Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Pada Ibu Hamil Peserta Jampersal Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG, DAN PENDORONG PADA IBU HAMIL PESERTA JAMPERSAL TERHADAP PEMANFAATAN
PELAYANAN ANTENATAL K4 DI KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2012
Skripsi
Oleh :
LAFANDI SITOMPUL 061000138
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG, DAN PENDORONG PADA IBU HAMIL PESERTA JAMPERSAL TERHADAP PEMANFAATAN
PELAYANAN ANTENATAL K4 DI KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
LAFANDI SITOMPUL 061000138
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
(4)
ABSTRAK
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang sejalan dengan prinsip kesehatan masyarakat preventif dan promotif. Pelayanan antenatal bertujuan menekan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Cakupan kunjungan antenatal K1 secara nasional mencapai 92,7 %, namun kunjungan antenatal minimal 4 kali (cakupan K4) sesuai standar yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga baru mencapai 61,4 %. Di Kelurahan Labuhan Deli, berdasarkan data dari petugas PKK kelurahan, ibu hamil yang berhak mendapatkan pelayanan Jampersal yang terdata periode Maret 2011 – Desember 2011 mencapai 58 orang. Data capaian K1 dan K4 di Puskesmas Terjun dari wilayah kerja Kelurahan Labuhan Deli K1 hanya 45 % yang seharusnya 90 %, dan K4 hanya 60 % yang seharusnya harus mencapai 80 %. Terjadinya disparitas tersebut disebabkan faktor geografis, belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan ketersediaan fasilitas kesehatan dan obat-obatan yang terjangkau, kurangnya tenaga kesehatan, serta masih adanya hambatan finansial dalam mengakses pelayanan kesehatan yang disediakan pemerintah. Faktor tersebut diupayakan hilang dengan diluncurkannya program Jaminan Persalinan.
Penelitian ini merupakan survey dengan pendekatan explanatory research bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal K4 pada ibu hamil peserta Jampersal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil peserta Jampersal periode Maret – Desember 2011. Sampel penelitian berjumlah 58 orang. Analisis data menggunakan uji regresi logistik ganda pada taraf kepercayaan 95 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel pengetahuan dan jarak tempuh terhadap pemanfaatan antenatal K4 pada ibu hamil peserta Jampersal. Variabel yang tidak berpengaruh adalah tingkat pendidikan, paritas, jarak kelahiran, sikap responden, dan sikap petugas.
Berdasarkan hasil penelitian, diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang pelayanan antenatal, dan sosialisasi program Jampersal. Upaya untuk mendekatkan pelayanan petugas terhadap ibu hamil juga sangat diperlukan, sehingga diperlukan peran aktif petugas dalam menjalankan upaya preventif dan promotif dengan mendatangi langsung ibu hamil peserta Jampersal.
(5)
ABSTRACT
Antenatal care is the care that is consistent with the principle of preventive and promotive health. Antenatal care aims to reduce the number of maternal morbidity and mortality and infant. K1 antenatal visit coverage reached 92.7% nationally, but at least 4 times antenatal visits (K4 coverage) according to the standard is 1 times in the first trimester, 1 time in the second trimester, and 2 times in the third trimester only reached 61.4%. In the Labuhan Deli Village, based on data from the PKK officer villages, pregnant women are entitled Jampersal who recorded the period March 2011 - December 2011 reached 58 people. K1 and K4 achievement data at the health center of the working area of the Village Falls Labuhan Deli K1 only 45% are supposed to 90%, and only 60% K4 should have reached 80%. The disparity is due to geographical factors, has not fulfilled the requirement of the availability of health facilities and affordable medicines, lack of health personnel, as well as the persistence of financial barriers in accessing health services provided by the government. The missing factor pursued with the launch Delivery Guarantee program.
This study was a survey with explanatory research approach aims to explain the factors that affect the utilization of antenatal care in pregnant women K4 Jampersal participants. The population in this study were all pregnant women participants Jampersal the period March to December 2011. Sample was 58 people. Analysis of data using multiple logistic regression at the confidence level 95%.
The results showed that there was the influence of variables on knowledge and mileage utilization of antenatal maternal K4 Jampersal participants. Variables that did not affect is the level of education, parity, birth spacing, the respondents' attitudes, and attitudes officer.
Based on this research, efforts are needed to improve the knowledge of antenatal care, and socialization programs Jampersal. Efforts to bring services to pregnant women workers also needed, so that the officer needed an active role in running the preventive and promotive maternal participants go directly Jampersal.
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama Lengkap : Lafandi Sitompul
2. Tempat/Tanggal Lahir : Desa Sitompul/27 April 1988
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Kristen Protestan
5. Status : Belum Menikah
6. Alamat Rumah : Jl.Sei Rotan No.17 Medan
7. Riwayat Pendidikan
a. Tahun 1994-2000 : SDN 173115 Sitompul
b. Tahun 2000-2003 : SLTP N 3 Tarutung
c. Tahun 2003-2006 : SMA Swasta St.Maria Tarutung
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, melalui kasih karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Pada Ibu Hamil Peserta Jampersal Terhadap Pemanfaatan
Pelayanan Antenatal K4 Di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini
penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara (FKM USU).
2. dr. Heldy BZ, MPH., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan dan selaku dosen pembimbing II sekaligus penguji I yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan koreksi kepada penulis dalam penulisan
skripsi.
3. Dr. Juanita, SE, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Penguji
yang telah memberikan usulan, bimbingan dan arahan kepada penulis dengan
sabar demi penulisan skripsi .
4. Siti Khadijah, SKM, M.Kes., selaku dosen penguji II yang telah meluangkan
(8)
5. dr. Fauzi, SKM., selaku dosen penguji III yang telah memberikan bimbingan dan
arahan untuk kesempurnaan skripsi .
6. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
7. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan Drs. Hasan Basri, MM
yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian di Kelurahan Labuhan Deli Kota Medan.
8. Kepala Puskesmas Terjun Bapak dr.Imanuel Sembiring dan Lurah Kelurahan
Labuhan Deli.
