pertama kali anak mendapat asupan berupa makanan padat, kurangnya aktivitas fisik, faktor genetik, hormonal dan lingkungan Yussac et al, 2007.
Jumlah lemak tubuh dipengaruhi sejak masa gestasi oleh berat badan dan kenaikan berat badan maternal selama periode antenatal. Selanjutnya, perilaku
makan mulai terkondisi dan terlatih oleh asupan dan pola makan sejak bulan- bulan pertama kehidupan. Kenaikan berat badan pada anak kemudian juga
dipengaruhi kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi tinggi, maupun kebiasaan mengkonsumsi makanan ringan. Keluaran energi rendah
dapat disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, aktivitas fisik dan efek termogenesis makanan yang ditentukan oleh komposisi makanan. Lemak
memberi efek termogenesis lebih rendah 3 dari total energi dihasilkan oleh lemak dibandingkan dengan karbohidrat 6-7 dari total energi dihasilkan oleh
karbohidrat dan protein 25 dari total energi dihasilkan protein. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peranan pola dan asupan makanan dalam terjadinya
obesitas Yussac et al, 2007.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI, obesitas merupakan keadaan Indeks Massa Tubuh IMT anak yang berada di atas persentil ke-95
pada grafik tumbuh kembang anak sesuai jenis kelaminnya. Definisi ini relatif sama dengan Institute of Medicine IOM di AS, sementara Center for Disease
Control CDC AS berargumen bahwa seorang anak dikategorikan obesitas jika mengalami kelebihan berat badan di atas persentil ke-95 dengan proporsi lemak
tubuh yang lebih besar dibanding komponen tubuh lainnya , kategori Overweight apabila sebesar 85 sampai 95 persentil , berat normal apabila sebesar 5 persentil
sampai 85 persentil dan Underweight apabila 5 persentil, Farmacia, 2007.
2.2 Air Susu Ibu
Keuntungan yang dapat diperoleh dari ASI sangat banyak. Bagi bayi, pemberian ASI dapat mencegah infeksi. Bagi ibu, pemberian ASI dapat
memulihkan diri dari proses persalinan dan dapat mencegah kehamilan selama 6 bulan ke depan. Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesterone
menginduksi perkembangan alveoli dan duktus lactiferous di dalam payudara,
Universitas Sumatera Utara
serta merangsang produksi kolostrum. Produksi ASI tidak berlangsung sampai masa sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun. Penurunan
kadar estrogen ini memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh menyusunya bayi
pada payudara ibu.
Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuro-endokrin. Rangsang sentuhan pada payudara bayi menghisap akan merangsang produksi oksitosin
yang menyebabkan kontraksi sel-sel myoepithel. Proses ini disebut sebagai “refleks prolaktin” atau milk production reflect yang membuat ASI tersedia bagi
bayi. Dalam hari-hari dini, laktasi refleks ini tidak dihambat oleh keadaan emosi ibu bila ia merasa takut, lelah, malu, merasa tidak pasti, atau bila merasakan
nyeri.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus ke sinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar
hypofisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel- sel khusus sel-sel myoepithel yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus
lactiferous. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus lactiferous menuju sinus lactiferous, tempat ASI di dalam sinus
tertekan keluar, ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down reflect atau “pelepasan”. Pada akhirnya, let down dapat dipacu tanpa rangsangan
hisapan. Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya.
Cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan adalah kolostrum, mengandung campuran yang kaya akan protein, mineral, dan antibodi,
daripada ASI yang telah “matur”. ASI mulai ada kira-kira pada hari ke-3 atau ke- 4 setelah kelahiran bayi dan kolostrum berubah menjadi ASI yang matur kira-kira
15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan bayi diperbolehkan sering menyusu maka proses produksi ASI akan meningkat.
Komposisi gizi dalam ASI antara lain adalah protein, lemak, vitamin, zat besi, zat anti infeksi, laktoferin, faktor bifidus, lisozim dan taurin. Dibandingkan dengan
komposisi protein susu mamalia lain, protein ASI paling rendah, berkisar 1,3
Universitas Sumatera Utara
gml pada bulan pertama dengan rata-rata 1,15 g100ml dihitung berdasarkan total nitrogen x 6,25.
ASI mengandung whey protein dan casein. Casein adalah protein yang sukar dicerna dan whey protein adalah protein yang membantu menyebabkan isi
pencernaan bayi menjadi lebih lembut atau mudah dicerna oleh usus bayi. Rasio whey – casein yang tinggi pada ASI membantu pencernaan bayi dengan
pembentukan hasil akhir pencernaan bayi yang lebih lembut dan mengurangi waktu pengosongan gaster bayi. Rasio casein : whey pada ASI adalah 60 : 40,
sedangkan pada susu sapi dan susu formula adalah 20 : 80 dan 18 : 82. Di sini, tampak bahwa casein dalam ASI hanya setengah dari susu sapi. Meskipun kedua
susu tersebut sama-sama mengandung whey protein yang baik untuk pencernaan, namun whey ASI terdiri dari alpha-lactalbumin, ASI juga mengandung 4 unsur
penting lainnya, yaitu serum albumin, laktoferin, immunoglobulin, dan lisozim. Lemak ASI terdiri dari trigliserida 98-99 yang dengan enzim lipase
akan terurai menjadi trigliserol dan asam lemak. Enzim lipase tidak hanya terdapat pada sistem pencernaan bayi, tetapi juga dalam ASI. Lemak ASI lebih
mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Salah satu keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial, docosahexaenoic acid DHA dan
arachnoid acid AA yang berperan penting dalam pertumbuhan otak sejak trimester I kehamilan sampai 1 tahun usia anak. Yang merupakan asam lemak
esensial sebenarnya adalah kelompok omega-3 yang dapat diubah menjadi DHA dan omega-6 yang dapat diubah menjadi AA.
