B. Respon psikologis terhadap kecemasan
1 Perilaku : Gelisah, tromor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarikdiri, menghindar.
2 Kognitif : Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran
diri yang berlebihan, kwatir yang berlebihan, obyektivitas menurun, takut kecelakaan, takut mati, dan lain-lain.
3 Afektif : Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar
biasa, sangat gelisah.
6. Reaksi kecemasan
Reaksi Kecemasan adalah reaksi dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi individu. Kecemasan konstruktif terjadi ketika individu
termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup. Kecemasan
destruktif terjadi ketika individu bertingkah laku malaftif dan disfungsional Suliswati dkk, 2005.
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak.
Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola
koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok,
olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain. Suliswati, 2005.
7. Mekanisme koping
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati, 2005 mekanisme koping
yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :
1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan
yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara
objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi
kebutuhan. a Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan. b Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan
seseorangdarisumberstress. c Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau
mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang. 2.
Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali
digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk
mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi
hal-hal berikut : a Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien. b Tingkat penggunaan mekanisme
pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian. c Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap