BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik adalah kegiatan sekelompok
orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan jalan untuk memilih pimpinan secara langsung atau langsung, dan juga dapat mempengaruhi kebijakan
pemerintahan.
1
1
A. Rahman H.I, Sistem Politik Indonesia : Graha Ilmu, 2007. Hal 285
Partisipasi dari masyarakat tersebut dengan melalui mereka yang ikut serta dalam mengubah keputusan yang diatas oleh penguasa yang akan digantikan dengan mempertahankan
kekuasaannya. Dalam hal ini perorangan baik pun kelompok akan selalu berusaha untuk mempengaruhi pemerintah baik yang akan ditentukan oleh alternative yang akan digunakan
mencapai tujuan mereka sendiri. Bentuk partisipasi masyarakat yang lebih jelas terlihat dalam pemilihan umum, dalam
kegiatan ini masyarakat berperan serta dalam menentukan wakil yang akan duduk di pemerintahan. Pemberian suara dapat dianggap sebagai suatu bentuk partisipasi politik aktif yang
paling kecil, karena akan menurut keterlibatan minimal yang akan berhenti jika pemberian suara telah terlaksana.
Universitas Sumatera Utara
Dalam mempertimbangkan partisipasi politik karena terbatasnya peristiwa tersebut harus ada perhatian terdapat mereka yang tidak ikut berpartisipasi sama sekali dalam proses politik.
Ada 3 hal yang hendak dituju sesuai dengan pimpinan kebijakan yaitu: 1.
Kebijakan yang menghendaki berlakunya kedaulatan rakyat melalui pmerintahan yang sesungguhnya dapat dibatasi oleh konstitusi dan dalam tanggung jawab waktu tertentu.
2. Kebijakan yang menghendaki keabsahan pemerintahan baik dalam pengertian
pertanggung jawaban politik serta mekanisme yang kuat dan efektif dengan tenggang waktu tertentu.
2
Dalam mewujudkan partisipasi politik, masyarakat memiliki dua cirri atau bentuk dari partisipasi politik berdasarkan sifat yaitu yang dimobilisasi dan otonom. Dimobilisasi adalah
banyak diantara orang-orang yang memberikan suara, berdemonstrasi atau mengambil tindakan lain yang kelihatannya sebagai partisipasi politik tidaklah bertindak dengan niat pribadi untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintahan bahkan mereka menggunakan hak pilihnya, karena disuruh dan dipaksa berbuat demikian padahal mereka tidak mengerti makna
tindakan mereka. Sedangkan partisipasi politik otonom mengikuti dengan seksama, menganalisa baik buruknya dan pilihan atau kebijaksanaan yang diambil.
3
Dalam Undang-undang Dasar 1945 pada pasal 28 tentang “ Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagaimana ditetapkan oleh
Undang-undang.
4
2
Topo Santoso dan Didik Supriyanto, Mengawasi Pemilu Mengawal Demokrasi, Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 26.
3
A. Rahman, Op Cit. hal. 288
4
Perpustakaan Nasional; UUD 1945 Negara Republik Indonesia 1945 Dalam Satu Naskah Amandemen I-IV, Jakarta; Pustaka Nasional, 2010. Hal. 26
Artinya hak yang bersifat adalah bersekutu dan berkumpul adalah bersama, yang merupakan hak yang mengeluarkan pikiran atau pendapatnya dan kewajiban untuk
memiliki kemampuan dalam berorganisasi dan melaksanakan aturan-aturan.
Universitas Sumatera Utara
Pemilihan umum merupak sarana tidak terpisahkan dari kehidupan politik negara demokratis modern. Pemilihan umum dilakukan sebagai tata cara untuk memperoleh kedudukan
atau status sebagai wakil rakyat atau sebagai anggota badan perwakilan dengan memanfaatkan pemilihan umum sebagai usaha pembentukan dan pertumbuahan sistem perwakilan politik
rakyat.
5
Makna pemilihan umum yang paling esensial bagi suatu kehidupan politik yang demokrasi adalah sebagai institusi dalam memperebutkan kekuasaan atau pengaruh yang
dilakukan dengan norma dan etika sehingga sirkulasi politik atau pergantian kekuasaan dapat dilakukan secara damai dan beradab. Lembaga tersebut adalah produk dari pengalaman sejarah
umat manusia dalam mengelola kekuasaan dimana kedaulatan rakyat menjadi sumber kekuasaan itu sendiri.
Oleh sebab itu pemahaman kita tentang pemilihan umum terutama dalam konteks demokrasi yakni pemilihan umum dapat dipandang sebagai suatu prosedur untuk mengumpulkan
data-data tertentu.