9. Teristimewa kepada Ibunda Rostina Nainggolan yang senantiasa mendoakan
saya, juga kepada abang-abang saya Marulam Sitompul, Henry Sitompul,
Sumarwan Sitompul, Ali Sitompul, Andrew Sitompul, Darmanto Sitompul,
Bambang Sitompul dan adik saya Jakob Sitompul.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih untuk kritik dan saran yang disampaikan secara ilmiah
untuk perbaikan menuju yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat
bagi siapapun yang membacanya dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Medan, Februari 2013
Penulis
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... ix
Daftar Gambar ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ………. 1
1.2 Perumusan Masalah ………. 7
1.3 Tujuan Penelitian ………. 7
1.4 Manfaat Penelitian ………... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 9
2.1 Pelayanan Antenatal ………... 9
2.2 Tujuan Pelayanan Antenatal ...……… 9
2.3 Kunjungan Ibu Hamil ………. 10
2.4 Standar Pelayanan Antenatal ……….. 11
2.5 Teori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan……… 12
2.5.1. Faktor Predisposisi ... 12
2.5.2. Faktor Pendukung ... 16
2.5.3. Faktor Pendorong ... 19
2.6 Tipe-tipe Kategori Penggunaan Pelayanan Kesehatan ……... 19
2.7 Jaminan Persalinan ………. 26
2.7.1. Pengertian Jampersal ... 26
2.7.2. Kebijakan Operasional dan Manfaat ... 28
2.8. Kerangka Konsep ... 30
2.9. Hipotesa Penelitian ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ……….. 31
3.1 Jenis Penelitian ………... 31
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 31
3.3 Populasi dan Sampel ……….. 31
3.4 Metode Pengumpulan Data ……… 32
3.5 Definisi Operasional ………... 32
3.6 Aspek Pengukuran ……….. 34
3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 34 ………
(10)
BAB IV HASIL PENELITIAN ……… 37
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………... 37
4.1.1. Letak Geografis ……… 37
4.2. Analisis Univariat ………. 37
4.2.1. Gambaran Karakteristik Responden……….. 37
4.3. Analisis Bivariat ………... 45
4.4. Analisis Multivariat………... 53
4.5. Hasil Wawancara………... 54
BAB V PEMBAHASAN ……….. 56
5.1. Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 pada Ibu Hamil Peserta Jampersal …. 56 5.1.1. Pengaruh PendidikanTerhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 ……… 56
5.1.2. Pengaruh Paritas Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 ……… 57
5.1.3. Pengaruh Jarak Kelahiran Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 ……… 58
5.1.4. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 ……… 59
5.1.5. Pengaruh Sikap Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 ……… 59
5.2. Pengaruh Faktor Pendukung Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 pada Ibu Hamil Peserta Jampersal …. 60 5.2.1. Pengaruh Jarak tempuh Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 ……… 60
5.3. Pengaruh Faktor Pendorong Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 pada Ibu Hamil Peserta Jampersal …. 61 5.3.1. Pengaruh Sikap Petugas Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 ……… 61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……… 62
6.1. Kesimpulan ……… 62
6.2. Saran ……….. 62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 34
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 35
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ... 37
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suku ... 38
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 38
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Pendidikan 39 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Paritas ... 39
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jarak Kelahiran ... 40
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Responden Terhadap Variabel Pengetahuan ... 40
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jawaban Pengetahuan ………... 42
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Sikap ... 42
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jawaban Sikap ... 43
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jawaban Variabel Jarak Tempuh ... 43
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Variabel Sikap Petugas ... 44
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jawaban Sikap Petugas ... 44
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4... 45
(12)
Tabel 4.15. Tabulasi Silang Variabel Pendidikan dengan Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal K4 ... 46 Tabel 4.16. Tabulasi Silang Variabel Paritas dengan Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal K4 ... 47 Tabel 4.17. Tabulasi Silang Variabel Jarak Kelahiran dengan Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal K4 ... 48 Tabel 4.18. Tabulasi Silang Variabel Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal K4 ... 49 Tabel 4.19. Tabulasi Silang Variabel Sikap dengan Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal K4 ... 50 Tabel 4.20. Tabulasi Silang Variabel Jarak Tempuh dengan Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal K4 ... 51 Tabel 4.21. Tabulasi Silang Variabel Sikap Petugas dengan Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal K4 ... 52 Tabel 4.22. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Antara Pendidikan,
(13)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
(14)
ABSTRAK
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang sejalan dengan prinsip kesehatan masyarakat preventif dan promotif. Pelayanan antenatal bertujuan menekan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Cakupan kunjungan antenatal K1 secara nasional mencapai 92,7 %, namun kunjungan antenatal minimal 4 kali (cakupan K4) sesuai standar yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga baru mencapai 61,4 %. Di Kelurahan Labuhan Deli, berdasarkan data dari petugas PKK kelurahan, ibu hamil yang berhak mendapatkan pelayanan Jampersal yang terdata periode Maret 2011 – Desember 2011 mencapai 58 orang. Data capaian K1 dan K4 di Puskesmas Terjun dari wilayah kerja Kelurahan Labuhan Deli K1 hanya 45 % yang seharusnya 90 %, dan K4 hanya 60 % yang seharusnya harus mencapai 80 %. Terjadinya disparitas tersebut disebabkan faktor geografis, belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan ketersediaan fasilitas kesehatan dan obat-obatan yang terjangkau, kurangnya tenaga kesehatan, serta masih adanya hambatan finansial dalam mengakses pelayanan kesehatan yang disediakan pemerintah. Faktor tersebut diupayakan hilang dengan diluncurkannya program Jaminan Persalinan.
Penelitian ini merupakan survey dengan pendekatan explanatory research bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal K4 pada ibu hamil peserta Jampersal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil peserta Jampersal periode Maret – Desember 2011. Sampel penelitian berjumlah 58 orang. Analisis data menggunakan uji regresi logistik ganda pada taraf kepercayaan 95 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel pengetahuan dan jarak tempuh terhadap pemanfaatan antenatal K4 pada ibu hamil peserta Jampersal. Variabel yang tidak berpengaruh adalah tingkat pendidikan, paritas, jarak kelahiran, sikap responden, dan sikap petugas.
Berdasarkan hasil penelitian, diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang pelayanan antenatal, dan sosialisasi program Jampersal. Upaya untuk mendekatkan pelayanan petugas terhadap ibu hamil juga sangat diperlukan, sehingga diperlukan peran aktif petugas dalam menjalankan upaya preventif dan promotif dengan mendatangi langsung ibu hamil peserta Jampersal.
(15)
ABSTRACT
Antenatal care is the care that is consistent with the principle of preventive and promotive health. Antenatal care aims to reduce the number of maternal morbidity and mortality and infant. K1 antenatal visit coverage reached 92.7% nationally, but at least 4 times antenatal visits (K4 coverage) according to the standard is 1 times in the first trimester, 1 time in the second trimester, and 2 times in the third trimester only reached 61.4%. In the Labuhan Deli Village, based on data from the PKK officer villages, pregnant women are entitled Jampersal who recorded the period March 2011 - December 2011 reached 58 people. K1 and K4 achievement data at the health center of the working area of the Village Falls Labuhan Deli K1 only 45% are supposed to 90%, and only 60% K4 should have reached 80%. The disparity is due to geographical factors, has not fulfilled the requirement of the availability of health facilities and affordable medicines, lack of health personnel, as well as the persistence of financial barriers in accessing health services provided by the government. The missing factor pursued with the launch Delivery Guarantee program.
This study was a survey with explanatory research approach aims to explain the factors that affect the utilization of antenatal care in pregnant women K4 Jampersal participants. The population in this study were all pregnant women participants Jampersal the period March to December 2011. Sample was 58 people. Analysis of data using multiple logistic regression at the confidence level 95%.
The results showed that there was the influence of variables on knowledge and mileage utilization of antenatal maternal K4 Jampersal participants. Variables that did not affect is the level of education, parity, birth spacing, the respondents' attitudes, and attitudes officer.
Based on this research, efforts are needed to improve the knowledge of antenatal care, and socialization programs Jampersal. Efforts to bring services to pregnant women workers also needed, so that the officer needed an active role in running the preventive and promotive maternal participants go directly Jampersal.
(16)
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan
bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumberdaya kesehatan. Juga disebutkan bahwa setiap orang berkewajiban turut serta
dalam program jaminan kesehatan sosial, oleh karena itu muncullah berbagai
program jaminan kesehatan sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah atas
kesehatan masyarakat. Program jaminan kesehatan tidak hanya dimaksudkan untuk
membangun paradigma sehat yang bersifat kuratif. Paradigma sehat juga merupakan
model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang mampu mendorong
masyarakat untuk dapat mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui
kesadaran yang lebih tinggi akan pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat
preventif dan promotif .
Kehamilan, persalinan dan menyusukan anak merupakan proses alamiah bagi
kehidupan seorang ibu dalam usia produktif. Bila terjadi gangguan dalam proses ini
baik gangguan fisiologis maupun psikologis dapat menimbulkan efek yang buruk
tidak hanya terhadap kesehatan ibu sendiri tetapi membahayakan bagi bayi yang
dikandungnya, bahkan sering menyebabkan kematian ibu. Penyebab kematian ibu
yang terbanyak menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 bahwa
90 % disebabkan oleh komplikasi obstetrik yaitu perdarahan, infeksi, dan eklamsia.
(17)
Perdarahan menempati posisi persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28 %),
dimana anemia dan kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab
utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu.
Persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu adalah eklamsia (24 %), Kejang bisa
terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat
persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal setelah
bayi lahir. Kondisi ini akan lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil.
Sedangkan persentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi
(11%) (Anonim, 2007)
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari
suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa
nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000
kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan
kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan
pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan
pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.
AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan,
dan nifas. (Anonim, 2009)
Penyebab kematian ibu secara langsung berhubungan dengan komplikasi obstetrik
(18)
kematian ibu adalah penyebab langsung yaitu perdarahan, eklampsia, partus lama,
komplikasi aborsi, infeksi. Penyebab kematian ibu secara tidak langsung diakibatkan oleh
penyakit yang telah diderita ibu atau penyakit yang timbul selama masa kehamilan dan
tidak ada kaitannya dengan penyebab langsung obstetrik. Penyebab kematian ibu secara
tidak langsung sering disebut akibat dari faktor terlambat mengenali tanda bahaya
persalinan, terlambat dirujuk dan terlambat ditangani oleh petugas kesehatan.
(Prasetyawati, 2012)
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI
untuk periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKI hasil SDKI tahun 2002-2003 yang
mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup . AKI memang mengalami penurunan akan
tetapi target MDGs pada tahun 2015 AKI diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran
hidup.
Menurut data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, Angka
Kematian Neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup, Angka
Kematian Bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita
sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup.
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
termasuk menurunkan AKI, AKN dan AKB pemerintah meluncurkan program jaminan
sosial seperti Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat), dimana pembiayaan kesehatan
masyarakat kurang mampu ditanggung oleh negara. Kemudian sejak tahun 2011,
(19)
menurunkan angka kematian ibu anak dan mempercepat pencapaian MDGs. Berdasarkan
pengalaman masa lalu dan belajar dari pengalaman berbagai negara lain, sistem jaminan
kesehatan sosial seperti Jamkesmas dan Jampersal merupakan suatu pilihan yang tepat
untuk menata subsistem pelayanan kesehatan yang searah dengan subsistem pembiayaan
kesehatan.
Pemerintah mengeluarkan Permenkes 631/MENKES/PER/III/2011 pada bulan
Maret tahun 2011. Kemudian Kementerian kesehatan mengeluarkan Peraturan Menkes
No.2562/MENKES/PER/XII/2011 tentang petunjuk teknis Jaminan Persalinan 2012 yang
secara otomatis membatalkan permenkes sebelumnya. Di Kota Medan, tahun 2011 sejak
dijalankannya Jampersal, kurang memanfaatkan peluang sehingga program kurang
berjalan. Hal itu terbukti dengan serapan anggaran yang hanya Rp.106 juta dari Rp.3,99
milyar yang diperoleh dari kementrian kesehatan pada tahun 2011.(Kemenkes, 2011)
Sepanjang tahun 2011, program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Sumatera Utara
telah menangani 75.310 persalinan, dengan rincian 74.313 persalinan normal, 798
persalinan induksi dan operasi, serta 193 persalinan pasca keguguran. Peserta terbesar yang
menggunakan layanan Jampersal yaitu Kabupaten Langkat dengan 19.778 persalinan
normal, 70 persalinan operasi dan 125 persalinan pasca keguguran. Selanjutnya Kabupaten
Serdang Bedagai dengan jumlah 5.346 per persalinan normal, Deli Serdang dengan 4.724
persalinan normal, 147 persalinan operasi. Sedangkan Batu Bara, pada posisi keempat
terbesar dengan jumlah sebanyak 4.567 persalinan normal.(Dinkes Provsu, 2011)
Upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu menuntut hubungan yang erat
(20)
desa, upaya tersebut mencakup berbagai upaya pencegahan deteksi dini komplikasi
kehamilan, persalinan aman dan bersih serta rujukan ke fasilitas rujukan yang memadai
(Muninjaya,1999).
Selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan sosial budaya, pemanfaatan
seseorang terhadap pelayanan kesehatan juga dipengaruhi oleh sosial ekonomi
(Azwar,1998). Hambatan utama dalam pelayanan kesehatan adalah masalah akses terhadap
pelayanan kesehatan. Hambatan terhadap akses tersebut dikarenakan faktor pembiayaan
dan transportasi. Banyak faktor yang menyebabkan peningkatan biaya kesehatan,
diantaranya perubahan pola penyakit, perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran,
dan pola pembiayaan kesehatan berbasis pembayaran out of pocket (Dinkes Medan, 2009)
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, sebanyak 16,7 %
wanita hamil selama kehamilannya tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan dan 22
% tempat persalinan bukan di sarana kesehatan. Adapun Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) tahun 2004 pola berobat masyarakat hanya 43,7 % yang menggunakan
fasilitas kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik dan lain-lain), sedangkan 56,3 %
mengobati sendiri. Dapat disimpulkan pendirian sarana kesehatan cenderung belum
diimbangi pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat. Demand terhadap pelayanan
kesehatan dikatakan baik apabila fasilitas pelayanan kesehatan dimanfaatkan secara optimal
yang dapat dilihat dari kenaikan berarti angka pemanfaatan dan kunjungan dari waktu ke
waktu (Senewe, 2006)
Menurut penelitian Situmeang (2010), variabel pendidikan, pengetahuan, sikap,
(21)
pemanfaatan pelayanan antenatal di Kelurahan Pasir Bidang wilayah kerja Puskesmas
Sarudik Tapanuli Tengah. Penelitian Ulina (2004) menyebutkan bahwa umur, pendidikan,
pengetahuan, pendapatan, dan paritas mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal di Kelurahan Tanjung Jati wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo
Kabupaten Langkat. Penelitian Marbun (2011) menunjukkan bahwa faktor predisposisi
(pengetahuan), pendukung (jarak) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pemanfaatan pelayanan dokter keluarga peserta askes sosial.
Berdasarkan kutipan dari laporan profil kesehatan Kota Medan tahun 2010 tentang
cakupan kunjungan ibu hamil, cakupan K4 di Puskesmas Terjun sebesar 90,85 %. Hal ini
menurun bila dibandingkan data tahun sebelumnya cakupan K4 di puskesmas yang sama
mencapai 98,4 %. Di tengah semakin mantapnya jaminan sosial, justru cakupan K4
semakin menurun.
Berdasarkan survei pendahuluan, jumlah kunjungan K4 yang memanfaatkan
Jamkesmas pada bulan Desember 2010 – September 2011 hanya mencapai 140 orang. Dalam periode waktu yang sama pada bulan Desember 2010 – September 2011 belum ada yang memanfaatkan kepesertaan Jampersal untuk pemeriksaan antenatal K4 jika dilihat dari
data kunjungan, seharusnya sudah ada karena program Jampersal sudah berjalan sejak
Maret 2011. Sementara menurut data profil Dinas Kesehatan Kota Medan rata-rata jumlah
ibu hamil tahun 2009 dan 2010 di wilayah kerja Puskesmas Terjun mencapai 2742 orang.
Jumlah kunjungan yang rendah tersebut adalah penghambat bagi target MDGs dimana pada
(22)
Di Kelurahan Labuhan Deli, berdasarkan data dari petugas PKK kelurahan, ibu
hamil yang berhak mendapatkan pelayanan Jampersal yang terdata periode Maret 2011 – Desember 2011 mencapai 58 orang. Data capaian K1 dan K4 di Puskesmas Terjun dari
wilayah kerja Kelurahan Labuhan Deli K1 hanya 45 % yang seharusnya 90 %, dan K4
hanya 60 % yang seharusnya harus mencapai 80 %.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin melakukan penelitian tentang
apakah ada pengaruh faktor predisposisi, pendukung, pendorong terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal pada ibu hamil peserta Jampersal di Kelurahan Labuhan Deli
Kecamatan Medan Marelan.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
Apakah ada pengaruh faktor predisposisi, pendukung, pendorong terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal K4 pada ibu hamil peserta Jampersal.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi,
pendukung, pendorong terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal K4 pada ibu hamil
peserta Jampersal.
1.4Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi Puskesmas Terjun, untuk menyusun strategi program
(23)
2. Sebagai masukan bagi pemerintah terutama di tingkat kecamatan yang membawahi
beberapa kelurahan untuk memaksimalkan sosialisasi pemanfaatan pelayanan
antenatal, melalui kepesertaan Jampersal.
3. Diharapkan dapat memberikan kontribusi pada Ilmu Administrasi Kebijakan
(24)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu
hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif
bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan kepercayaan dengan ibu,
mendetaksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan
memberikan pendidikan kesehatan (Depkes RI, 2009).
Menurut Manuaba (2002) pelayanan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar.
2.2 Tujuan Pelayanan Antenatal
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayi
(25)
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
ekslusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kehadiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal. (Saifudin,2006).
2.3 Kunjungan Ibu Hamil
Menurut Depkes RI (2005), kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan
tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan.
Istilah kunjungan di sini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya
atau posyandu. Kunjungan ibu hamil secara berkala yang dibagi 2, yaitu
1. Kunjungan baru ibu hamil (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan pada trimester I, dimana usia kehamilan 1-12
minggu.
2. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat, untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar pada trimester III, dimana usia kehamilan
>24 minggu.
Lebih spesifik, distribusi kontak ibu hamil menurut Depkes RI (2009) yaitu:
1). Minimal 1 kali pada trimester pertama (K1), usia kehamilan 1-12 minggu.
2). Minimal 1 kali pada trimester kedua, usia kehamilan 13-24 minggu.
(26)
2.4 Standar Pelayanan Antenatal
Unsur penting dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi
adalah memberikan pelayanan dan pemeliharaan kesehatan sewaktu hamil secara memadai
dan sesuai standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi
anamesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium sesuai
indikasi (Depkes RI, 2009).
Secara operasional, standar pelayanan tersebut yaitu :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
5. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
6. Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama masa kehamilan
7. Test laboratorium (rutin dan khusus)
8. Tatalaksana kasus
9. Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
(27)
2.5 Teori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan
yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah atau bentuk
kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan kesehatan tersebut (Saifudin, 2006).
2.5.1 Faktor Predisposisi a. Pendidikan
Menurut UU No 20 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Penelitian Situmeang (2010) menyatakan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil.
b. Paritas
Menurut Soetjiningsih (1995) mempunyai anak lebih dari 4 orang akan menambah
risiko terhadap ibu dan bayinya.
c. Jarak kelahiran
Untuk menjaga kesehatan ibu dan anak maka jarak antara kelahiran tidak kurang dari 2
tahun. Jarak yang terlalu dekat akan mengganggu tumbuh kembang anak dan kesehatan ibu
(28)
d. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Dan ini terjadi setelah seorang melakukan
penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan melalui panca indera manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Rogers (1974) yang dikutip Notoatmodjo (2003) sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang terjadi proses berurutan yakni :
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya).
d. Trial dimana seseorang telah mencoba berprilaku baru.
Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan yang dicakup di dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
(29)
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
(30)
dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah
ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
e. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus dan objek. Sikap yang positif terhadap sesuatu objek, tidak selalu terwujud
dalam tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh :
a. Sikap untuk terwujudnya di dalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada saat itu.
b. Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan mengacu pula pada pengalaman orang
lain.
c. Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan berdasarkan banyak sedikitnya
pengalaman seseorang
(31)
2.5.2 Faktor Pendukung
Menurut Green (1980) dalam (Notoatmodjo,2003), bahwa salah satu determinan
perilaku sebagai faktor utama yang memengaruhi perilaku masyarakat enabling factor
(faktor pendukung). Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau
memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Faktor ini mencakup
ketersediaan sumber daya, sarana,prasarana, dan kemudahan mengakses.
A. Persyaratan Pokok Pelayanan Kesehatan
Menurut Azwar (1998) suatu pelayanan kesehatan harus memiliki berbagai
persyaratan pokok. Hal ini dimaksudkan adalah persyaratan pokok tersebut dapat memberi
pengaruh kepada konsumen dalam menentukan pilihannya terhadap penggunaan pelayanan
kesehatan.
a. Tersedia dan berkesinambungan
Syarat pokok pertama pelayanan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut
harus tersedia di masyarakat (acceptable) serta berkesinambungan (sustainable). Artinya
semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta
keberadaannya dalam masyarakat ada pada setiap saat dibutuhkan.
b. Dapat diterima dan wajar
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat diterima
(acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan
kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.
(32)
kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan
yang baik.
c. Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga adalah mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian
ketercapaian disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan
pelayanan kesehatan yang baik maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat
penting. Jangkauan fasilitas membantu untuk menentukan permintaan yang efektif. Bila
fasilitas ini mudah dijangkau dengan menggunakan alat transportasi yang tersedia maka
fasilitas ini akan banyak dipergunakan. Tingkat penggunaan di masa lalu dan
kecenderungan merupakan indikator terbaik untuk perubahan jangka panjang dan pendek
dari permintaan pada masa yang akan datang.
d. Terjangkau
Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah terjangkau
(affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini terutama
dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan harus dapat diupayakan biaya pelayanan
kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan
yang mahal yang hanya mungkin dinikmati oleh sebagian masyarakat saja, bukanlah
pelayanan kesehatan yang baik.
e. Bermutu
Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah bermutu (quality) yaitu
(33)
yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara
penyelenggaraan sesuai kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Anderson
yang dikutip Manullang (2007) yaitu : (1) Mudahnya menggunakan pelayanan kesehatan
yang tersedia, (2) Adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang
ada, (3) Adanya kebutuhan pelayanan kesehatan.
Menurut Manullang (2007) yang mengutip Department of Health Education and Welfare,
USA (1997), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan
yaitu :
1. Faktor regional misalnya : Jakarta, Jawa tengah
2. Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yaitu : a). Tipe dari
organisasi misalnya : rumah sakit, puskesmas, dll. b). Kelengkapan program kesehatan,
c) tersedianya tenaga dan fasilitas medis, d) teraturnya pelayanan, e) hubungan antara
dokter/tenaga kesehatan dengan pasien, f)adanya asuransi kesehatan
3. Faktor adanya fasilitas kesehatan lainnya
4. Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu :
a. Faktor sosio demografis yang meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan,
besar family, kebangsaan, dan suku bangsa serta agama.
b. Faktor sosio psikologis yang meliputi sikap atau persepsi terhadap pelayanan
kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan
(34)
c. Faktor ekonomis, meliputi status sosio ekonomis (pendidikan,pekerjaan dan
pendapatan)
d. Dapat digunakannya pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antara rumah pasien
dengan tempat pelayanan kesehatan.
e. Variabel yang menyangkut kebutuhan (need) yang meliputi morbidity, gejala
penyakit, status terbatasnya keaktifan yang kronis,dll.
2.5.3 Faktor Pendorong
Faktor-faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lain yang merupakan kelompok referensi dalam perilaku masyarakat. Untuk
berperilaku sehat, masyarakat bukan hanya perlu pengetahuan, sikap positif, dan dukungan
fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh
agama, lebih-lebih para petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Petugas kesehatan adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat (Azwar, 1996). Petugas
kesehatan berdasarkan pekerjaannya adalah tenaga medis, dan tenaga paramedis seperti
tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga penunjang medis dan lain sebagainya
(Muninjaya, 2004).
2.6 Tipe- tipe Kategori Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Notoatmodjo (2007) menjelaskan tipe-tipe kategori pelayanan kesehatan sebagai
berikut :
(35)
Dalam model ini tipe variabel-variabel yang dipakai adalah umur, seks, status
perkawinan, dan besarnya keluarga. Variabel- variabel ini digunakan sebagai ukuran
mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda (umur, seks) dan siklus hidup (status
perkawinan, besarnya keluarga) dengan asumsi bahwa perbedaan derajat kesehatan, derajat
kesakitan, dan penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyak akan berhubungan dengan
variabel di atas.
Karakteristik demografi juga mencerminkan atau berhubungan dengan karakteristik
sosial (perbedaan sosial dri jenis kelamin mempengaruhi berbagai tipe dan ciri-ciri sosial).
b. Model-model struktur sosial
Di dalam model ini tipe variabel yang dipakai adalah pendidikan, pekerjaan dan
kebangsaan. Variabel-variabel ini mencerminkan keadaan sosial dari individu atau keluarga
di dalam masyarakat. Mereka mengingatkan akan berbagai gaya kehidupan yang
diperlihatkan oleh individu-individu dan keluarga dari kedudukan sosial tertentu.
