3. Undang-Undang 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas
Mengenai Undang-Undang Perseoan Terbatas ialah penjelmaan atas perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, yang telah diubah menjadi
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, maksudnya ialah sesuai dengan pernyataan Freidmann yang diuraikan dalam teori sistem hukum dalam penelitian ini dimana
disebutnya bahwa elemen suatu sistem hukum terus berubah sesuai dengan pola yang dibutuhkan dalam suatu masyarakat
Perseroan Terbatas merupakan perusahaan yang oleh Undang-undang dinyatakan sebagai perusahaan yang berbadan hukum. Dengan status yang demikian
itu, Perseroan Terbatas PT memiliki kedudukan mandiri persona standi in judicio yang tidak tergantung pada pemegang sahamnya. Dalam perseroan terbatas hanya
organ yang dapat mewakili perseroan terbatas atau perseroan yang dapat menjalankan perusahaan. Hal ini berarti perseroan terbatas dapat melakukan perbuatan-perbuatan
hukum seperti seorang manusia dan dapat pula mempunyai kekayaan atau utang perseroan terbatas bertindak dengan perantaraan pengurusnya.
110
Perseroan Terbatas merupakan suatu wadah untuk menjalankan kegiatan usaha, yang membatasi tangung jawab pemilik modal, yaitu sebesar jumlah saham
110
Lihat Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 ayat 2 yakni Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan
Dewan Komisaris; ayat 4 Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Persroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan
Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini danatau anggaran dasar; ayat 5 Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan
Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar; ayat 6
Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum danatau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.
Universitas Sumatera Utara
yang dimiliki sehingga bentuk usaha seperti ini banyak diminati, terutama bagi perusahaan dengan jumlah modal yang besar. Kemudahan untuk menarik dana dari
masyarakat dengan jalan penjualan saham merupakan satu alasan untuk mendirikan suatu badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas.
111
Namun hal tersebut harus sesuai dengan aturan sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroran Terbatas, yang
menyatakan bahwa pembangunan perekonomian nasional yang diselanggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi yang
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional bertujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
112
Adapun hubungan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas ini dengan perselisihan hubungan industrial atau dengan hukum
ketenagakerjaan ialah pada waktu tertentu, diamana perseroan terbatas dimaksud, Yang bertujuan menjamin iklim usaha
yang kondusif, maksudnya ialah adanya tatanan hukum dalam aturanUndang- Undang tersebut yang berguna mendorong, menggerakkan dan mengendalikan
berbagai kegiatan pembangunan dibidang ekonomi yang akhirnya mengundang minat investor untuk menjadi pemodal, atau dalam hal ini disebut sebagai pemegang saham
dalam suatu perusahaan.
111
Peran Komisaris Independen dalam Mewujudkan Good Corporate Governance di Tubuh Perusahaan Publik , diakses Tanggal 28 April 2012.http:www.hukumonline
Prof. Dr. Ny. Badriyah Rifai Amirudin, SH
230204UNHAS.html
112
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
melakukan upaya restrukturisasi seperti “merger”, “akuisisi” dan “konsolidasi”
113
. Hal-hal seperti dimaksud yang jika terjadi dalam suatu perseroan terbatas akan
berdampak dengan hukum perselisahan hubungan industrial dan hukum ketenagakerjaan.
114
Para pekerja tidak dilibatkan dalam penetuan policy kebijakan maupun operasional perusahaan. Para pekerja dalam perusahaan yang akan melakukan
restrukturisasi baik dalam merger, akuisisi maupun konsolidasi merupakan salah satu Dalam hal ini dimaksud bahwa kedudukan pihak tersebut dalam struktur
pembagian wewenang dari suatu perusahaan sangat lemah dibandingkan dengan kedudukan pihak lainnya. Sebagai contoh menurut hukum positif, dari segi Corporate
Law , kedudukan para pekerja di perusahaan lebih lemah dibandingkan kedudukan
pihak lain seperti pemegang saham, direktur atau komisaris.
113
Penggabungan merger, dari tindakan hukum ini terdapat satu Perusahaan yang eksistensinya tetap ada dan hidup, sedang Perusahaan yang lainnya lenyap menggabungkan diri dalam
Perusahaan yang eksis ; Pengambilalihan akuisisi, dari tindakan hukum ini eksistensi kedua perusahaan tetap ada dan hidup, tidak ada satupun yang bubar, hanya saja saham dari perusahaan yang
satu dikuasai oleh pemegang saham perusahaan yang lain, maka secara manajemennya dapat dikatakan terjadi satu kesatuan manajemen ; dan Peleburan consolidasi, dari tindakan hukum ini semua
perusahaan yang pernah ada menjadi bubar dan meleburkan diri menjadi satu Perusahaan yang baru; Bandingkan dengan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas Pasal 1 ayat 9; 10; dan 11, lihat juga Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas.
114
Lihat Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 126, selanjutnya menyatakan bahwa :
1 Perbuatan hukum Penggabungan, Peleburan, Pengambialihan atau Pemisahan wajib
memperhatikan kepentingan : a.
Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan; b.
kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; c.
masyrakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha. 2
Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS mengenai Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan atau Pemisahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62.