6
Disepanjang orde baru ketika pemerintahan dan media yang hegemonic memanggil warga untuk ikut dalam “pesta demokrasi” suatu minoritas kecil pembangkang secara sadar
memilih agar tetap putih murni sampai suatu pemilihan umum yang sungguh demokrasi Di Indonesia sendiri pelaksanaan pemilihan umum pertama sekali dilakukan pada tahun
1955, yang dipandang sebagai prestasi yang gemilang dan jawaban nyata kepada masyarakat di dalam dan luar negeri yang mengklaim bangsa Indonesia tidak sanggup berdemonstrasi. Namun
tidak dapat pula dikatakan bahwa pemilihan umum yang secara formal sangat sempurna itu mengecewakan sebagai langkah kea rah pelembagaan kedaulatan rakyat banyak.
5
Lance, Castles, Pemilu 2004, Yogyakarta; Pustaka Pelajar 2004. Hal. 11
6
Koiruddin, Profil Pemilu 2004, Yogyakarta; Pustaka Pelajar 2004. Hal. 11
Universitas Sumatera Utara
diadakan lagi.
7
Pemimpin yang dipilih tersebut akan menjalankan kehendak rakyata yang akan memilihnya dengan demikian ada 2 manfaat yang merupakan sekaligus sebagai tujuan atau
sasaran langsung yang akan hendak dicapai dengan pelaksanaan atau lembaga politik yaitu dengan menemukan atau pemupukan kekuasaan yang otoritas dan mencapai skala waktu yang
pendek yang telah mengisyaratkan bahwa manfaatnya dirasakan setelah proses pemilihan umum itu sendiri berlangsung maka manfaat yang dapat dirasakan setelah waktu relative panjang yaitu
pembudayaan politik dan pelembagaan politik. Dalam proses perpanjangan yang paling panjang tersebut bangsa ini telah
melakukan proses politik yang disebut dengan pemilihan umum. Pada pemilihan umum pada tahun 1999 sebagai besar rakyat merasa bahwa nurani sudah
mengizinkan mereka untuk mencoblos pada zaman orde baru. Keberhasilan dalam pemilihan umum 1999 tidaklah dapat menyelesaikan persoalan bangsa karena kehidupan politik sangat
berpengaruh pada perilaku elit politik yang sangat berorientasi pada kepentingan pribadi dan kelompok.
Sistem voting juga dapat memainkan peranan yang sangat luar besar dapat dilihat dengan menetukan partai yang akan memegang kekuasaan politik pada sistem yang lain. Voting akan
mungkin merupakan sedikit lebih besar dari pada upacara ritual dengan oarng-orang yang berkuasa untuk mendapatkan legitimasi bagi pemerintah. Pada hakikatnya pemilihan umum di
negara manapun mempunyai esensi yang sama, pemilihan umum merupakan rakyat yang akan melakukan kegiatan memilih orang atau sekelompok orang yang akan menjadi pimpinan rakyat
atau pimpinan negara.
8
7
Ibid. hal. 11
8
Arbi Sanit, Keterwakilan Politik di Indonesia, Jakarta; Rajawali, 1985, hal. 95
Universitas Sumatera Utara
Besarnya kemungkinan dalam menciptakan manfaat pemerikasaan tergantung pada kesadaran para pendukung lembaga politik dengan disangkutkan pada cara pemilihan umum
langsung.
9
Kesempatan masyarakat luas untuk mempengaruhi proses politik sebagai unsure penentu swadaya politik disamping kemampuan, ditentukan oleh mekanisme tersebut adalah
hubungan saling mempengaruhi atau saling mendukung diantara aspek atau bidang tertentu dengan berbagai tingkat level kehidupan.
10
Di Indonesia secara relative terdapat kesetiaan etnis yang relative tinggi dan bahwa partai politik Indonesia dipengaruhi oleh etnisitas.
Sebagian besar elit politik partisipasi politik lebih merupakan suatu alat dari pada suatu nilai utama. Sikap mereka tentang tingkat-tingkat dan bentuk-bentuk dasar dari partisipasi yang
diinginkan untuk sebagai besar akan ditentukan oleh akibat-akibat dari semua terhadap kemampuan, mereka untuk meraih kekuasaan dan untuk tetap memegang kekuasaan.
Partisipasi politik tidak hanya dibina melalui partai politik, tetapi juga melalui organisasi- organisasi yang mencakup golongan pemuda, golongan buruh, serta organisasi-organisasi
kebudayaan dengan melalui pembinaan yang ketat potensi masyarakat dapat dimanfaatkan secara terkendali. Ada beberapa faktor utama yang membentuk partisipasi di Indonesia salah satunya
adalah faktor etnisitas. Kelompok etnis mempunyai peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi, dan orientasi seseorangan. Dengan adanya rasa kesukuan atau kedaerahan sehingga
dapat mempengaruhi dukungan seseorang terhadap partai politik. Etnis juga dapat mempengaruhi loyalitas terhadap pertain tertentu.
11
9
Ibid, hal 191.