Penggunaan pelayanan kesehatan adalah salah satu aspek dari gaya hidup ini, yang
ditentukan oleh lingkungan sosial, fisik, dan psikologis. Masalah utama dari model struktur
sosial dari penggunaan pelayanan kesehatan adalah bahwa kita tidak mengetahui mengapa
variabel ini menyebabkan penggunaan pelayanan kesehatan. Kita ketahui bahwa
individu-individu yang berbeda suku bangsa, pekerjaan, dan tingkat pendidikan, mempunyai
kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka.
Dengan kata lain pendekatan struktur sosial didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang
dengan latar belakang struktur sosial yang bertentangan akan menggunakan pula pelayanan
(36)
c. Model-model sosial psikologis
Dalam model ini tipe variabel yang dipakai adalah ukuran dari sikap dan keyakinan
individu. Variabel-variabel sosiopsikologis pada umumnya terdiri dari 4 kategori :
1. Pengertian kerentanan terhadap penyakit
2. Pengertian keseluruhan dari penyakit
3. Keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan dalam menghadapi
penyakit
4. Kesiapan tindakan individu.
Masalah utama dengan model ini adalah menganggap suatu mata rantai penyebab
langsung antara sikap dan perilaku yang belum dapat dijelaskan.
d. Model sumber keluarga
Dalam model ini variabel bebas yang dipakai adalah pendapatan keluarga, cakupan
asuransi keluaraga atau sebagai anggota suatu asuransi kesehatan dan pihak yang
membiayai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya. Karakteristik ini untuk
mengukur kesanggupan dari individu atau keluarga untuk memperoleh pelayanan
kesehatan mereka. Ringkasnya, model sumber keluarga menekankan kesanggupan untuk
memperoleh pelayanan kesehatan bagi anggotanya. Dengan demikian model sumber
(37)
e. Model sumberdaya masyarakat
Pada model ini tipe model yang digunakan adalah penyediaan pelayanan kesehatan
dan sumber-sumber di dalam masyarakat. Model sumber daya masyarakat selanjutnya
adalah suplai ekonomis yang berfokus pada ketersediaan sumber-sumber kesehatan pada
masyarakat setempat. Dengan demikian model ini memindahkan pelayanan dari tingkat
individu atau keluarga ke tingkat masyarakat.
f. Model-model organisme
Dalam model ini variabel yang dipakai adalah pencerminan perbedaan
bentuk-bentuk sistem pelayanan kesehatan. Biasanya variabel yang digunakan adalah :
1. Gaya (style) praktik pengobatan (sendiri, rekanan, atau grup)
2. Sifat (nature) dari pelayanan tersebut (membayar langsung atau tidak)
3. Letak dari pelayanan (tempat pribadi, rumah sakit atau klinik)
4. Petugas kesehatan yang pertama kali kontak dengan pasien (dokter, perawat,
asisten dokter).
g. Model sistem kesehatan
Keenam kategori model penggunaan fasilitas kesehatan tersebut tidak begitu
terpisah, meskipun ada perbedaan dalam sifat (nature). Model sistem kesehatan
mengintegrasikan keenam model terdahulu ke dalam model yang lebih sempurna. Untuk
itu maka demografi, ciri-ciri struktur sosial, sikap dan keyakinan individu atau keluarga,
sumber-sumber di dalam masyarakat dan organisasi pelayanan kesehatan yang ada,
digunakan bersama dengan faktor-faktor yang berhubungan seperti kebijaksanaan dan
(38)
Dengan demikian apabila dilakukan analisis terhadap penyediaan dan penggunaan
pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka harus diperhitugkan juga faktor-faktor yang
terlibat di dalamnya. Dalam melakukan penelitian perilaku sehubungan dengan
penggunaan/pencarian fasilitas-fasilitas kesehatan, semua variabel dari berbagai model
tersebut dihubungkan dengan perilaku mereka terhadap fasilitas, dan juga dilihat variabel
mana yang paling dominan pengaruhnya.
h. Model kepercayaan kesehatan
Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio-psikologis
seperti disebutkan di atas. Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa
problem-problem kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat
untuk menerima usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang
diselenggarakan oleh provider.
i. Model sistem kesehatan
Anderson (1974) membuat model sistem kesehatan yang berupa model kepercayaan
kesehatan. Di dalam model Anderson ini terdapat 3 kategori utama dalam pelayanan
kesehatan, yakni : karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung, karakteristik
kebutuhan.
1. Karakteristik predisposisi (Predisposing characteristics)
Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu
mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang
berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu, yang
(39)
a. Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur
b. Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras dan
sebagainya.
c. Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan
dapat menolong proses penyembuhan penyakit. Selanjutnya Anderson percaya
bahwa :
- Setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karakteristik, mempunyai
perbedaan tipe dan frekuensi penyakit, dan mempunyai perbedaan pola
penggunaan pelayanan kesehatan
- Setiap individu mempunyai perbedaan struktur social, mempunyai
perbedaan gaya hidup, dan akhirnya mempunyai perbedaan pola
penggunaan pelayanan kesehatan.
- Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan
kesehatan.
2. Karakteristik pendukung (Enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun predisposisi untuk menggunakan
pelayanan kesehatan, ia tidak akan bertindak untuk menggunakannya. Penggunaan
pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk
membayar.
3. Karakteristik kebutuhan (Need characteristics)
Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
(40)
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan pendukung tidak ada.
Lewin (1954) sebagaimana dikutip Notoatmodjo (2007) menganut konsep bahwa
individu hidup pada lingkup kehidupan sosial (masyarakat). Di dalam kehidupan ini
individu akan bernilai, baik positif maupun negative, di suatu daerah atau wilayah tertentu.
Apabila seseorang atau keberadaannya berada pada daerah positif, maka ia berarti ditolak
dari daerah negatif. Implikasinya di dalam kesehatan adalah penyakit atau sakit adalah
suatu daerah negatif sedangkan sehat adalah wilayah positif.
Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya ada empat
variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan tersebut, yaitu kerentanan yang dirasakan
terhadap suatu penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima, dan rintangan
yang dialami dalam tindakannya melawan penyakitnya, dan hal-hal yang memotivasi
tindakan tersebut.
1). Kerentanan yang dirasakan (perceived suscepbility)
Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus
merasakan bahwa ia rentan (susceptible) terhadap penyakit tersebut. Dengan kata lain suatu
tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul bila seseorang telah merasakan
bahwa ia atau keluarganya rentan terhadap penyakit tersebut.
2). Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness)
Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan
didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat.
(41)
karena itu, tindakan pencegahan polio akan lebih banyak bila dibandingkan dengan
pencegahan flu.
3). Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (perceived benafis and barriers)
Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit-penyakit yang dianggap
serius, ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan ini akan tergantung pada
manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil
tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat dari tindakan lebih menentukan daripada
rintangan-rintangan yang mungkin ditemukan dalam melakukan tindakan tersebut.
4). Isyarat atau tanda-tanda (cues)
Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan
dan keuntungan tindakan, maka diperlukan faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut
misalnya pesan-pesan pada media massa, nasihat atau anjuran kawan-kawan atau anggota
keluarga lain dari si sakit dan sebagainya.
2.7 Jaminan Persalinan (Jampersal) 2.7.1 Pengertian Jampersal
Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB
pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di
(42)
a.Tujuan Umum
Jaminan Persalinan mempunyai tujuan untuk menjamin akses pelayanan persalinan
yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB.
b.Tujuan Khusus
1. Meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan
nifas ibu oleh tenaga kesehatan.
2. Meningkatkan cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan.
3. Meningkatkan cakupan pelayanan KB pasca persalinan.
4. Meningkatkan cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi
baru lahir.
5. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan
akuntabel.
c. Sasaran
Yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah: Ibu hamil, Ibu bersalin, Ibu nifas
(pasca melahirkan sampai 42 hari), Bayi baru lahir (0-28 hari).Yang dapat memperoleh
pelayanan jaminan persalinan adalah seluruh ibu hamil yang belum mempunyai jaminan
kesehatan.
