Obesitas Pengaruh Durasi Pemberian ASI dengan Kejadian Obesitas pada Murid PG dan TK A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2010

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas

Obesitas didefinisikan sebagai kandungan lemak berlebihan di simpanan jaringan adiposa. Obesitas terjadi jika selama periode waktu tertentu, kilokalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh dan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak. Sebagian faktor yang mungkin berperan adalah gangguan emosi dengan makan berlebihan yang menggantikan rasa puas lainnya, pembentukan sel-sel lemak dalam jumlah berlebihan akibat pemberian makanan berlebihan, gangguan endokrin tertentu, gangguan pusat pengatur kenyang-selera makan satiety-appetite center di hipotalamus, kecenderungan herediter, kelezatan makanan yang tersedia dan kurang berolahraga Sherwood, 2001. Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen obesitas primer sebagai akibat nutrisional 90 dan faktor endogen obesitas sekunder akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik meliputi 10. Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen yang berpusat di hipotalamus setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer jaringan adiposa, usus dan jaringan otot. Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi dan dapat pula bersifat katabolik anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida Universitas Sumatera Utara gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin CCK sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi. Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Kemudian, leptin merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptida Y NPY sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan. Berdasarkan distribusi jaringan lemak, gejala klinis pada obesitas dibedakan menjadi apple shape body distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian dada dan pinggang dan pear shape bodygynecoid distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian pinggul dan paha. Apple shape body sering terjadi pada laki-laki sedangkan pear shape body sering terjadi pada perempuan. Secara klinis kedua tipe ini mudah dikenali, karena mempunyai ciri-ciri yang khas, antara lain wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap, leher relatif pendek, dada membusung dengan payudara membesar, perut membuncit pendulous abdomen dan striae abdomen. Lain halnya pada anak laki-laki, dapat ditemukan burried penis, gynaecomastia, pubertas dini, genu valgum tungkai berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan yang dapat menyebabkan laserasi kulit Hidajat, Siti Nurul Hidayati dan Roedi Irawan, 2006. Obesitas pada anak merupakan masalah yang sangat kompleks, yang antara lain berkaitan dengan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh seseorang, perubahan pola makan menjadi makanan cepat saji yang memiliki kandungan kalori dan lemak yang tinggi, waktu yang dihabiskan untuk makan, waktu Universitas Sumatera Utara pertama kali anak mendapat asupan berupa makanan padat, kurangnya aktivitas fisik, faktor genetik, hormonal dan lingkungan Yussac et al, 2007. Jumlah lemak tubuh dipengaruhi sejak masa gestasi oleh berat badan dan kenaikan berat badan maternal selama periode antenatal. Selanjutnya, perilaku makan mulai terkondisi dan terlatih oleh asupan dan pola makan sejak bulan- bulan pertama kehidupan. Kenaikan berat badan pada anak kemudian juga dipengaruhi kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi tinggi, maupun kebiasaan mengkonsumsi makanan ringan. Keluaran energi rendah dapat disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, aktivitas fisik dan efek termogenesis makanan yang ditentukan oleh komposisi makanan. Lemak memberi efek termogenesis lebih rendah 3 dari total energi dihasilkan oleh lemak dibandingkan dengan karbohidrat 6-7 dari total energi dihasilkan oleh karbohidrat dan protein 25 dari total energi dihasilkan protein. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peranan pola dan asupan makanan dalam terjadinya obesitas Yussac et al, 2007. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI, obesitas merupakan keadaan Indeks Massa Tubuh IMT anak yang berada di atas persentil ke-95 pada grafik tumbuh kembang anak sesuai jenis kelaminnya. Definisi ini relatif sama dengan Institute of Medicine IOM di AS, sementara Center for Disease Control CDC AS berargumen bahwa seorang anak dikategorikan obesitas jika mengalami kelebihan berat badan di atas persentil ke-95 dengan proporsi lemak tubuh yang lebih besar dibanding komponen tubuh lainnya , kategori Overweight apabila sebesar 85 sampai 95 persentil , berat normal apabila sebesar 5 persentil sampai 85 persentil dan Underweight apabila 5 persentil, Farmacia, 2007.

2.2 Air Susu Ibu