Beberapa Hal yang Termasuk Dalam Objek Perselisihan Hubungan

E. Beberapa Hal yang Termasuk Dalam Objek Perselisihan Hubungan

Industrial Melanjutkan uraian pada bab ini, akan diuraikan mengenai hal-hal yag termasuk dalam objek perselisihan hubungan industrial. Yang dimaksud obyek perselisihan hubungan industrial adalah penyebab atau hal-hal yang dapat menyebabkan timbulnya perselisihan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja atau serikat buruh. Beberapa pengertian perselisihan hubungan industrial seperti dimaksud diatas, dapat dipisahkan berdasarkan beberapa hal, yaitu seperti dibawah ini : 1. Peselisihan Hak Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaana, atau perjanjian kerja bersama. 60 Pelaksanaan hubungan kerja, pengusaha dan pekerja terikat dan tunduk pada undang-undang ketenagakerjaan maupun ketentuan yang diatur didalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Oleh karena ketentuan tersebut adalah mengatur hak dan kewajiban antar pengusaha, dengan pekerja adalah ketentuan yang mengikat. Adapun hak pekerja adalah merupakan 60 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 22 dan Undang-Undang No. 2 Tahun 2004, tentang Perselisihan Hubungan Industrial, Pasal 1 angka 1. Universitas Sumatera Utara kewajiban pengusaha dan begitu pula sebaliknya, bahwa kewajiban pekerja adalah merupakan hak dari pengusaha sehingga apabila pengusaha ataupun pekerja tidak melaksanakan hak dan kewajiban sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang ketenagakerjaan atau yang telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama maka akibat tidak dilaksanakanya hak dan kewajiban tersebutlah yang dikenal dengan perselisihan hak. Hak dan kewajiban sebagaiman diatur Undang-Undang Ketenagakerjaan seperti upah kerja lembur, pengusaha yang mempekerjakan pekerjaburuh melebihi waktu kerja, wajib membayar upah lembur. 61 Adapun waktu kerja adalah 7 tujuh jam 1 satu hari dan 40 empat puluh jam 1 satu minggu untuk 6 enam hari kerja dalam 1 satu minggu, atau 8 delapan jam 1 satu hari dan 40 empat puluh jam 1 satu minggu untuk 5 lima hari kerja dalam 1 satu minggu. 62 Sementara persyaratan pengusaha untuk mempekerjakan pekerjaburuh melebihi waktu kerja adalah : adanya persetujuan pekerjaburuh yang bersangkutan ; dan waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 tiga jam dalam l satu hari dan 14 empat belas Jam dalam1 satu minggu. 63 61 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan, Pasal 78 ayat 2 62 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan, Pasal 77 ayat 2 63 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan, Pasal 77 ayat 2 Sementara hak dan kewajiban sebagaimana diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perianjian kerja bersama adalah pengaturan mengenai pemberian uang makan atau Universitas Sumatera Utara uang transport dimana didalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama diatur bahwa pengusaha memberikan uang makan dan uang transport bagi pekerja yang masuk bekerja. Pengaturan pemberian uang makan dan uang transport yang diatur tersebut mengikat dan wajib diberikan pengusaha kepada pekerja, apabila masuk bekerja. 2. Perselisihan Kepentingan Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan atau perubahan syraat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. 64 a. Aspek yuridis, dimana Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 mengamanatkan untuk pengaturan lebih lanjut yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama seperti : Pengaturan syarat-syarat kerja dalam pelaksanaan hak dan kewajiban antara pengusaha dengan pekerjaburuh, serikat pekerjaserikat buruh yang dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama sangat starategis dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja dan produktivitas perusahaan. Hal tersebut dapat kita lihat dari 3 tiga aspek yaitu : 64 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 2 Tahun 2004, tentang Perselisihan Hubungan Industrial, Pasal 1 angka 3 Universitas Sumatera Utara 1 Pengaturan pelaksanaan, waktu istirahat, dan waktu istirahat tahunan, ketentuan ini diatur pada Pasal 79 ayat 3 Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 2 Pengraturan pelaksanaan masa haid bagi pekerjaan perempu an yang merasakan sakit, hal dimaksud sebagaimana pada ketentuan Pasal 81 ayal 2 UU Ketenagakerjaa No.13 Tahun 2003. 3 Pengaturan pelaksanaan, pengusaha diwajibkan membayar upah pada saat pekerja tidak malaksanakan pekerjaan, hal ini sesuai ketentuan Pasal 93 ayat 5 UU Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003. 