2.7.2 Kebijakan Operasional dan Manfaat A. Kebijakan Operasional
1. Pengelolaan Jaminan Persalinan di setiap jenjang pemerintahan (pusat, provinsi, dan
kabupaten/ kota) menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan Jamkesmas dan Bantuan
(43)
2. Pengelolaan kepesertaan Jaminan Persalinan merupakan perluasan kepesertaan dari
program Jamkesmas yang mengikuti tata kelola kepesertaan dan manajemen
Jamkesmas, namun dengan kekhususan dalam hal penetapan pesertanya.
3. Peserta program Jaminan Persalinan adalah seluruh sasaran yang belum memiliki
jaminan persalinan.
4.Peserta Jaminan Persalinan dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh jaringan
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan (Rumah Sakit) di
kelas III yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas
dan BOK Kabupaten/Kota.
5.Pelaksanaan pelayanan Jaminan Persalinan mengacu pada standar pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA).
6.Pelayanan Jaminan Persalinan diselenggarakan dengan prinsip Portabilitas, Pelayanan
terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan.
7.Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan pemerintah
(Puskesmas dan Jaringannya) didanai berdasarkan usulan POA Puskesmas.
8.Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan swasta
dibayarkan dengan mekanisme klaim. Klaim persalinan didasarkan atas tempat (lokasi
wilayah) pelayanan persalinan dilakukan.
B. Manfaat Jaminan Persalinan
1.Pemeriksaan kehamilan ante natal care (ANC), pertolongan persalinan, pemeriksaan
(44)
jaringannya) dan faskes swasta yang tersedia fasilitas persalinan (Klinik/Rumah Bersalin,
Dokter Praktik, Bidan Praktik) dan yang telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama
(PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota
2.Pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi dan persalinan dengan penyulit dan
komplikasi dilakukan secara berjenjang di Puskesmas dan Rumah Sakit berdasarkan
(45)
2.8 Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka dapat disusun kerangka
konsep penelitian sebagai berikut :
Variabel Bebas Variabel Terikat
2.9 Hipotesa Penelitian
1. Adanya pengaruh faktor predisposisi (pendidikan, paritas, jarak kelahiran, pengetahuan, sikap), pengaruh faktor pendukung (jarak), dan pengaruh faktor pendorong (sikap petugas) ibu hamil peserta jampersal terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal.
Faktor pendukung -Jarak
Faktor pendorong -Sikap petugas
Faktor predisposisi : -Pendidikan
-Paritas
-Jarak kelahiran -Pengetahuan
-Sikap
Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal K4 oleh Ibu hamil peserta Jampersal
(46)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan pendekatan
explanatory atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor
predisposisi, pendukung dan pendorong terhadap pelayanan antenatal K4 di Kelurahan
Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan
yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Terjun.Waktu penelitian dilakukan pada bulan
September sampai Desember 2012.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil peserta Jampersal yaitu yang berhak
mendapatkan pelayanan Jampersal bulan Maret – Desember 2011, sebanyak 58 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sama dengan populasi yaitu seluruh ibu hamil
yang berhak mendapatkan pelayanan Jampersal pada bulan Maret – Desember 2011 sebanyak 58 orang.
(47)
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Data Primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden, dengan
berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya.
2. Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data dari Profil Dinas Kesehatan
Kota Medan dan Laporan KIA Puskesmas Terjun.
3.5 Defenisi Operasional
Variabel Bebas yaitu faktor predisposisi (meliputi pendidikan, paritas, jarak
kelahiran, pengetahuan, sikap) dan faktor pendukung (jarak), serta faktor pendorong (sikap
petugas) dengan defenisi sebagai berikut :
1. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang berhasil ditamatkan oleh
responden (ibu hamil peserta Jampersal) berdasarkan ijazah terakhir.
a. Tinggi, bila responden tamat SLTA/Akademi/ Perguruan Tinggi
b. Rendah, bila responden tamat SLTP/SD
2. Paritas adalah jumlah kelahiran baik lahir hidup maupun lahir mati yang dialami
responden.
a. Normal apabila persalinan < 5 kali
(48)
3. Jarak kelahiran adalah kurun waktu (tahun) antara saat kelahiran yang terakhir
dengan kelahiran sebelumnya.
a. Normal ≥ 2 tahun b. Risiko tinggi < 2 tahun
4. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui responden tentang jaminan persalinan.
Pengetahuan diukur dengan menggunakan metode skoring terhadap kuesioner yang
telah diberi bobot.
a. Baik, apabila responden mendapat skor 0-6
b. Buruk, apabila responden mendapat skor 7-13
5. Sikap adalah tanggapan responden terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan.
a. Baik, apabila responden mendapat skor 0-2
b. Buruk, apabila responden mendapat skor 3-5
6. Jarak tempuh adalah jauh dekatnya tempat yang akan ditempuh oleh responden ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
a. Dekat ≤ 2 km b. Jauh > 2 km
7. Sikap Petugas adalah perilaku petugas dalam melayani responden.
a. Baik, apabila responden mendapat skor 0-2
b. Buruk, apabila responden mendapat skor 3-5
8. Pemanfaatan pelayanan antenatal adalah jumlah kunjungan ibu hamil dan pelayanan
(49)
a. Memanfaatkan pelayanan antenatal K4 : apabila ibu hamil memeriksakan
kehamilannya minimal 4 kali selama masa kehamilan.
b. Tidak memanfaatkan pelayanan antenatal K4 : apabila ibu hamil
memeriksakan kehamilannya kurang dari 4 kali selama masa kehamilannya.
3.6 Aspek Pengukuran
3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas
Variabel bebas terdiri dari faktor predisposisi (meliputi : tingkat pendidikan, paritas,
jarak kelahiran, pengetahuan dan sikap), faktor pendukung (jarak tempuh), dan faktor
pendorong (sikap petugas). Secara rinci skala pengukuran variabel bebas dapat dilihat pada
tabel 3.1.
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas No Variabel Jumlah
indikator
Kategori Jawaban
Bobot Nilai
Kriteria Skor Skala Ukur
I Faktor Predisposisi
1. Pendidikan 1.Tinggi
2.Rendah
Ordinal
2. Paritas 1. Risiko Tinggi
2. Normal
Ordinal
3. Jarak Kelahiran 1. Risiko Tinggi
2. Normal
Ordinal
4. Pengetahuan 8 1.Tahu
2.Tidak tahu 0 1 1.Baik 2.Buruk 0-6 7-13 Interval
(50)
5. Sikap 5 1.Setuju 2.Tidak setuju 0 1 1.Baik 2.Buruk 0-2 3-5 Interval
II Faktor Pendukung
1. Jarak 2 1.Dekat
2.Jauh
Ordinal
III Faktor Pendorong
1. Sikap Petugas 5 1.Setuju 2.Tidak setuju 0 1 1.Baik 2.Buruk 0-2 3-5 Interval
3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat
Variabel terikat meliputi pemanfaatan pelayanan antenatal K4 dengan menggunakan
skala nominal. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat No Variabel Jumlah
indikator
Kriteria Skala Ukur
1 Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4
1 1.Memanfaatkan 2.Tidak memanfaatkan
(51)
3.7 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah analisa multivariat dengan uji
regresi logistik ganda untuk membuktikan pengaruh lebih dari satu variabel bebas terhadap
variabel terikat yaitu pengaruh faktor predisposisi, pendukung, dan pendorong terhadap
pemanfaatan pelayanan antenatal K4 pada ibu hamil peserta Jampersal di Kelurahan
Labuhan Deli dengan model persamaan sebagai berikut: Y = β0+β1X1+ β2X2+…………+βiXi
Keterangan :
Y = Variabel Terikat
X = Variabel Bebas β = koefisien regresi
Analisa regresi logistik merupakan analisis statistik yang digunakan untuk
mempelajari pengaruh variabel bebas terhadap variabel dependen. Analisa regresi logistik
digunakan apabila variabel dependen berupa data kategori baik dikotomus maupun
(52)
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Letak Geografis
Kelurahan Labuhan Deli merupakan satu dari lima kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Marelan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Belawan Sicanang wilayah Kecamatan Medan Belawan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Rengas Pulau wilayah Kecamatan Medan Marelan
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pekan Labuhan wilayah Kecamatan Medan Labuhan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Paya Pasir wilayah Kecamatan Medan marelan
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel
independen dan dependen dalam penelitian yang meliputi pendidikan, paritas, jarak
kelahiran, pengetahuan, sikap, jarak tempuh, sikap petugas, dan pemanfaatan pelayanan
antenatal.
