Definisi Partai Politik Partai Politik Di Indonesia

dipandang sebagai anggota kelompok yang tidak berhak untuk menetukan siapa wakilnya yang duduk dalam badan perwakilan rakyat dan tidak berhak mencalonkan diri sebagai wakil rakyat.

5.4. Partai Politik

5.4.1. Definisi Partai Politik

Partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan pemerintahan dan bersaing untuk memperoleh dukungan dari rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda. Dengan demikian partai poltik merupakan perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi dan mengaitkannya dengan aksi politik yang lebih luas. 41 Salah satu sarana untuk berpartisipasi adalah partai politik, secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang angotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Adapun tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan melalui kekuasaan tersebut melaksanakan kebijaka-kebijakan mereka. 42 Analisis sistem kepartaian, senantiasa tertuju kepada pokok bahasan mengenai sistem kepartaian berdasarkan atas tipologi numeric numerical typology yang secara statis dan

5.4.2. Sistem Kepartaian

41 Miriam Budiarjo, Demokrasi di Indonesia, Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994,hal.200 dikutip dari Sigmund Neumann, Modern Political Parties, Comperative Politic : A Reader, diedit oleh Harry E. Eckstein dan David E Apter, London: The Free Press of Glencoe, 1963, hal.352 42 Miriam budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta. P.T. Gramedia Pustaka Utama Hal 16 Universitas Sumatera Utara tradisional membagi sistem kepartaian menjadi sistem satu partai single party system, sistem dwi partai two party system dan sistem multi partai system multy party. 43 Sistem ini pada umumnya dianggap bahwa negara yang masyarakatnya bersifat majemuk lebih cenderung untuk menggunakan sistem banyak partai. Dalam mana, terdapat berbagai perbedaan-perbedaan sosial, seperti misalnya ras, suku, agama, maka golongan-golongan dalam masyarakat tersebut kepada organisasi-organisasi yang sesuai dengan ikatan primordialisme dari pada dengan menggabungkan diri dalam kelompok-kelompok lain yang berbeda orientasinya. Maka menyalurkan keanekaragaman budaya dan politik dalam suatu masyarakat dari pola sistem dua partai. Negara yang menganut sistem seperti ini misalnya Malaysia, Belanda, Swedia,

5.4.2.1. Sistem Partai Tunggal

Sistem partai tunggal adalah suatu istilah yang digunakan untuk mengambarkan sebuah partai politik yang memang benar-benar merupakan satu-satunya partai politik dalam suatu negara tertentu, maupun untuk partai yang mempunyai kedudukan dominan diantara beberapa partai lainnya.

5.4.2.2. Sistem Dwi Partai

Konsep sistem dua partai diartikan adanya dua partai politik atau dengan dengan adanya beberapa partai akan tetapi dengan peran dominan dari dua partai politik itu. Hanya ada beberapa negara yang dewasa ini yang memilki sistem dua partai, antara lain misalnya Inggris Partai Buruh dan Partai Konservatif, Amerika Serikat Partai Demokrat dan Partai Republik.

5.4.2.3. Sistem Multi Partai

43 P. Antonius Sitepu, Sistem Politik Indonesia, Medan: Medan Pustaka Bangsa Press, 2006, hal. 92 Universitas Sumatera Utara Perancis, dan Indonesia. Pola dengan sistem banyak partai ini, pada umumnya diperkuat oleh sistem pemilihan umum yang bersifat proporsional.

