dalam hal ini disebut juga sebagai pelaku usaha, yang memberikan kesejahteraan bagi para tenaga kerjanya. Hal ini kiranya dapat menjadi suatu harmonisasi hubungan
industrial, juga memberikan pencerahan bagi para investor ketika menentukan pilihan dalam berinvestasi.
Sebab selain investor mampu memperkirakan potensi konflik yang mungkin terjadi antara perusahaan dengan karyawan, investor juga dapat melihat potensi
perusahaan untuk maju dan berkembang dari konsep perusahaan terkait upayanya dalam memberikan perlindungan dan peningkatan kesejahteraan para tenaga
kerjanya. Pengejawantahan dari keberadaan Undang-undang Ketenagakerjaan inilah, yang disebut sebagai hukum materil dari fungsi hukum formil yakni Undang-undang
Perselisihan Hubungan Industrial. Fungsi hukum formil dimaksud adalah melaksanakan hukum materiil dalam Pasal 150-172 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yakni mengenai Pemutusan Hubungan Kerja PHK
B. Hubungan Penerapan Undang-Undang Penyelesian Hubungan Industrial
Nomor 2 Tahun 2004 Terkait Pada Iklim Usaha dan Investasi di Indonesia
Imprialisme dan kolonialisme yang merupakan alat kekuatan kapitalis dunia, menghadapi tantangan yang sengit. dari gerakan-gerakan nasionalisme di negara-
negara dunia ketiga, tak terkecuali Indonesia. Penolakan terhadap kapitalisme disikapi oleh bangsa Indonesia dengan menentukan jalan dan pandangan hidupnya
sendiri, yang secara normatif, terkandung dalam rumusan Pancasila. Nilai-nilai yang
Universitas Sumatera Utara
terkandung di dalam Pancasila merupakan hasil persepsi dari pendiri Republik atas realitas kehidupan masyarakat Indonesia, yang pernah menderita di bawah
penindasan kapitalisme. Diantara nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila yang relevan dalam kaitannya dengan pembahasan tentang hukum ekonomi adalah nilai-
nilai tentang demokrasi dan keadilan sosial. Demokrasi dan keadilan sosial ke dalam bentuk kebijaksanaan hukum. Meski
diketahui mewujudkan nilainilai sosial itu ke dalam bentuk kebijaksaan hukum ekonomi yang menyeluruh jelas bukan pekerjaan yang mudah. Hambatan-hambatan,
baik yang bersifat internal maupun eksternal hampir sama sekali memustahilkan perwujudan nilai-nilai tersebut. Tinjauan internal jelas bagi kita yaitu sikap
Pragmatisme pada hampir sebagian besar para pelaku menikmati sistem ikhtiar untuk menerjemahkan nilai-nilai ekonomi yang sudah terlanj ur kapitalisme. sedangkan
hambatan eksternal juga nyata dan jelas yaitu negara-negara sedang membangun termasuk Indonesia dihadapkan pada sisten ekonomi internasional yang sangat
didukung oleh negara-negara maju yang mampu menyediakan modal dan teknologi. Pada proses selanjutnya bantuan itu berpengaruh terhadap perkembangan
hukum di negara kita yang membawa negara menuju sistem ekonomi yang bersifat kapitalistik. Pragmatisme di bidang ekonomi yang diambil oleh sebagian pemimpin
kita masuk dalam kerangka kapitalistik. Hal ini nyata sekali bila melihat dengan jujur perkembangan ekonomi dan hukum selama kurang lebih dua puluh tahun terakhir.
Perkembangan hukum ekonomi yang kapitalistik merupakan hasil dari proses sejarah yang panjang yang membawa Indonesla berintegrasi ke dalam kapitalis dunia.
