusi tenaga kesehatan yang terdapat di Kecamatan Pagaran tahun 2008 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Tenaga Kesehatan di Kecamatan Pagaran

No Tenaga Kesehatan Jumlah (Orang)

1 Dokter 3

2 Bidan 23

3 Perawat 12

Jumlah 38

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Tapanuli Utara 2009

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel independen dan dependen dalam penelitian yang meliputi: umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, paritas, ketersediaan sarana, jarak, keterpaparan informasi, dukungan keluarga, pemeriksaan kehamilan, dan pemanfaatan penolong persalinan.


(49)

4.2.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi untuk variabel umur yaitu, responden terbanyak adalah responden dengan umur reproduktif sebanyak 59 orang (76.6%) sedangkan responden dengan umur non-reproduktif sebanyak 18 orang (23.4%).

Berdasarkan tingkat pendidikan, responden yang terbanyak adalah dengan tingkat pendidikan sedang yaitu tamat SLTP atau tamat SLTA sebanyak 66 orang (87,0%) sedangkan yang paling sedikit adalah responden dengan tingkat pendidikan rendah sebanyak 4 orang (5,2%).

Berdasarkan pekerjaan, responden terbanyak adalah responden yang bekerja yaitu sebanyak 73 orang (94,8%) sedangkan responden yang tidak bekerja sebanyak 4 orang (5,2%). Jenis pekerjaan yang terbanyak adalah petani yaitu sebanyak 58 orang (79,3 %).

Berdasarkan tingkat penghasilan keluarga, responden terbanyak berpenghasilan di bawah Upah Minimum Propinsi (UMP) yaitu sebanyak 71 orang (92,2%), sedangkan responden dengan penghasilan diatas UMP sebanyak 6 orang (7.8%).

Berdasarkan jumlah anak, responden terbanyak memiliki anak lebih dari dua anak yaitu sebanyak 46 orang (59,7%) dan responden yang memiliki 1-2 anak sebanyak 31 orang (40,3%). Secara rinci distribusi frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 4.5.


(50)

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No Karakteristik f Persentase (%)

1 Umur

a. Non-Reproduktif b. Reproduktif 18 59 23,4 76,6

Jumlah 77 100

2 Pendidikan a. Rendah b. Sedang c. Tinggi 4 67 6 5,2 87,0 7,8

Jumlah 77 100

3 Pekerjaan a. Tidak Bekerja b.Bekerja

4 73

5,2 94,8

Jumlah 77 100

4 Penghasilan a. < UMP b. ≥ UMP

71 6

92,2 7,8

Jumlah 77 100

5 Paritas a. > 2 b. ≤ 2

46 31

59,7 40,3

Jumlah 77 100

4.2.2. Deskripsi Faktor Pendukung (Ketersediaan Sarana dan Jarak Sarana Kesehatan)

Berdasarkan hasil penelitian, sarana kesehatan telah tersedia di semua desa. Hal ini berarti bahwa di sekitar tempat tinggal tiap-tiap responden tersedia sarana kesehatan untuk pertolongan persalinan (100%). Jenis sarana yang terbanyak untuk pertolongan persalinan adalah Polindes sebanyak 16 unit.

Berdasarkan jarak dari rumah responden ke sarana kesehatan pertolongan persalinan, diketahui bahwa responden responden yang terbanyak adalah responden yang memiliki jarak yang dekat dengan sarana tersebut yaitu sebanyak 71 orang (92,2%) dan responden yang jaraknya jauh sebanyak 6 orang (7,8%). Secara rinci,


(51)

distribusi responden berdasarkan ketersediaan sarana kesehatan dan jarak sarana kesehatan dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pendukung (Sarana Kesehatan dan Jarak Sarana Kesehatan)

No Faktor Pendukung f Persentase (%)

1 Ketersediaan Sarana a. Tidak ada

b. Ada

0 77

0 100

Jumlah 77 100

2 Jarak

a. Jauh ( > 2km) b. Dekat (≤2km)

6 71

7.8 92,2

Jumlah 77 100

4.2.3. Deskripsi Faktor Pendorong (Keterpaparan Informasi, Dukungan Keluarga dan Pemeriksaan Kehamilan)

Berdasarkan hasil penelitian tentang keterpaparan informasi mengenai persalinan yang baik dan sehat, responden yang pernah menerima informasi tentang persalinan yang baik dan sehat sebanyak 49 orang (63,6%) dan responden yang tidak pernah menerima informasi tersebut sebanyak 28 orang (36,4%). Pemberi informasi tentang persalinan yang baik dan benar, yang paling banyak kepada responden adalah bidan yaitu sebanyak 40 orang (51,9%).