5.4.3. Partai Politik Di Indonesia

Dalam perjuangan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan terutama pada awal kemerdekaan dalam perjuangan melawan pemulihan kekuasaan Belanda, rakyat tidak hanya menyusun pemerintahan dan militer resmi akan tetapi juga menyusun lascar atau badan perjuangan bersenjata dan organisasi politik. Timbulnya sejarah partai diawali dari permulaan usaha penyusunan pemeritahan sentral republic yang didasarkan atas pasal-pasal I-IV. Aturan peralihan Undang-undang 1945 dan dengan dikeluarkannya maklumat Pemerintah No. X November 1945 yang berisi mendirikan partai politik dalam rangka memperkuat perjuangan kemerdekaan. Adapun maklumat Pemerintah No. X November 1945 atas desakan KNIP dalam sidangnya tanggal 16-17 Oktober 1945 maka pada tanggal 16 Oktober 1945 Nomor X yang menentukan bahwa : 1. KNIP sebelum terbentuk MPR dan DPR diserahi kekuasaan legislative dan kekuasaan ikut serta menetapkan garis-garis besar dari pada haluan negara. 2. Pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja KNIPBP-KNIP yang dipilih di antara anggota KNIP dan yang bertanggung jawab terhadap KNIP-pleno, Syahrir diangkat sebagai ketua BP-KNIP 44 Demokrasi liberal pertama di Indonesia ditandai dengan keluarnya Maklumat No.X November 1945. Maklumat yang ditandatangani oleh Drs. Moh. Hatta wakil presiden RI saat itu. Adapun bunyi Maklumat Pemerintah No. X November 1945 adalah sebagai berikut. . 44 Poerwantana,P.K, Partai Politik Di Indonesia, Rhineka Cipta, Jakarta,1994.31 Universitas Sumatera Utara Berhubungan dengan usul Badan Pekerja Komite nasional Pusat ke pada Pemerintah, supaya diberikan kesempatan kepada rakyat seluas-luasnya untuk mendirikan partai-partai politik, dengan restriksi, bahwa partai-partai itu hendaknya memperkuat perjuangan kita mempertahankan kemerdekaan dan menjamin keamanan masyarakat, Pemerintah menegaskan pendiriannya yang telah diambil beberapa waktu yang lalu bahwa: 1. Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena dengan adanya partai- partai itulah dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran paham yang ada pada masyarakat. 2. Pemerintah berharap supaya partai-partai itu telah tersusun, sebelumnya dilangsungkan pemilihan anggota Badan-badan Perwakilan Rakyat pada bulan Januari 1946. 45 Dalam negara demokratis partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi yaitu sebagai sarana komunikasi politik, sosialisasi politik,artikulasi kepentingan,agregasi kepentingan dan rekrutmen politik. untuk mendapatkan kekuasaan melalui wakilnya yang bertarung dalam pemilihan umum, partai politik harus dapat bersaing dengan partai politik lainnya untuk mendapatkan suara dari rakyat persaingan antar partai merupakan bagian integral dalam proses politik, untuk memperoleh kemenangan dalam pemilihan umum, partai yang bersangkutan akan dapat berbuat banyak dalam mengendalikan Negara dan pemerinyah untuk mempertahankan dan memperjuangkan ideologi partainya, dalam mempertahankan posisi elit dalam kekuasaan pemerintahan, serta mengawasi kebijakan umum. Gabriel Almond menggolongkan partai politik berdasrkan basis sosial dan tujuannya maka dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu : 45 P. Anthonius Sitepu dan Kisah Ruth Siregar, Soekarno, Militer dan Partai Politik, Medan, USU Press, 2009, hal. 68 Universitas Sumatera Utara 1. Partai politik yang beranggotan lapisan sosial dalam masyarakat, misalnya dari kelas atas, menengah dan kelas bawah. 2. Partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok kepentingan tertentu, misalnya petani, buruh, dan pengusaha. 3. Partai politik yang anggotanya berasal dari pemeluk agama tertentu seperti Islam,Nasrani. 4. Partai politik yang anggotanya berasal dari kelompok budaya tertentu, misalnya dari suku bangsa yang sama, dan bahasa dan daerah tertentu. 46 3. Partai mobilisasi yaitu partai ysng berupaya memobilisasi masyarakat kearah pencapaian tujuab-tujuan yang ditetapkan oleh pemimpin partai sedangkan partsipasi dan perwakilan kelompok cenderung diabaikan. Selain itu Gabriel Almond juga mengklasifikasikan partai politik berdasrkan tujuannya, yang terbagi menjadi sebagai berikut : 1. Partai perwakilan kelompok yaitu partai yang menghimpun berbagai kelompok masyarakat untuk memenangkan sebanyak mungkin kursi dalam parlemen. 2. Partai politik pembinaan bangsa yaitu partai yang bertujuan dengan menciptakan kesatuan masyarakat dan biasanya menindas kepentingan-kepentingan sempit. 47 Pada masa perang kemerdekaan ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh-tokoh pergerakan menjadi tokoh dalam pemerintahan. Dalam konfigurasi Sukarno-Hatta- Syahrir tampil sebagai negosiator dengan Inggris dan Belanda pada saat musuh menduduki pulau-pulau Jawa Sumatera kendati dari dua pulau tersebut di bawah kekuasaan republic. Dalam pemerintahan Syarir yang masih dalam suasana yang tidak 46 Gabriel Almond,1978, “Kelompok Kepentingan dan Partai Politik” dalam Mochtar Mas’oed dan Collin Mac Andrew, Perbandingan Sistem Politik , Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 2000. Hal 58 47 Ibid, hal. 60. Universitas Sumatera Utara menguntungkan atau suasana penuh dengan pertentangan yang semakin tajam, namun negoisator tetap akan diteruskan dengan pihak Belanda pada akhir November 1946 Inggris berhasil menekan pemerintahan Republik yang pada gilirannya harus ditandatanganinya Perjanjian Linggar Jati. Dalam perjanjian tersebut Belanda menyetujui secara defacto kekuasaan Republik atas Pulau Jawa dan Sumatera dan kerjasama dengan Belanda yang dicapai pada tahun 1949 maka berdirilah pemerintahan yang bersifat federal dalam formarsi “Nederland-Indonesion Union NIU. Pada masa perang kemerdekaan ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh pergerakan menjadi tokoh dalam pemerintahan. Dalam konfigurasi Sukarno-Hatta-Syarir tampil sebagai negosiator dengan Inggris dan Belanda pada saat musuh menduduki pulau-pulau Jawa Sumatera kendati dari dua pulau tersebut dibawah kekuasaan Republik. Dalam pemerintahan Syarir ysng masih dalam suasana yang tidak menguntungkan atau suasana penuh dengan pertentangan yang semakin tajam, namun negoisator tetap akan diteruskan dengan pihak Belanda pada akhir November 1946 Inggris berhasil menekan pemerintahan Republik yang pada gilirannya harus ditandatanganinya Perjanjian Linggar Jati. Dalam perjanjian tersebut Belanda menyetujui secara defacto kekuasaan Republik atas pulau Jawa dan Sumatera dan kerjasama dengan Belanda yang dicapai pada tahun 1949 maka berdirilah pemerintahan yang bersifat federal dalam formasi “Nederland- Indonesia Union NIU. Pada kenyataannya pihak Belanda ingkar janji tentang perjanjian Linggar Jati dibuktikan dengan mengarahkan tentaranya yang berkuatan 15.000 personil untuk Universitas Sumatera Utara menduduk i sebagian wilayah Indonesia. Kendatipun banyak muncul protes terutama atas nama Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa sekaligus dengan dikeluarkannya resolusi Dewan keamanan PBB yang menekankan agar Belanda menyerahkan seluruh wilayah-wilayah Indonesia yang diduduk i dan segala unsure-unsur yang ada di dalamnya terutama Jwa dan Sumatera. Dengan keluarnya Maklumat Pemerintah 3 November 1945 yang berisi anjuran dengan mendirikan partai politik dalam rangka memperkuat perjuangan kemerdekaan sejak saat itulah berkembalah berbagai aliran partai politik antara lain : Partai Sosialis, PKI,PNI, Partai Rakyat Jelata atau Murba, Masyumi, Parkindo PNI dan sebagainya. Dalam era orde lama dengan dicabutnya UUD sementara dan diperlakukannya kembali Undang-Undang Dasar 1945 pada tanggal 5 Juli 1969, Sukarno memperlakukan sistem demokrasi terpimpin, sejak waktu itu meskipun partai-partai politik masih tetap ada, namun semua ditundukkan di bawah kekuasaan Bung Karno. Satu persatu partai- partai yang tidak disukai dibubarkan mereka dihimpun dalam tiga poros yang disebut NASAKOM. Pada waktu itu hanya sedikit partai yang mendapat tempat disisi Bung Karno, antara lain adalah PNI, NU, PKI, dan Parkindo, Partai Masyumi dan PSI dibubarkan. Pada masa orde Baru partai-partai diturunkan jumlahnya, pemilihan umum tahun 1971 di ikuti oleh sepeluh partai-partai politik, sedangkan pemilihan umum tahun 1071 jumlah itu surut menjadi hanya tiga partai politik. partai-partai politik Islam di fusikan ke dalam sebuah partai yang diberi nama Partai Persatuan Pembangunan PPP dan partai- partai politik yang berorientasi nasionalis di fusikan menjadi Partai Demokrasi Indonesia. Universitas Sumatera Utara Dalma era reformasi pembentukan partai-partai opolitik dengan UU No.31 tahun 2002 tentang partai politik. Dalam UU itu yang diatur antara lain berkenan dengan syarat pembentukan azas, fungsi, hak, dan kewajiban serta kepengurusan. Azas adalah kewajiban untuk tetap berada dalam bingkai ideologi Negara yang harus diterima secara konsensus. Masalah yang menimbulkan kericuhan dalam sistem demokrasi atau parlementer tahun 50-an adalah tidak adnya konsensus tentang ideologi Negara yang dianut partai-partai politik, dengan demikian azas kepartaian yang didasarkan pada Pancasila merupakan bingkai pengaman dalam perpolitikan Indonesia 6.Metodologi Penelitian Dalam kajian ilmu sosial terhadap suatu fenomena sosial adalah sudah tentu membutuhkan kecermatan. Sebagai suatu ilmu tentang metodologi penelitian atau tata cara kerja, maka metodologi adalah pengetahuan tentang tata cara mengkonstruksi bentuk dan instrument penelitian. Konstruksi teknik dan instrument yang baik dan yang benar akan mampu menghimpun data secara objektif, lengkap dan dapat dianalisa untuk memcahkan suatu permasalahan.

6.1 Jenis Penelitian

Penelitian saya ini dengan mengunakan metode deskriptif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah dengan membuat, menggambarkan, meringkaskan dari berbagai kondisi dengan berbagai variable yang timbul ada masyarakat yang menjadi objek dari penelitian saya ini.

6.2 Lokasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perilaku Pemilih Etnis Karo Dalam Pemilihan Bupati Kabupaten Karo Periode 2010-2015

4 65 219

Etnisitas dan Perilaku Politik : Studi Kasus: Preferensi Politik Masyarakat Etnis Batak Toba Pada pemilihan Kepala Daerah Langsung Kabupaten Karo 2005

1 48 97

Budaya Politik Dan Partisipasi Politik ( Suatu Studi : Budaya Politik Dan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua Padangsidempuan )

11 106 85

Perilaku Pemilih Masyarakat Etnis Simalungun Pada Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 (Studi Kasus : Desa Sondi Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun).

1 43 94

Etnisitas dan Preferensi Politik (Studi Kasus : Masyarakat Etnis India dan Etnis Tionghoa Di Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Kelurahan Polonia.

7 110 85

Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang untuk Tanaman Pepaya ( Carica papaya L. ) dan Pisang ( Musa acuminata COLLA )

0 62 66

Partisipasi Politik Dan Pemilihan Umum (Suatu Studi tentang Perilaku Politik Masyarakat di Kelurahan Dataran Tinggi Kecamatan Binjai Timur Pada Pemilihan Presiden tahun 2009)

1 46 105

Perilaku Pemilih Masyarakat Etnis Batak Toba Pada Pemilihan Umum Legislatif 2009 (Studi Kasus: Desa Pagar Jati, Kecamatan Lubukpakam, Kabupaten Deli Serdang)

1 47 75

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pemilihan Legislatif 2009 Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor

0 3 76

Amalgamasi pada Etnis Batak Karo (Studi Kasus pada Amalgamasi yang Terjadi antara Etnis Karo dengan Etnis Jawa, Batak Toba dan Melayu di Desa Tengah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara)

5 69 111