Universitas Sumatera Utara
Untuk sebagian masyarakat memang sistem ekonomi kapitalis beserta perangkat hukumnya telah memberikan kemakmuran, namun pada faktanya bahwa
sistem ekonomi kapitalis dan perangkat hukumnya bukanlah sistem ekonomi yang ideal bagi kita. Kenyataan masih belum meratanya tingkat kemakmuran ke seluruh
lapisan masyarakat yang pada akhirnya membawa dampak terjadinya krisis yang berkepanjangan. Oleh karena itu Pemerintah sangat berperan yakni dalam
memperbaharui konsep perekonomian dengan mengacu pada nilai-nilai demokrasi dan keadilan sosial yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Dalam mendukung peningkatan iklim usaha dan investasi di Indonesia, perlu diterapkan beberapa hal yang dapat membantu peningkatan sebagaimana dimaksud,
adapun beberapa penerapan tersebut, ialah sebagai berikut : a.
Penerapan Sistem Pengelolaan yang Baik System Good Governance Antara Pekerja, dan Pengusaha Terhadap Kebijakan yang Dibuat Oleh Pemerintah.
Selanjutnya dalam hal ini memberi kesempatan dan jaminan dalam seluruh kegiatan pembangunan khususnya bagi sektor perekonomian agar tercipta iklim usaha
yang kondusif demi kelangsungan dan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan- kebijakan yang dibuat oleh pimpinanmanagement, berhubungan dengan aspek hak
dan kewajiban antara karyawan dan perusahaan yang tidak seimbang, dapat membawa dampak terhadap kelangsungan kegiatan hubungan kerja dalam suatu
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Hal dimaksud seperti aksi mogok kerja
136
Dalam hal ini perusahaan tidak hanya rugi karena menurunnya produktivitas karena mogok tersebut, tetapi mogok juga dapat mengakibatkan munculnya persepsi
atau image negatif pandangan buruk terhadap perusahaan. Salah satu hasil dari penelitian yang dilakukan di Jakarta Consulting Group JCG telah menunjukkan
bahwa image perusahaan sangat penting dimata konsumen. Konsumen lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang menerapkan CSR
terhadap stakeholdernya termasuk karyawan secara konsisten. , atau aksi unjuk rasa karyawan
terhadap kebijakan perusahan tersebut.
137
Oleh karenya dalam membuat suatu kebijakan dalam suatu perusahaan sebaiknya mengacu pada ketentuan Undang-Undang tentang Ketenagakerjaan,
Peraturan Perundang-Undangan yang terkait atau beberapa pandangan atau hasil penelitian oleh ahli hukum. Dalam hal perlindungan bagi pekerja, Imam Soepomo
membagi dalam tiga bahagian, yaitu:
138
a Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan
dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerjaburuh suatu penghasilan yang cukup untuk memenuhi keperluan sehari-hari baginya
serta keluarganya, termasuk dalam hal pekerjaburuh tersebut tidak
136
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan, Vide Pasal 1 angka 23 ; “mogok kerja” adalah tindakan pekerjaburuh yang direncanakan dan
dilaksanakan secara bersama-sama danatau oleh serikatpekerja buruh untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan.
137
A.B Susanto, Corporate Social Responsibility, Cet. 1. The Jakarta Consulting Group, November 2007, Jakarta, hal. 26-31.
138
Lalu Husni Op Cit, hal 97.
Universitas Sumatera Utara
mampu bekerja karena sesuatu di luar kehendaknya. Perlindungan ini disebut dengan jaminan sosial;
b Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan
usaha kemasyarakatan, yang tujuannya memungkinkan pekerjaburuh itu “mengenyam” dan mengembangkan kehidupannya sebagai manusia pada
umumnya, dan sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga atau yang biasa disebut dengan kesehatan kerja;
c Perlindungan teknis, yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan
usaha-usaha untuk menjaga pekerjaburuh dari bahaya kecelakaan yang dapat ditimbulkan alat-alat kerja atau oleh bahan yang bahan yang diolah
atau dikerjakan oleh perusahaan. Perlindungan jenis ini disebut dengan keselamatan kerja.
Pada beberapa hal, bentuk-bentuk konflik yang berasal dari tuntutan para pekerja telah berhasil mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam membentuk
peraturan yang mengakomodasi pengakuan hak-hak dasar pekerja. Sebagai contoh, pada akhir tahun 2002, DPR-RI menyetujui Pencabutan UU No.25 Tahun 1997, dan
digulirkannya 2 RUU pengganti yang sekarang telah disahkan menjadi Undang- Undang, yaitu: Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dan UU No 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial PPHI.