4.2.1 Gambaran Karakteristik Responden
Berdasarkan umur sebanyak 41 responden berada pada kelompok umur 20-35
tahun, dan 16 orang berada pada kelompok umur >35 tahun. Secara rinci dapat dilihat pada
(53)
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
No. Umur Jumlah
N %
1 < 20 tahun 1 1,7
2 3
20-35 tahun > 35
41 16
70,7 27,6
Total 58 100
Berdasarkan suku frekuensi suku tertinggi adalah suku melayu sebanyak 46 orang
(79,3%) dan terendah adalah suku jawa sebanyak 5 orang (8,6%). Secara rinci dapat dilihat
pada tabel 4.2. berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suku
No. Suku Jumlah
N %
1 Jawa 5 8,6
2 3
Melayu Batak
46 7
79,3 12,1
Total 58 100
4.2.2 Deskripsi Faktor Predisposisi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi untuk variabel tingkat
pendidikan, responden yang terbanyak adalah responden yang tingkat pendidikan tidak
tamat SD/tamat SD yaitu sebanyak 24 orang (41,4%) kemudian tamat SMP sebanyak 17
orang (29,3%) dan tamat SMA sebanyak 17 orang (29,3%). Secara rinci dapat dilihat pada
(54)
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Variabel Tingkat
Pendidikan
Jumlah
N %
1. Tidak Tamat
SD/TamatSD 24
41,4
2. Tamat SMP 17 29,3
3. Tamat SMA 17 29,3
Total 58 100
Tingkat pendidikan responden dibagi dalam 2 kategori dimana yang termasuk
dalam kategori tinggi adalah tamat SMA dan Akademi/ Sarjana, dalam kategori rendah
adalah tamat SMP dan tidak tamat SD/tamat SD. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
distribusi frekuensi untuk variabel tingkat pendidikan, responden tertinggi adalah dengan
tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 42 orang (72,4%). Sedangkan yang terendah
adalah responden dengan pendidikan tinggi sebanyak 16 orang (27,6%). Secara rinci dapat
dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Pendidikan
No. Kategori Pendidikan Jumlah
N % 1.
2.
Tinggi Rendah
16 42
27,6 72,4
Total 58 100
Berdasarkan paritas (jumlah kelahiran) responden dibagi dalam 2 kategori yaitu
normal dan resiko tinggi. Berdasarkan hasil penelitian , distribusi frekuensi tertinggi adalah
untuk kategori resiko tinggi yaitu sebanyak 30 orang (51,7%). Sedangkan yang terendah
adalah untuk kategori normal yaitu sebanyak 28 orang (48,3%). Secara rinci dapat dilihat
(55)
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Paritas
No. Kategori Paritas Jumlah
N %
1. 2. Resiko Tinggi Normal 30 28 51,7 48,3
Total 58 100
Berdasarkan kategori jarak kelahiran responden dibagi dalam 2 kategori yaitu
normal dan resiko tinggi. Berdasarkan hasil penelitian , distribusi frekuensi tertinggi adalah
untuk kategori normal yaitu sebanyak 34 orang (58,6%). Sedangkan yang terendah adalah
untuk kategori resiko tinggi yaitu sebanyak 24 orang (41,4%). Secara rinci dapat dilihat
pada tabel 4.6 :
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jarak Kelahiran No. Kategori Jarak
Kelahiran
Jumlah
N %
1. 2. Resiko Tinggi Normal 24 34 41,4 58,6
Total 58 100
Berdasarkan wawancara dengan responden, 43 responden (74,1%) menjawab tahu
jaminan persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan mencakup
pertolongan persalinan, tetapi hanya 20 responden (34,5%) yang menjawab tahu jaminan
persalinan juga mencakup pemeriksaan kehamilan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel
(56)
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden Terhadap Variabel Pengetahuan
No Pertanyaan
Tahu Tidak Tahu
Jumlah
n % n % n %
1 Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan
mencakup pemeriksaan kehamilan 20 34,5 38 65,5 58 100
2 Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan
mencakup pertolongan persalinan 43 74,1 15 25,9 58 100
3 Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan
mencakup pelayanan nifas 22 37,9 36 62,1 58 100
4 Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan
mencakup pelayanan KB pasca persalinan 40 69,0 18 31,0 58 100
5 Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan
mencakup pelayanan bayi baru lahir 21 36,2 37 63,8 58 100
6 Dengan adanya Jaminan persalinan tidak ada pungutan biaya untuk pemeriksaan
kehamilan. 22 37,9 36 62,1 58 100
7 Untuk menerima pelayanan kesehatan yang dicakup Jampersal cukup membawa
KTP dan atau Kartu Keluarga 31 53,4 27 46,6 58 100
8 Penerima manfaat Jampersal mencakup
seluruh sasaran ibu hamil. 38 65,5 20 34,5 58 100
9 Pemeriksaan kehamilan minimal (paling
(57)
10 Manfaat pemeriksaan kehamilan adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu
dan bayi 34 58,6 24 41,4 58 100
11 Manfaat pemeriksaan kehamilan adalah untuk mengetahui adanya penyulit saat
melahirkan sedini mungkin 28 48,3 30 51,7 58 100
12 Manfaat pemeriksaan kehamilan adalah untuk mendapat imunisasi TT dan
mendapat tablet Fe. 17 29,3 41 70,7 58 100
13 Suntikan TT untuk anti tetanus sangat perlu didapat ibu hamil selama masa kehamilan sebanyak 2 kali dan tablet besi untuk mencegah anemia pada ibu
30 51,7 28 48,3 58 100
Berdasarkan tingkat pengetahuan, responden dengan tingkat pengetahuan baik
sebanyak 20 orang (34,5%) dan responden dengan pengetahuan buruk sebanyak 38 orang
(65,5%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jawaban Variabel Pengetahuan
No. Kategori Pengetahuan
Jumlah
N %
1. Baik 20 34,5
2. Buruk 38 65,5
Total 58 100
Berdasarkan variabel jawaban sikap, 26 responden (44,8%) menyatakan setuju ibu
hamil seharusnya memeriksakan kehamilannya sekurang-kurang ≥ 4 kali selama masa kehamilan. Dan sebanyak 32 responden (55,2%) menyatakan tidak setuju. Secara rinci
(58)
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Variabel Sikap
No. Pertanyaan Setuju Tidak
Setuju
Jumlah
n % n % n %
1. Ibu hamil seharusnya memeriksakan kehamilannya sekurang-kurang ≥ 4 kali selama masa kehamilan.
26 44,8 32 55,2 58 100
2. Ibu hamil sebaiknya memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas, Pustu, dan atau klinik swasta yang mempunyai perjanjian kerjasama Jampersal.
15 25,9 43 74,1 58 100
3. Seharusnya ibu hamil memiliki identitas yang jelas berupa KTP dan atau Kartu Keluarga
51 87,9 7 12,1 58 100
4. Ibu hamil seharusnya menyampaikan keluhan seputar kehamilannya kepada petugas kesehatan.
31 53,4 27 46,6 58 100
5. Ibu hamil seharusnya mengkonsumsi tablet Fe yang diberikan petugas kesehatan.
28 48,3 30 51,7 58 100
Berdasarkan kategori jawaban variabel sikap, 24 responden (41,4%) kategori baik,
dan 34 responden (58,6%) kategori buruk. Secara rinci dapat diihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jawaban Variabel Sikap
No. Kategori Sikap Jumlah
N %
1. Baik 24 41,4
2. Buruk 34 58,6
(59)
4.2.3 Deskripsi Faktor Pendukung
Berdasarkan kategori jarak tempuh, 26 responden (44,8%) termasuk kategori jauh,
dan 32 responden (55,2%) termasuk kategori dekat.Secara rinci dapat dilihat pada tabel
4.11.