10
Arbi Sanit, Swadaya Politik Masyarakat, Jakarta; Rajawali Press 1985, hal. 8
11
Leo Suryadinata, Penduduk Indonesia, Etnis dan Agama Dalam Era Perubahan Politik, Jakarta; LP3S, 2003, hal. 182
Kesetiaan etnis di Indonesia masih terlihat sangat signifikan dan mengabaikan faktor etnis yang dapat menimbulkan kesalahpahaman tentang
Universitas Sumatera Utara
politik di Indonesia. Maka dapat dikatakan hal diatas menunjukkan adanya pengaruh etnisitas terhadap perilaku politik seseorang.
Identitas partai akan berkaitan dengan kesetiaan dan ketidaksetiaan dari massa suatu partai. Semakin tinggi identitas partai akan semakin tinggi tingkat loyalitas massa partai,
sebaiknya semakin rendah identifikasi partai akan semakin rendah loyalitasnya di Indonesia loyalitas massa partai sering dikaitkan dengan etnisitas. Perbedaan etnis diikuti pula oleh
perbedaan agama yang mereka anut serta lapangan pekerjaan yang menjadi sumber mata pencaharian mereka sehari-hari. Semua perbedaan adalah perbedaan etnis, agama, pekerjaan,
menjurus pada perbedaan organisasi sosial atau partai politik yang mereka pilih atau ikuti. Dalam perkiraan kasar jumlah masyarakat Karo telah melebihi angka 1 juta jiwa. Ada
beberapa kalangan bahkan memperkirakan telah melampauin tersebut. Mereka bermukim di 3 tiga wilayah yaitu daerah Dataran Tinggi Karo, Langkat dan Deliserdang. Namun, jumlah
yang cukup besar dan wilayah bermukim yang luas ini belum menjadikan mereka memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengambilan kepurtusan-keputusan politik di tingkat
Pemerintahan Propinsi. Alokasi dana pembangunan, penyebaran proyek-proyek yang berimplikasi penambahan jumlah uang beredar di daerah, penentuan pejabat penting kebanyakan
dirasakan belum memperhatikan aspirasi dan masyarakat Sumatera Utara. Kalangan masyarakat Karo juga mencatat bahwa setiap kali dibuat keputusan-keputusan yang memerlukan
pertimbangan tentang jumlah anggota pendukung suatu etnis, maka untuk etnis Karo jumlah penduduk yang dipakai sebagai acuan adalah jumlah penduduk Kabupaten Karo lebih kurang
250.000 jiwa. Akses terhadap kekuasaan adalah kemampuan untuk berkomunikasi dan mempengaruhi
pejabat-pejabat politik. Umumnya kelompok yang memiliki akses terhadap kekuasaan adalah
Universitas Sumatera Utara
kelompok masyarakat yang tingkat partisipasiny dalam politik yang sudah barang tentu mempersyaratkan kompetensi cukup tinggi. Masyarakat Karo pasca era G305PKI telah menjadi
kelompok masyarakat yang sangat rendah aksesnya terhadap kekuasaan. Salah satu sarana untuk berpartisipasi adalah partai politik, secara umum dapat dikatakan
bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Adapun tujuan kelompok ini adalah untuk
memperoleh kekuasaan politik dan melalui kekuasaan itu dengan melaksanakan kebijakan- kebijakan mereka.
12
Demikian juga dengan pendekatan ekonomi masyarakat yang kurang mampu akan diberikan sogokan akan memilih pasangan tersebut maka setelah calon tersebut terpilih
masyarakat yang kurang mampu tersebut akan dilupakan dan akan tetap pada ketidakmampuan. Sangat banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam penentuan pilihan pada pemilihan
umum baik itu keaktifan dalam partai politik atau aktifitas kampanye yang dilakukan selama pemilihan umum. Pada survey di Jerman Barat juga akan memperlihatkan bahwa minat politik
itu baik bertambah dengan pertambahan usia, penghasilan dan status pekerjaan dan ada yang lebih penting pada daerah dan wilayah-wilayah tertentu.
Dalam pilihan rasional merupakan dengan menganalisa calon kandidat dari segi latar belakang serta kemampuan dan moralitas sebagai contoh misalnya dengan
menjatuhkan pilihan bukan karena melihat status ekonomi atau jenis kelaminnya. Apabila calon perempuan yang akan memilih maka calon tersebut sebenarnya belum tentu calon tesebut dapat
menyampaikan aspirasi mereka.
13
1. Sebagai sarana komunkasi politik
Dalam negara demokratis partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi yaitu:
12
Miriam Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politik, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1998, hal. 16
13
Michael Rush dan Philip Adolf, Pengantar Sosiologi Politik, Rajawali, Jakarta. 1993. Hal. 161
Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai sarana sosialisasi politik
3. Sebagai sarana rekrutmen
4. Sebagai sarana pengaruh konflik.
14
Maka berdasarkan hal tersebut penulis mengobjekkan Etnis Karo dalam Pemilihan Umum Legislatif di Desa Tengah, Kec. Pancur Batu.
2. Perumusan Masalah