Universitas Sumatera Utara
Kategori komponen-komponen yang mempengaruhi iklim usaha dan berinvestasi di Indonesia, adalah :
139
1. Kebijakan pemerintah yang mempengaruhi cost seperti pajak, beban regulasi,
pungutan liar red tape, korupsi, infrastruktur, ongkos operasi, investasi perusahaan finance cost dan investasi di pasar tenaga kerja;
2. Kelompok yang mempengaruhi risiko yang terdiri dari stabilitas makro
ekonomi, stabilitas dan prediktibilitas kebijakan, property right, kepastian kontrak dan hak untuk mentransfer keuntungan dan
3. Hambatan untuk kompetisi yang terdiri dari hambatan regulasi untuk masuk
dan keluar dari bisnis, berfungsinya pasar keuangan dan infrastruktur yang baik, serta tersedianya dengan efektif hukum persaingan.
Sementara dalam melakukan kegiatan investasi di suatu negara, paling tidak
ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
140
a “Faktor Politik.
Salah satu yang menjadi pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modalnya ke suatu negara adalah kondisi politiknya stabil atau tidak.
Mengundang investor asing dalam rangka pembangunan ekonomi suatu negara, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni: pertama,
bahwa kesalahan legitimacy pemerintah yang sedang berkuasa berada pada tingkat yang tinggi, oleh karena itu kesalahan yang tinggi tersebut patut
diduga tidak akan menjamin kontinuitas dari pemerintah yang bersangkutan. Kedua
, pemerintah harus dapat menciptakan suatu iklim yang merangsang untuk investor asing. Artinya bahwa kepada investor asing harus diberikan
keyakinan bahwa modal yang mereka tanamkan memberikan kepada mereka keuntungan yang wajar sebagaimana halnya apabila modal tersebut ditanam di
tempat lain, baik di negara asalnya sendiri maupun di negara lain. Ketiga, pemerintah perlu memberikan jaminan kepada para penanam modal asing
tersebut, bahwa dalam hal terjadinya goncangan politik di dalam negeri, maka
139
Mohammad Ikhsan, “Perbaiki Iklim Investasi, Pesan Bagi Pemerintah Baru”, dikutip dalam, Mahmul Siregar, Kepastian Hukum Dalam Transaksi Bisnis Internasional Dan Implikasinya
Terhadap Kegiatan Investasi Di Indonesia , Jurnal Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, hal. 6
140
Budiman Ginting, Kepastian Hukum Dan Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Investasi di Indonesia
, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Hukum Investasi pada Fakultas Hukum USU, Medan, 2008, hal. 9-10.
Universitas Sumatera Utara
modal mereka akan dapat dikembalikan kepada pemiliknya dan badan usaha mereka tidak dinasionalisasikan. Keempat, pemerintah harus dapat
menunjukkan bahwa pemerintah itu mempunyai kesungguhan dalam memperbaiki administrasi negaranya, agar dalam hubungannya dengan
investor asing itu, maka permintaan izin dan hal lain yang menyangkut pembinaan usaha tidak mengalami perubahan-perubahan birokratisme yang
negatif, akan tetapi dapat berjalan lancar dan memuaskan. Di sini terlihat yang sering menjadi perhatian investor adalah risiko yang akan dihadapi atas
legitimasi dari pemerintah yang sedang berkuasa.
b Faktor Ekonomi.
Faktor ekonomi dan politik dalam investasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, artinya adanya stabilitas politik dapat
menggerakkan roda perekonomian.
c Faktor Hukum.