Kelebihan ASI yaitu selain mengandung n-3 dan n-6, juga mengandung DHA dan AA. Konsentrasi lemak meningkat dari 2.0 g100ml pada kolostrum
menjadi sekitar 4-4.5 g100ml pada hari ke-14 setelah persalinan. Kadar lemak juga bervariasi pada saat baru mulai menyusui fore milk menjadi 2 – 3 kali lebih
tinggi pada akhir menyusui hind milk. Dibandingkan dengan lemak yang bervariasi konsentrasinya, asam lemak lebih stabil. Dalam ASI, asam lemak
terdiri dari 42 asam lemak jenuh dan 57 asam lemak tak jenuh, termasuk DHA dan AA yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi dan anak
kecil.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam ASI terdapat vitamin yang larut dalam lemak dan yang larut dalam air. Vitamin yang larut lemak antara lain adalah vitamin A, D, E dan K
sedangkan vitamin yang larut dalam air adalah vitamin C, asam nikotinik, B12, B1tiamin, B2 riboflavin, B6 piridoksin. Vitamin A adalah salah satu
vitamin penting yang tinggi kadarnya dalam kolostrum dan menurun pada ASI biasa. ASI adalah sumber vitamin A yang baik dengan konsentrasi sekitar 200
IUdl. Vitamin D dan K sedikit dalam ASI. Untuk negara tropis yang terdapat cukup sinar matahari, vitamin D tidak jadi masalah. Vitamin K akan terbentuk
oleh bakteri di dalam usus bayi beberapa waktu kemudian. Vitamin C, asam nikotinik, B12, B1 tiamin, B2 riboflavin, B6 piridoksin sangat dipengaruhi
oleh makanan ibu, namun untuk ibu dengan status gizi normal, tidak perlu diberi suplemen.
Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi 0.5 – 1.0 mgliter, namun bayi yang menyusui jarang terkena anemia. Bayi lahir dengan cadangan zat besi
dan zat besi dari ASI diserap dengan baik 70 dibandingkan dengan penyerapan 30 dari susu sapi dan 10 dari susu formula.
ASI mengandung anti infeksi terhadap berbagai macam penyakit, seperti penyakit saluran pernafasan atas, diare, dan penyakit saluran pencernaan. ASI
sering disebut juga “darah putih” yang mengandung enzim, immunoglobulin, dan lekosit. Lekosit terdiri atas fagosit 90 dan limfosit 10, yang meskipun sedikit
tetap dapat memberikan efek protektif yang signifikan terhadap bayi. Immunoglobulin merupakan protein yang dihasilkan oleh sel plasma sebagai
respon terhadap adanya imunogen atau antigen zat yang menstimulasi tubuh untuk memproduksi antibodi.
Ada 5 macam immunoglobulin, yaitu IgA, IgM, IgE, IgD, dan IgG. Dari kelimanya, secretory IgA sIgA disekresi oleh makrofag disintesa dan disimpan
dalam payudara, yang berperan dalam fungsi antibodi ASI melalui alur limfosit lymphocyte pathway. Antibodi IgA yang terbentuk dalam payudara ibu
melalui ASI setelah ibu terekspos terhadap antigen di saluran pencernaan dan saluran pernafasan disebut BALT bronchus associated immunocompetent
lymphoid tissue dan GALT gut associated immunocompetent lymphoid tissue.
Universitas Sumatera Utara
Bayi baru lahir mempunyai cadangan IgA sedikit dan karena itulah ia sangat memerlukan tambahan proteksi sIgA dalam ASI terhadap penyakit infeksi.
Laktoferin banyak dalam ASI 1-6 mgml, tapi tidak terdapat dalam susu sapi. Laktoferin bekerja sama dengan IgA untuk menyerap zat besi dari
pencernaan sehingga menyebabkan terhindarnya suplai zat besi yang dibutuhkan organisme patogenik, seperti Eschericia coli E. coli dan Candida albikans.
Oleh karena itu, pemberian suplemen zat besi kepada bayi menyusui harus lebih dipertimbangkan.
Faktor bifidus dalam ASI meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam usus bayi Lactobacillus bifidus yang melawan pertumbuhan bakteri pathogen
seperti Shigella, Salmonella dan E.coli yang ditandai dengan pH rendah 5-6, bersifat asam dari tinja bayi.
Lisozim termasuk whey protein yang bersifat bakterisidal dan antiinflamasi dapat melawan serangan mikroorganisme. Taurin adalah asam
amino dalam ASI yang terbanyak kedua dan tidak terdapat dalam susu sapi. Berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting dalam maturasi otak
bayi Sulistyawati, 2009. Berikut ini adalah tabel perbandingan kompsisi antara ASI, susu formula dan susu sapi Kraus, 1998.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Perbandingan Komposisi ASI, Susu Formula dan Susu Sapi
Sumber : American Academy of Pediatrics 2005. Breastfeeding and the use of human milk. Pediatrics J;1152:496-506.
2.3 ASI dengan Obesitas