3 Pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak menghentikan proses
pelaksanaan Penggabungan, Peleburan, Pengambialihan atau Pemisahaan.
Universitas Sumatera Utara
pihak yang mesti sangat diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum restrukturisasi dimaksud dilakukan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan para pekerja ini dalam restrukturiasi perseroan terbatas adalah sebagai berikut :
115
1. prinsip-prinsip umum mengenai kebijakan, kesejahteraan sosial yang akan
diterapkan setelah merger. salah satu upaya restrukturisasi 2.
waktu yang pantas untuk berkonsultasi dengan organisasi pekerja.
3.
cara dan saat untuk menginformasikan merger kepada pekerja.
4. cara-cara untuk mencegah atau setidak-tidaknya mengeleminir
kemungkinan materil. 5.
aktifitas khusus dari organisasi pekerja dalam perusahaan. 6.
suatu garansi terhadap keamanan dan ketersediaan pekerja setelah merger. salah satu cara dalam merestrukturisasi
Kasus restrukturisasi yang memakai metode merger, seringkali dengan alasan peningkatan efisiensi dan perampingan usaha, pihak perusahaan pengelola setelah
melakukan upaya merger sebagai pekerja diputuskan untuk di PHK Pemutusan Hubungan Kerja. Pihak pekerja menurut sistem hukum kita hampir tidak mempunyai
upaya hukum apapun untuk menolak PHK. Oleh karenanya, guna mendukung pembangunan perekonomian tersebut
pemerintah melakukan suatu usaha dengan membuat materi hukum atau ketentuan- ketentuan di bidang perseroan terbatas yang dapat mengkondisikan segala aspek
115
Ibid, hal. 128
Universitas Sumatera Utara
permasalahan yang timbul karenanya. Dengan ketentuan-ketentuan tersebut, diharapkan perseroan terbatas sebagai badan usaha dapat berperan menjadi salah satu
pilar pembangunan ekonomi nasional yang berdasarkan kekeluargaan menurut dasar- dasar demokrasi ekonomi sebagai pengejawantahan dari pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
116
116
Pembaharuan Undang-Undang Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, diakses tanggal 5 Januari 2011 http:www.legalitas.org
Undang-Undang Perseroan Terbatas ini, dalam hal terjadi perselisihan yang menyangkut restrukturisasi atau menyangkut seputar permasalahan perusahaan, maka
dalam pelaksanaan penyelesaiannya cenderung menggunakan lembaga penyelesaian yang disebut dengan Arbitrase. Hal ini dapat dibuktikan dalam penjelasan undang-
undang tersebut, yakni pada Pasal 104 yang menyebutkan : “Bahwa, untuk membuktikan kesalahan atau kelalaian Direksi, maka dalam
hal ini dapat diajukan gugatan ke Kepaniteraan Pengadilan Niaga atau sesuai dengan ketentuan dalam PerUndang-Undangan yang berlaku danatau dalam
hal ini Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Undang-Undang Kepailitan dan PKPU”.
Halmana juga diperkuat oleh penjelasan Undang-Undang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiaban Pembayaran Utang seperti disebut diatas, yakni bahwa sebelum diselesaikan dalam ranah pengadilan niaga yang berada dibawah Pengadilan
Negeri setempat sesuai domisili pelaku, maka dalam Undang-Undang ini terlebih dahulu ditegaskan bahwa penyelesaian dilaksanakan dengan cara musyawarah
mufakat, baik dengan mediasi maupun arbitrase.
Universitas Sumatera Utara
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU ialah sebagai lembaga persaingan competition authority di tanah air, KPPU lahir dalam konteks, sejak
diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dalam hal ini KKPU dengan sendirinya
ikut serta dalam menciptakan iklim investasi. Setidaknya, investasi yang berpotensi menimbulkan perilaku persaingan curang dalam dunia usaha yang sudah diantisipasi
sejak dini. Setiap negara membutuhkan modal untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonominya, baik negara maju maupun berkembang. Namun arus modal masuk melalui investasi membutuhkan lingkungan atau iklim yang mendukung agar
investasi memberi keuntungan. Hal ini memancing terciptanya sistem perdagangan baru di mana hampir setiap negara berlomba-lomba untuk menarik investasi dari
dalam dan luar negeri melalui kebijakan investasi. Semua negara berkembang yang baru lepas dari rezim otoritarianisme kini berlomba mempercantik diri untuk menjadi
negara tujuan investasi.
117
117
Benny Pasaribu, PhD Komisioner KPPU RI, KPPU dan Investasi Untuk Kesejahteraan, Media Berkala Komisi Pengawas Persaingan Usaha Kompetisi, Edisi 26, Jakarta, 2011, hal. 14
Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, ini untuk mengatur perilaku usaha supaya fair, adil, transparan dan efisien. UU No. 5 adalah sebuah deklarasi
bahwa pada saat ia diberlakukan, Indonesia sudah menganut suatu sistem atau tatanan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi yang disebut pasar yang berkeadilan. KPPU dilahirkan untuk mengawal dan menjaga kelangsungan ekonomi pasar yang berkeadilan. Jika situasi di masa lalu
seperti itu, tentu saja selama 10 tahun ini dapat dikatakan bahwa sudah ada perbaikan dimana-mana.