Faktor hukum ini berkaitan dengan perlindungan yang diberikan pemerintah bagi kegiatan investasi. Daya tarik investor untuk menanamkan modalnya
sangat tergantung pada sistem hukum yang mampu menciptakan kepastian hukum legal certainty, keadilan fairness, dan efisiensi efficiency. Bagi
investor asing, hukum dan UU menjadi satu tolok ukur untuk menentukan kondusif tidaknya iklim investasi di suatu negara. Infrastruktur hukum bagi
investor menjadi instrumen penting dalam menjamin investasi mereka. Hukum bagi mereka memberikan keamanan, certainty dan predictability atas
investasi mereka. Semakin baik kondisi hukum dan UU yang melindungi investasi mereka, semakin dianggap kondusif iklim investasi dari negara
tersebut.”
2. Penerapan Undang-Undang tentang Penyelesaian Perselsihan Hubungan
Industrial dengan Jaminan Kepastian Hukum Dalam Mendukung Kegiatan Usaha dan Investasi
Bagaimanapun juga, harus diingat bahwa pertimbangan investor sebelum menanamkan modal selalu dilandasi motivasi ekonomi untuk menghasilkan
keuntungan dari modal dan seluruh sumber daya yang dipergunakannya. Oleh karena itu, investor selalu melakukan kajian awal feasibility study baik terhadap aspek
Universitas Sumatera Utara
ekonomi, politik dan aspek hukum sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi untuk memastikan keamanan investasi yang akan dilakukannya.
141
Kepastian dalam bidang hukum ekonomi juga terkait dalam mendukung kegiatan usaha dan investasi yang kondusif. Hukum ekonomi dapat kita pahami
sebagai perangkat peraturan yang mengatur paling tidak dua hal yang berkenaan dengan usaha-usaha untuk mengelola sumber daya ekonomi guna meningkatkan
kemakmuran masyarakat. Adapun dua hal dimaksud adalah :
142
a. Secara umum hukum ekonomi dapat merupakan segala peraturan baik
yang berupa legislasi Undang-undang, regulasi peraturan pemrintah atau peraturan pelaksana lainnya, maupun kebiasaan yang dimaksudkan
untuk mengatur cara-cara bagaimana sumber daya ekonomi secara makro dikelola guna meningkatkan kemakmuran masyarakat ;
b. Secara khusus hukum ekonomi dapat pula berwujud segala peraturan
untuk mengatur secara adil pembagian hasil-hasil pengelolaan sumber daya ekonomi.
Tidak adanya kepastian hukum membuat para investor merasa tidak nyaman untuk menanamkan uangnya di Indonesia. Selain itu, banyak investor mengeluhkan
masalah pelayanan perizinan dan birokrasi yang masih dianggap berbelit-belit dan memakan biaya yang besar. Pemerintah dalam mengeluarkan suatu kebijakan
investasi yang selalu berubah-ubah dengan cepat atau tidak transparan dalam
141
Dellisa A. Ridgway dan Mariya A. Thalib, dalam Mahmul Siregar, Op Cit, hal. 2
142
Ibid
Universitas Sumatera Utara
perundingan bisnis, akan kesulitan, bahkan mustahil menarik modal dalam skala besar dan munculnya kegiatan anti investor dapat juga mempengaruhi lokasi dan
jumlah modal perusahaan swasta di luar negeri.
Sebagaimana uraian sebelumnya, bahwa kepastian hukum merupakan salah satu faktor pendorong perkembangan iklim usaha dan investasi di Indonesia.
Hubungan penerapan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Hubungan Industrial merupakan salah satu bentuk dari kepastian hukum dalam
berinvestasi dimaksud. Untuk mengundang minat investor berinvestasi bukanlah hal yang semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan upaya yang serius,
sistimatik, terintegrasi dan konsisten untuk menanamkan kepecayaan investor menanamkan modalnya di wilayah host country.
143
Lebih lanjut berbicara mengenai kepastian hukum berarti tidak terlepas dari makna apa tujuan hukum itu sebenarnya. Kepastian hukum adalah salah satu dari
tujuan hukum, di samping yang lainnya yakni kemanfaatan dan keadilan bagi setiap insan manusia selaku anggota masyarakat yang plural dalam interaksinya dengan
insan yang lain tanpa membedakan asal usul dari mana dia berada. Kepastian hukum sebagai salah satu tujuan hukum tidak akan terlepas dari fungsi hukum itu sendiri.
144
Fungsi hukum yang terpenting adalah tercapainya keteraturan dalam kehidupan manusia dalam masyarakat. Keteraturan ini yang menyebabkan orang
143
Pancras J. Nagy, Country Risk, How to Asses, quantify and monitor, dalam Mahmul
Siregar, Op Cit, hal. 2
144
Budiman Ginting, Kepastian Hukum Dan Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Investasi di Indonesia, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Hukum Investasi pada
Fakultas Hukum, Medan, 2008, hal. 1-2
Universitas Sumatera Utara
dapat hidup dengan berkepastian, artinya orang dapat mengadakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat karena ia dapat mengadakan
perhitungan atau prediksi tentang apa yang akan terjadi atau apa yang bisa ia harapkan. Dalam dunia usaha, kepastian hukum sangat diperlukan untuk menjamin
ketenangan dan kepastian berusaha.
145
Pertimbangan utama suatu negara mengoptimalkan peran investasi baik asing maupun dalam negeri adalah untuk merubah potensi ekonomi menjadi kekuatan
ekonomi riil dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi economic growth. Peran investasi tidak hanya sebagai alternatif terbaik sumber pembiayaan
pembangunan apabila dibandingkan dengan pinjaman luar negeri, tetapi juga sangat penting sebagai alat untuk mengintegrasikan ekonomi suatu negara kedalam ekonomi
global.
146
Disamping itu, investasi dapat menghasilkan multiplayer effect terhadap pembangunan ekonomi nasional, karena kegiatan investasi tidak saja mentransfer
modal dan barang, tetapi juga mentransfer ilmu pengetahuan dan modal sumber daya manusia, memperluas lapangan kerja, mengembangkan industri substitusi impor
untuk menghemat devisa, mendorong ekspor non migas untuk menghasilkan devisa, alih teknologi, membangun prasarana, dan mengembangkan daerah tertinggal. Oleh
karena itu banyak negara, tidak terkecuali Indonesia, yang menjadikan kegiatan investasi sebagai bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasionalnya.
147
145
Ibid, hal. 2
146
Dellisa A. Ridgway dan Mariya A. Thalib, dalam Mahmul Siregar, Op Cit, hal. 1
147
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Kepastian hukum bagi investor adalah tolak ukur utama, investor masuk menghitung risiko.Bagaimana resiko dapat dikendalikan dan bagaimana penegakan
hukum terhadap resiko tersebut, kalau penegakan hukum tidak mendapat kepercayaan dari investor hampir dapat dipastikan investor tersebut tidak akan berspekulasi
ditengah ketidakpastian.dalam kondisi demikian, para investor tidak akan berinvestasi baik dalam bentuk portofolio, apalagi dalam bentuk direct investment.
Ketidakpastian hukum tersebut dapat terjadi karena terlalu cepatnya perubahan kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan, adanya pertentangan di
antara berbagai Peraturan Perundang-Undangan dan, kekosongan hukum. Ketidakpastian itu terjadi pula dalam penegakan hukum. Di bawah ini akan diberikan
beberapa contoh adanya ketidakpastian hukum dalam kegiatan investasi di Indonesia. Contoh nyata dari ketidakpastian hukum dalam kegiatan investasi di Indonesia
terlihat dalam investasi Hutan Tanaman Industri, Djamaludin Suryohadikusumo memberikan gambaran betapa banyak kendala yang dihadapi investor yang berminat
untuk melakukan investasi di bidang Hutan Tanaman Industri HTT.
148
1 Pada Era Orde Baru, melalui Peraturan Pemerintah PP No. 7 Tahun
1990 tentang HTI ditentukan bahwa HTI dapat dibangun dengan bantuan pinjaman Dana Reboisasi. Pada era Kabinet Habibie melalui PP No.Tahun
Selanjutnya akan diuraikan beberapa ketidakpastian hukum dalam bidang Hutan Tanaman
Industri dari beberapa periode pemerintah, yakni sebagai berikut :
148
Ridwan Khairandy, Iklim Usaha dan Jaminan Kepastian Hukum Dalam Era Otonomi Daerah.
Universitas Islam Indonesia, Jurnal Hukum Republika, Vol 5 Nomor 2, Yogyakarta, 2006. hal 152-153
Universitas Sumatera Utara
1999 mengenai Pengusahaa Hutan dan Pemungutan Hasil Hutan pada Hutan Produksi, tidak tersedia Dana Reboisasi untuk HTI. Dalam PP
No.7 Tahun 1990, HPHTI tidak dipindahtangankan tanpa persetujuan Menteri. Dalam Pasal 20 PP No. 6 Tahun 1999 di tentukan bahwa HPHTI
dapat dipindahtangankan dengan melaporkan kepada Menteri. Kemudian melalui PP No. 34 Tahun 2003 ditentukan bahwa izin usaha dicabut
apabila memindahtangankan izin usahanya kepada pihak lain tanpa persetujuan dari pemberi izin. kasus persetujuan prinsip melalui nota
kesepahaman atau Memorandum of Understanding MoU pada kawasan hutan di Kalimantan Selatan untuk HTI yang diberikan kepada PT Shell.
Mereka sudah melakukan penelitian dan percobaan dilapangan terhadap sifat tanah dan percobaan mengola tanah serta memberantas alang-alang.
Mendadak MoU tersebut dibatalkan, kemudian arealnya diberikan kepada PT. Menara Hutan Buana.
2 Kasus pencabutan HPHTI pada era Kabinet Megawati yang didasarkan
pada PP 34 Tahun 2004 maupun HPHTI yang dikeluarkan berdasarkan PP No 7 Tahun 1990, tidak ada butir-butir petentuan pencabutan izin usaha
berdasarkan penilaian kelayakan teknis dan finansial. Dalam hal pencabutan izin usaha tidak ada ketentuan yang menyatakan bahwa
ketentuan ini diatur lebih lanjut oleh Menteri. Ketentuan dalam PP yang diatur lebih lanjut oleh Menteri, adanya penyimpangan atau kelalaian yang
dikenai sanksi administratif. Surat Menteri No. 325 Tahun 2003
Universitas Sumatera Utara
menghentikan kegiatan HPH PT. Tri Intracawood Manufacturing PT Intraca yang bekerja sama dengan PT. Inhutani dengan alasan arealnya
akan digunakan sebagai kawasan dengan tujuan khusus. Dalam surat tersebu tidak disebutkan landasan hukumnya dan pelanggaran apa yang
dilakukan oleh perusahaan. Oleh Menteri yang sama, areal kerja sama yang semula dipegang PT. Inhutani, melalui SK No. 325 Menhut-ll2004
diberikan kepada PT Intraca. Beberapa perusahaan pemegang HPHTI dicabut izin tanpa peringatan tiga kali seperti diatur dalam PP. Walaupun
Departemen Kehutanan waktu itu tim kelompok kerja pokja, namun dalam proses penilaian dan pengambilan kesimpulan, perusahaan tidak
diberi kesempatan yang cukup untuk membela diri. Dalam hal ini Pokja juga mengabaikan fakta-fakta yang relevan ada di
lapangan maupun yang ada dalam dokumen perusahaan bahwa kewajiban- kewajibannya telah dipenuhi. Sebagai contoh, HPHTI dicabut karena tidak
menyerahkan RKT, namun dalam kenyataannya, RKT telah diserahkan ke Dinas Kehutanan di daerah sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan oleh Menteri
Kehutanan. Departemen Kehutanan dinilai tidak cermat dan kurang hati-hati dalam mengambil keputusan sehingga pencabutan HPHTI melanggar asas kecermatan yang
berujung pada timbulnya kerugian pada perusahaan. Oleh karenanya kerugian juga akan berdampak pada hubungan industrial antara pekerja dengan pengusaha.
Universitas Sumatera Utara
C. Mekanisme Penyelesian Perselisihan Hubungan Industrial Berdasarkan