Berdasarkan dukungan keluarga, responden yang terbanyak adalah yang mendapat dukungan dari keluarganya untuk melakukan persalinan yang baik dan sehat yaitu sebanyak 69 orang (89,6%) sedangkan responden yang tidak mendapat dukungan dari keluarga untuk melakukan persalinan yang baik dan sehat ada sebanyak 8 orang (10,4%).


(52)

Berdasarkan pernah tidaknya memeriksakan kehamilan, responden terbanyak adalah pernah memeriksakan kehamilannya yaitu sebanyak 71 orang ( 92,2 %) dan responden yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya sebanyak 6 orang (7,8%). Tempat yang terbanyak dipilih untuk memeriksakan kehamilan responden adalah di polindes yaitu sebanyak 62 orang ( 80,5%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pendorong (Keterpaparan Informasi, Dukungan Keluarga, dan Pemeriksaan Kehamilan)

No Faktor Pendorong F Persentase (%)

1 Keterpaparan Informasi a. Tidak pernah

b. Pernah

28 49

36,4 63,6

Jumlah 77 100

2 Dukungan Keluarga a. Tidak Mendukung b. Mendukung

8 69

10,4 89,6

Jumlah 77 100

3 Pemeriksaan Kehamilan a. Tidak Pernah

b. Pernah

6 71

7,8 92,2

Jumlah 77 100

4.2.4. Deskripsi Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang terbanyak adalah yang menggunakan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya yaitu sebanyak 65 orang (84,4%) dan yang tidak memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan ada sebanyak 12 orang (15,6%). Tenaga kesehatan yang paling banyak digunakan adalah bidan yaitu sebanyak 61 orang (93,85 %). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.8.


(53)

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Penolong Kesehatan oleh Tenaga Kesehatan.

No Pemanfaatan f Persentase (%)

1 Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

a. Memanfaatkan b. Tidak Memanfaatkan

65 12

84,4 15,6

Jumlah 77 100

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas (meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, paritas, jarak, keterpaparan informasi, dukungan keluarga, dan pemeriksaan kehamilan) dengan variabel terikat (pemaanfaatan penolong persalinan) dengan uji Kai Kuadrat dengan tingkat kemaknaan α = 0.05.

4.3.1. Hubungan antara Umur dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa proporsi ibu yang umurnya berada pada umur reproduktif mempunyai proporsi sebesar 84,7% untuk memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya. Ibu dengan umur non-reproduktif memiliki proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 83,3%.

Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan antara ibu yang umurnya dalam range non-reproduktif dengan ibu yang umurnya dalam range reproduktif (p= 1,000). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.9.


(54)

Tabel 4.9. Hubungan antara Umur dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan.

Kategori Umur

Pemanfaatan Penolong

Persalinan oleh Nakes Total p

value

Ya Tidak

f % f % f %

Non-reproduktif

15 83,9 3 16,7 18 100

1,000 Reproduktif

49 84,7 10 15,3 59 100

4.3.2. Hubungan antara Pendidikan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan.

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan diketahui bahwa ibu yang tingkat pendidikannya sedang mempunyai proporsi yang paling besar dalam memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan yaitu sebesar 85,1%. Ibu yang tingkat pendidikannya rendah memiliki proporsi sebesar 75%, dan ibu yang tingkat pendidikannya tinggi memiliki proporsi sebesar 83,3%.

Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam pemanfaatan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan antara ibu yang tingkat pendidikannya rendah, sedang maupun tinggi. Hal ini ditunjukkan dari nilai p=0,297 (p>0,05). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan.

Kategori Pendidikan

Pemanfaatan Penolong

Persalinan oleh Nakes Total p

value

Ya Tidak

f % f % f %

Rendah 3 75 1 25 4 100

0,297

Sedang 57 85,1 10 14,9 67 100


(55)

4.3.3. Hubungan antara Pekerjaan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diperoleh bahwa ibu yang bekerja mempunyai proporsi yang lebih besar untuk memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya yaitu sebesar 84,9%. Ibu yang tidak bekerja mempunyai proporsi sebesar 75%.

Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan antara ibu yang tidak bekerja dengan ibu yang bekerja (p=0,500). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Hubungan antara Pekerjaan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Kategori Pekerjaan

Pemanfaatan Penolong

Persalinan oleh Nakes Total p

value

Ya Tidak

f % f % f %

Tidak Bekerja 3 75 1 25 4 100

0,500

Bekerja 62 84,9 11 15,1 73 100

4.3.4. Hubungan antara Penghasilan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui bahwa ibu yang penghasilan keluarganya < UMP memiliki proporsi yang lebih besar untuk memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan yaitu sebesar 87,3%, sedangkan ibu yang penghasilan keluarganya ≥ UMP memiliki proporsi yang lebih kecil yaitu 50%.


(56)

Hasil uji kai kuadrat didapatkan nilai p= 0,045 berarti dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan persentase pemanfaatan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan antara yang berpenghasilan < UMP dengan yang berpenghasilan ≥ UMP. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Hubungan antara Penghasilan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Kategori Penghasilan

Pemanfaatan Penolong

Persalinan oleh Nakes Total p

value

Ya Tidak

f % f % f %

< UMP 62 87,3 9 12,7 71 100

0,045

≥ UMP 3 50 3 50 6 100

4.3.5 Hubungan antara Paritas dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui bahwa ibu yang memiliki jumlah anak ≤ 2 orang memiliki proporsi yang lebih besar untuk memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan yaitu sebesar 87,1%, sedangkan ibu yang memiliki jumlah anak > 2 orang memiliki proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 82,6%.

Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan antara ibu yang jumlah anaknya > 2 dengan ibu yang jumlah anaknya ≤ 2 (p =0,753). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.13.


(57)

Tabel 4.13. Hubungan antara Paritas dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Jumlah Anak

Pemanfaatan Penolong

Persalinan oleh Nakes Total p

value

Ya Tidak

f % f % f %

> 2 anak 38 82,6 8 17,4 46 100

0,753

≤ 2 anak 27 87,1 4 12,9 31 100

4.3.6. Hubungan antara Ketersediaan Sarana Kesehatan dengan Pemanfaatan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Hubungan antara ketersediaan sarana kesehatan tempat pertolongan persalinan tidak dapat diketahui. Hal ini disebabkan karena tidak terdapat variasi jawaban pada variabel ketersediaan sarana kesehatan sebagai tempat penolong persalinan sehingga tidak dapat dilakukan uji statistik.

4.3.7. Hubungan antara Jarak dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan diketahui bahwa ibu yang letak rumahnya dekat dengan sarana kesehatan tempat pertolongan persalinan memiliki proporsi yang lebih besar untuk memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya yaitu sebesar 88,7%, sedangkan ibu yang letak rumahnya jauh memiliki proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 33.3%.

Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam pemanfaatan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan antara ibu yang letak rumahnya jauh dari sarana kesehatan dengan ibu yang letak rumahnya dekat dengan sarana kesehatan p=0,005. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.14.


(58)

Tabel 4.14. Hubungan antara Jarak dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Jarak

Pemanfaatan Penolong

Persalinan oleh Nakes Total p

value

Ya Tidak

f % f % f %

Jauh (> 2km) 2 33,3 4 66,7 6 100

0.005 Dekat (< 2km) 63 88,7 8 11,3 71 100

4.3.8. Hubungan antara Keterpaparan Informasi dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, diketahui bahwa ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang persalinan yang baik dan sehat memiliki proporsi yang lebih besar dalam memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan yaitu sebesar 87,6% sedangkan ibu yang tidak pernah terpapar informasi memiliki proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 78,6%.

Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pemanfaatan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan antara ibu yang tidak pernah terpapar informasi tentang persalinan yang baik dan sehat dengan ibu yang terpapar informasi yang dapat dilihat dari nilai p=0,458. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Hubungan antara Keterpaparan Informasi dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Keterpaparan Informasi

Pemanfaatan Penolong

Persalinan oleh Nakes Total p value

Ya Tidak

f % f % f %

Tidak Pernah 22 78,6 6 21,4 28 100

0,458


(59)

4.3.9. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui bahwa ibu yang mendapat dukungan untuk melakukan persalinan yang baik dan sehat dari keluarganya memiliki proporsi untuk memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya sebesar 92,8%, sedangkan ibu yang tidak mendapatkan dukungan memiliki proporsi yang jauh lebih kecil yaitu sebesar 12,5%.

Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan antara ibu yang mendapat dukungan dari keluarga dengan yang tidak mendapat dukungan dari keluarganya. Hal ini ditunjukkan dari nilai p=0.000 (p<0,05). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Dukungan Keluarga

Pemanfaatan Penolong

Persalinan oleh Nakes Total p value

Ya Tidak

f % f % f %

Tidak Mendukung 1 12,5 7 87,5 8 100

0,000

Mendukung 64 92,8 5 7,2 69 100

4.3.10. Hubungan antara Pemeriksaan Kehamilan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan diketahui bahwa ibu yang memeriksakan kehamilannya memiliki proporsi yang lebih besar untuk memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya yaitu sebesar 87,3%


(60)

sedangkan ibu yang tidak memeriksakan kehamilannya memiliki proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 50%.

Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan antara ibu yang tidak memeriksakan kehamilannya dengan ibu yang memeriksakan kehamilannya dengan nilai p=0,045 (p<0,05). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17. Hubungan antara Pemeriksaan Kehamilan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Pemeriksaan Kehamilan

Pemanfaatan Penolong

Persalinan oleh Nakes Total p value

Ya Tidak

f % f % f %

Tidak Periksa 3 50 3 50 6 100

0.045

Periksa 62 87,3 9 12,7 71 100

4.4. Analisis Multivariat

4.4.1. Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat

Dalam penelitian ini terdapat 9 variabel yang diduga berpengaruh terhadap pemanfaatan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, paritas, jarak sarana kesehatan, keterpaparan informasi, dukungan keluarga, dan pemeriksaan kehamilan. Untuk menentukan variabel yang menjadi kandidat dalam uji multivariat, kesembilan variabel tersebut terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen (pemanfaatan penolong persalinan). Menurut Mickey dan Greenland dalam Hastono (2001), variabel yang pada saat dilakukan uji G (Rasio log−likelihood) memiliki p < 0,25 dan mempunyai


(61)

kemaknaan secara substansi dapat dijadikan kandidat yang akan dimasukkan ke dalam model multivariat. Hasil analisis bivariat antara variabel independen dengan dependen dapat dilihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18. Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen.

No Variabel Log-likelihood G P value

1 Umur 66,617 0,021 0,886

2 Pendidikan 66,375 0,263 0,877

3 Pekerjaan 66,387 0,251 0,617

4 Penghasilan 62,304 4,334 0,037*

5 Paritas 66,349 0,289 0,591

6 Jarak 57,633 9,005 0.003*

7 Keterpaparan Informasi 65,531 1,107 0,293

8 Dukungan Keluarga 41,904 24,734 0,000*

9 Pemeriksaan Kehamilan 62,304 4,334 0.037*

Dari hasil analisis yang dilakukan ternyata terdapat empat variabel yang p

valuenya <0,25 yaitu penghasilan, jarak, dukungan keluarga, dan pemeriksaan

kehamilan, sedangkan variabel-variabel lainnya memiliki p value > 0,25. Dengan demikian, variabel yang menjadi kandidat ke model multivariat adalah variabel penghasilan, jarak, dukungan keluarga dan pemeriksaan kehamilan.

4.4.2. Pembuatan Model Faktor Penentu Pemanfaatan Tenaga Kesehatan Sebagai Penolong Persalinan

Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik dalam menentukan determinan pemanfaatan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Dalam pemodelan ini semua variabel kandidat dicobakan secara bersama-sama. Model terbaik akan mempertimbangkan dua penilaian, yaitu nilai signifikansi ratio log-likelihood (p≤ 0,05) dan nilai signifikansi p wald (p≤ 0,05).


(62)

Tabel 4.19. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Penghasilan, Jarak, Dukungan Keluarga dan Pemeriksaan Kehamilan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan

Variabel B P Wald

Penghasilan 3,552 0,001

Jarak -1,372 0,444

Dukungan Keluarga -4,778 0,000

Pemeriksaan Kehamilan 10,804 0.667

-2 log-likelihood= 31,266 G= 35,372 p value= 0,000

Dari hasil diatas terlihat bahwa signifikansi log-likelihood < 0,05 (p=0,000). Namun secara signifikan P wald beberapa variabel p value-nya di atas 0,05. Dengan demikian perlu dilakukan pengeluaran variabel dari model. Pengeluaran model dilakukan secara bertahap satu per satu dimulai dari variabel yang p value-nya tertinggi. Dari tabel terlihat bahwa variabel pemeriksaan kehamilan memilki nilai p

value terbesar (0,667), sehingga proses model selanjutnya dilakukan dengan tidak

mengikutkan variabel pemeriksaan kehamilan. Hasil model tanpa variabel pemeriksaan kehamilan dapat dilihat pada Tabel 4.21.

Tabel 4.20. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Penghasilan, Jarak dan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan

Variabel B P Wald

Penghasilan 3.505 0,001

Jarak -1,420 0,413

Dukungan Keluarga -4,925 0,000


(1)

Dukungan Keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Mendukung 8 10.4 10.4 10.4

Mendukung 69 89.6 89.6 100.0

Total 77 100.0 100.0

Pemeriksaan Kehamilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 6 7.8 7.8 7.8

Pernah 71 92.2 92.2 100.0

Total 77 100.0 100.0

Penolong Persalinan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Memanfaatkan 65 84.4 84.4 84.4

Tidak Memanfaatkan 12 15.6 15.6 100.0


(2)

Multivariat

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 35.372 4 .000

Block 35.372 4 .000

Model 35.372 4 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 31.266a .368 .636

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted Penolong Persalinan

Percentage Correct Memanfaatkan

Tidak Memanfaatkan

Step 1 Penolong Persalinan Memanfaatkan 61 4 93.8

Tidak Memanfaatkan 2 10 83.3

Overall Percentage 92.2


(3)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a PenghasilanK 3.552 1.114 10.165 1 .001 34.884 3.929 309.692

Jarak -1.372 1.791 .587 1 .444 .254 .008 8.490

Dukungan -4.778 1.357 12.391 1 .000 .008 .001 .120

Periksa -.804 1.869 .185 1 .667 .448 .011 17.432

Constant 6.803 4.644 2.146 1 .143 900.724

a. Variable(s) entered on step 1: PenghasilanK, Jarak, Dukungan, Periksa.

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 35.194 3 .000

Block 35.194 3 .000

Model 35.194 3 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square


(4)

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 31.444a .367 .633

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted Penolong Persalinan

Percentage Correct Memanfaatkan

Tidak Memanfaatkan

Step 1 Penolong Persalinan Memanfaatkan 64 1 98.5

Tidak

Memanfaatkan

5 7 58.3

Overall Percentage 92.2

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a PenghasilanK 3.505 1.104 10.089 1 .001 33.289 3.828 289.503

Jarak -1.420 1.733 .671 1 .413 .242 .008 7.215 Dukungan -4.925 1.335 13.616 1 .000 .007 .001 .099 Constant 5.678 3.494 2.641 1 .104 292.386


(5)

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 34.556 2 .000

Block 34.556 2 .000

Model 34.556 2 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 32.082a .362 .624

Classification Tablea

Observed

Predicted

Penolong Persalinan

Percentage Correct Memanfaatkan

Tidak Memanfaatkan

Step 1 Penolong Persalinan Memanfaatkan 61 4 93.8

Tidak Memanfaatkan 2 10 83.3

Overall Percentage 92.2


(6)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a PenghasilanK 3.418 1.088 9.873 1 .002 30.500 3.618 257.122

Dukungan -5.364 1.288 17.338 1 .000 .005 .000 .058

Constant 3.892 2.289 2.892 1 .089 49.000


Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi

5 67 131

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Pada Ibu Hamil Peserta Jampersal Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

3 57 107

Pengaruh Faktor Predisposisi, Faktor Pendukung Dan Faktor Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Penolong Persalinan Pada Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Serbangan Kabupaten Asahan

3 52 118

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendorong dan Pendukung terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

1 49 94

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Kebutuhan Ibu Balita terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Alue Bilie Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya

0 31 129

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Terhadap Perilaku BAB di Desa Sibuntuon Partur Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Tahun 2011

3 67 101

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Ibu Bayi (Umur 9-11 Bulan) Terhadap Pemberian Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010

1 40 134

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin Dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Sarana Pelayanan Antenatal Oleh Ibu Hamil Di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2010

0 49 98

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN TENAGA PENOLONG PERSALINAN OLEH IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TALANG BABUNGO KABUPATEN SOLOK TAHUN 2012.

0 0 7

FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARHARJO KECAMATAN BANJARHARJO KABUPATEN BREBES TAHUN 2010 - UDiNus Repository

0 1 2