118
Benny Pasribu, P.hD, yang juga menjabat sebagai Komisioner KPPU, menerangkan bahwa tumbuh suburnya investasi dipengaruhi oleh dua faktor. Adapun
dua faktor yang dimaksud ialah, sebagai berikut : Contohnya di sektor penerbangan. Dulu sebelum KPPU ikut campur tangan,
konsumen harus membayar 3-4 juta untuk perjalanan pulang pergi Jakarta-Surabaya, tapi sekarang pilihan maskapainya lebih banyak dengan range harga mulai dari Rp
300.000 hingga Rp 1.000.000. Demikian pula segmentasi pasar di sektor penerbangan sudah luar biasa, pasar berkembang sedemikian rupa. Waktu KPPU membebaskan
sektor penerbangan supaya ada kompetisi, semua direktur dan pengusaha datang. Garuda dan Merpati datang dan berkata jika KPPU membuka sektor ini, mereka pasti
tutup minggu depan karena bangkrut. Namun apa yang terjadi, 8 delapan bulan kemudian Garuda titip pesan bahwa mereka berterima kasih karena for the first time
Garuda membukukan profit yang double.
119
a. Adanya kepastian hukum. Sebagai lembaga independen, KPPU telah
melakukan peran tersebut dengan menghukum yang salah dan
118
M. Nawwir Messi, Ketua KPPU RI, Saya akan Fokus pada Kegiatan Usaha yang Menjadi Hajat Hidup Orang Banyak
, Media Berkala Komisi Pengawas Persaingan Usaha Kompetisi, Edisi 26, Jakarta, 2011, hal. 17
119
Benny Pasaribu PhD, Op Cit, hal 14
Universitas Sumatera Utara
membebaskan yang benar. Contohnya adalah KPPU membebaskan dugaan adanya kartel semen, namun KPPU menjatuhkan denda dalam kasus kartel
fuel surcharge . Jika memang tidak melanggar, KPPU akan membebaskan
demi kepastian hukum. b.
Terciptanya persaingan yang sehat di pasar. Persaingan sehat tersebut berupa iklim usaha yang menumbuhkan level playing field. Dalam level
playing field terdapat equality yaitu :
1 Equal Opportunity
, yang berarti kesempatan berusaha yang sama kepada pelaku usaha dimana tidak ada yang didiskriminasi.
2 Equal
Accessibility, dimana tidak ada pelaku usaha yang dilarang untuk memasuki pasar. Contohnya; tidak ada pelaku usaha yang
dilarang untuk mendapat kredit bank. Yang penting adalah setiap pelaku usaha yang mendapat opportunity sudah melalui proses
persaingan usaha yang sehat. 3
Equal Treatment , yaitu pemerintah memperlakukan setiap pelaku
usaha secara sama. Persaingan usaha yang sehat bukan berarti menyamaratakan ekonomi domestik dengan ekonomi internasional
atau ekonomi lemah dengan ekonomi kuat. Persaingan usaha bukan untuk menyamaratakan hal itu.
Kompetisi dalam dunia usaha harus diatur, sebab pasar bekerja dalam wujud yang tidak sempurna, karena itulah diperlukan regulasi”, demikian pendapat Prof. Dr.
Ahmad Erani Yustika, pria yang aktif menjadi peneliti di Institute for Development of
Universitas Sumatera Utara
Economics and Finance INDEF . Saat ini, banyak negara maju yang sudah
mengimplementasikan hukum dan kebijakan persaingan dan aturan tersebut dibuat untuk memastikan bahwa pelaku usaha menjalankan usahanya secara fair dan semua
pelaku ekonomi mempunyai akses yang sama. Oleh sebab itu, ada persaingan usaha sehat yang bermakna sustainbility yaitu
persaingan usaha untuk keberlanjutan. Keberpihakan sesuai dengan konstitusi dan perundan-gundangan dimana semua berpayung pada UUD 1945, khusunya Pasal 33
ayat 2. Selanjutnya dalam penelitian ini, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, adalah salah
satu Perundang-undangan yang di percaya akan dapat menjaga kondisi iklim usaha yang kondusif sehingga menarik investor, dan mencegah terjadinya perselisihan
hubungan industrial. Setelah mengetahui dan menganalisis beberapa PerUndang-Undangan
dibidang ekonomi yang memiliki keterkaitan dengan undang-undang tentang penyelesaian perselishan hubungan industrial, hal mana juga sesuai dengan tujuan
dan kajian dalam topik penelitian ini, maka pada bab selanjutnya akan diperdalam dan dianalisa kembali keterkaitan tersebut yaitu khusus mengenai bagaimana
mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial itu dan sejauh mana dapat memberi dukungan terhadap peningkatan iklim usaha dan investasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV MEKANISME PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL MENURUT KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 DAN HUBUNGANNYA DALAM MENDUKUNG
PENINGKATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI
A. Keberadaan Hukum Ketenagakerjaan Sebagai Hukum Materil Dari