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jawaban Variabel Jarak Tempuh
No. Kategori Jarak Tempuh
Jumlah
N %
1. Dekat 26 44,8
2. Jauh 32 55,2
Total 58 100
4.2.4 Deskripsi Faktor Pendorong
Berdasarkan jawaban variabel sikap petugas, 54 responden (93,1%) setuju petugas
peduli dalam pelayanan ibu hamil peserta jampersal. Secara rinci dapat dilihat pada tabel
4.12.
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Variabel Sikap Petugas
No. Pertanyaan Setuju Tidak
Setuju
Jumlah
n % n % n %
1. Petugas peduli dalam pelayanan
pendaftaran ibu hamil peserta jampersal
54 93,1 4 6,9 58 100
2. Petugas cepat dalam memberikan pelayanan pendaftaran ibu hamil peserta jampersal
(60)
3. Petugas memberikan informasi yang jelas mengenai kesehatan ibu, makanan bergizi, dan persiapan menyusui
27 46,6 31 53,4 58 100
4. Petugas cekatan dalam memberikan imunisasi TT dan pemberian tablet Fe
17 29,3 41 70,7 58 100
5. Petugas tanggap dalam memberikan pelayanan administrasi (misalnya
pembuatan surat rujukan) ibu hamil kepada peserta jampersal
22 37,9 36 62,1 58 100
Berdasarkan kategori jawaban variabel sikap petugas, 24 responden (41,4%)
kategori baik, 34 responden (58,6%) kategori buruk, secara rinci dapat dilihat pada tabel
4.13.
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jawaban Variabel Sikap Petugas
No. Kategori Sikap Petugas
Jumlah
N %
1. Baik 24 41,4
2. Buruk 34 58,6
Total 58 100
Berdasarkan distribusi pemanfaatan, sebanyak 22 responden (37,9 %)
memanfaatkan pelayanan antenatal K4 secara lengkap, dan sebanyak 36 responden (62,1
%) tidak memanfatkan pelayanan antenatal secara lengkap, secara rinci dapat dilihat pada
(61)
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4
No. Pemanfaatan Jumlah
N %
1. Memanfaatkan 22 37,9
2. Tidak Memanfaatkan 36 62,1
Total 58 100
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel
independen dan dependen dalam penelitian yang meliputi pendidikan, paritas, jarak
kelahiran, pengetahuan, sikap, jarak, sikap petugas, dan pemanfaatan pelayanan antenatal
dengan uji Kai Kuadrat. Dikatakan ada hubungan yang bermakna statistik jika diperoleh
nilai p<0,05.
1. Hubungan Variabel Pendidikan dengan Pemanfaatan pelayanan Antenatal K4
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap hubungan variabel pendidikan dengan
pemanfaatan pelayanan antenatal K4, dapat dilihat pada tabulasi silang berikut ini.
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Variabel Pendidikan dengan Pemanfaatan pelayanan Antenatal K4
No Pendidikan Pemanfaatan Jumlah
Memanfaatkan Tidak
Memanfaatkan p
N % N % N %
1 Tinggi 9 56,3 7 43,8 16 100
0,076
(62)
Hasil analisis diperoleh bahwa variabel pendidikan dengan kategori tinggi sebanyak
16 orang, dimana yang memanfaatkan pelayanan antenatal K4 sebanyak 9 orang (56,3%)
dan yang tidak memanfaatkan sebanyak 7 orang (43,8%). Variabel pendidikan dengan
kategori rendah sebanyak 42 orang, dimana yang memanfaatkan pelayanan antenatal K4
sebanyak 13 orang (31,0%) dan yang tidak memanfaatkan sebanyak 29 orang (69,0%).
Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal K4
pada ibu hamil peserta Jampersal dari hasil uji kai kuadrat tidak memiliki hubungan yang
bermakna dengan nilai p=0,076 (p>0,05). Hal ini berarti bahwa responden dengan tingkat
pendidikan tinggi maupun rendah tidak memiliki hubungan dengan pemanfaatan pelayanan
antenatal K4.
2. Hubungan Variabel Paritas dengan Pemanfaatan pelayanan Antenatal K4
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap hubungan variabel paritas dengan
pemanfaatan pelayanan antenatal K4, dapat dilihat pada tabulasi silang berikut ini.
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Variabel Paritas dengan Pemanfaatan pelayanan Antenatal K4
No Paritas Pemanfaatan Jumlah
Memanfaatkan Tidak
Memanfaatkan P
N % N % N %
1 Resiko Tinggi
13 43,3 17 56,7 30 100
0,380
2 Normal 9 32,1 19 67,9 28 100
Hasil analisis diperoleh bahwa variabel paritas dengan kategori normal sebanyak 28
(1)
sikap_petugas * pmanfaatn
Crosstab pmanfaatn Total memanfaatkan tidak memanfaatkansikap_petugas baik Count 7 18 25
% within sikap_petugas 28,0% 72,0% 100,0%
% within pmanfaatn 31,8% 50,0% 43,1%
buruk Count 15 18 33
% within sikap_petugas 45,5% 54,5% 100,0%
% within pmanfaatn 68,2% 50,0% 56,9%
Total Count 22 36 58
% within sikap_petugas 37,9% 62,1% 100,0%
% within pmanfaatn 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,841a 1 ,175
Continuity Correctionb 1,174 1 ,279
Likelihood Ratio 1,870 1 ,171
Fisher's Exact Test ,274 ,139
Linear-by-Linear Association 1,809 1 ,179
N of Valid Cases 58
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,48. b. Computed only for a 2x2 table
(2)
Multivariat
Logistic Regression
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Pndkkat ,784 ,727 1,160 1 ,281 2,189 ,526 9,110
pengetahuan 1,125 ,683 2,719 1 ,099 3,081 ,809 11,740
sikap ,972 ,692 1,972 1 ,160 2,642 ,681 10,253
jarak 1,690 ,701 5,806 1 ,016 5,421 1,371 21,438
sikap_petugas -,954 ,681 1,961 1 ,161 ,385 ,101 1,464
Constant -1,637 ,957 2,925 1 ,087 ,195
a. Variable(s) entered on step 1: Pndkkat, pengetahuan, sikap, jarak, sikap_petugas. Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a pengetahuan 1,094 ,669 2,673 1 ,102 2,987 ,804 11,090
sikap 1,078 ,676 2,542 1 ,111 2,938 ,781 11,055
jarak 1,662 ,679 5,990 1 ,014 5,270 1,393 19,946
sikap_petugas -,961 ,669 2,062 1 ,151 ,383 ,103 1,420
Constant -1,079 ,773 1,951 1 ,163 ,340
a. Variable(s) entered on step 1: pengetahuan, sikap, jarak, sikap_petugas. Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a pengetahuan 1,144 ,655 3,052 1 ,081 3,138 ,870 11,318
sikap 1,104 ,660 2,793 1 ,095 3,015 ,826 11,001
jarak 1,466 ,641 5,222 1 ,022 4,330 1,232 15,219
Constant -1,591 ,693 5,267 1 ,022 ,204
(3)
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a pengetahuan 1,144 ,655 3,052 1 ,081 3,138 ,870 11,318
sikap 1,104 ,660 2,793 1 ,095 3,015 ,826 11,001
jarak 1,466 ,641 5,222 1 ,022 4,330 1,232 15,219
Constant -1,591 ,693 5,267 1 ,022 ,204
a. Variable(s) entered on step 1: pengetahuan, sikap, jarak.
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a pengetahuan 1,471 ,619 5,642 1 ,018 4,354 1,293 14,655
jarak 1,291 ,605 4,560 1 ,033 3,636 1,112 11,890
Constant -1,094 ,590 3,441 1 ,064 ,335
(4)
FOTO
(5)
(6)