4 Pengaturan pelaksanaan besarnya uang pisah bagi pekerja yang diberhentikan karna melakukan pelanggaran berat, pekerja yang mangkir 5 lima hari kerja berturut-turut dan pekerja yang mengundurkan diri, hal ini sesuai ketentuan Pasal 158 ayat 4, Pasal 102 ayat 2 dan Pasal 168 ayat 3 Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003. b. Aspek sarana hubungan industrial. Sarana hubungan industrial dalam hal ini adalah sistem hubungan industrial kita, yaitu suatu sistem hubungan yang terbentur antara pelaku dalam proses produksi barang danatau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha pekerjaburuh dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nila Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dimana untuk pelaksanaannya dilakukan melalui sarana antara lain, peratunan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, hal dimaksud Universitas Sumatera Utara sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 103 Undang-Undang Ketenagkerjaan No. 13 Tahun 2003. c. Aspek demokratis 65 , demokratis dimaksud ialah, substansi dari perjanjian kerja, peraturan perusahaan dan perjanjian kerja bersama, yang dalam hal ini belum diatur dan tidak dijumpai pengaturannya dalam peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Substansi dari perjanjian dimaksud berkenaan mengenai hak dan kewajiban antara pengusaha dengan pekerjanya, dalam hal yang demikian maka proses perbuatannya dilakukan melalui proses intern pribadi masing-masing pihak antara pekerja, serikat pekerja dengan pengusaha, yang telah semufakat. Hasilnya dituangkan dalam peranjian kerja, peraturan perusahan atau perjanjian kerja bersama. 65 Euis D. Suhardiman, Potensi Konflik Hubungan Industrial Terhadap Iklim Usaha di Indonesia, Jurnal Hukum UNISBA, Vol. 10 Nomor 1, Februari 2009, hal. 95 ; demokratis juga dimaksud ialah : berawal lahir di era reformasi, yang melahirkan “demokratisasi”, hal ini dibuktikan dengan munculnya multi trade union atau kebebasan pekerja untuk berserikat Seperti diketahui pada pertengahan tahun 1998 di Indonesia telah berhembus era reformasi yang ditandai dengan tumbangnya rezim orde baru. Era ini membawa perubahan yang sangat cepat dan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan ini juga terjadi di bidang ketenagakerjaan. Sejak era reformasi telah terjadi perubahan paradigma di bidang hubungan industrial, misalnya berubahnya mono trade union Serikat Pekera TunggalSPSI, menjadi multi trade union atau diratifikasinya beberapa Konvensi International Labour Organtzation I.L.O, yang berkaitan dengan Kebebasan berserikat, Diskriminasi dan Perlindungan Pekerja anak ; bandingkan juga ketentuan yang termaktub dalam Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Vide Pasal 1602 mengenai ketentuan hak dan kewajiban dan Pasal 1320 syarat-syarat dalam melakukan suatu perjanjian. Universitas Sumatera Utara 3. Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang timbul karena adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak. 66 Pemutusan hubungan kerja yang merupakan permulaan masa pengangguran dengan segala akibatnya, sehingga untuk menjamin kepastian dan ketentraman kehidupan pekerjaburuh seharusnya tidak ada pemutusan hubungan kerja. 67 Walaupun telah diatur alasan maupun hak sebagai akbiat pemutusan hubungan kerja, timbulnya perselisihan hubungan kerja menurut H. Rajagukguk, Manakala syarat-syarat lain dipersoalkan berkaitan dengan pemutusan hubungan kerja pada saat mana para pihak, majikan dan buruh tidak lagi berada dalam suasana bersedia mengalah, maka hukum pemutusan hubungan kerjalah yang harus memberikan penyelesaian tentang hal-hal yang boleh disepakati. Sehingga tolak ukur menemukan menentukan apakah suatu pemutusan hubungan kerja melawan hukum Tetapi pengalaman sehari-hari membuktikan bahwa pemutusan hubungan kerja tidak dapat dicegah seluruhnya. Oleh karena itu, Undang-Undang Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 bab XII Pasal 150 sampai dengan Pasal 172, mengatuar alasan-alasan yang dapat mengakibatkan terjadinya pemutusan hubungan kerja. 66 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 2 Tahun 2004, tentang Perselisihan Hubungan Industrial, Pasal 1 angka 4 dan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan, Pasal 78 ayat 2 67 Lihat Republik Indonesia, Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 25 Universitas Sumatera Utara atau tidak ialah dengan menilai prosedur tata cara dan atau alasan yang digunakan dalam pemutusan hubungan kerja. 68 5. Peselisihan Antara Serikat PekerjaSerikat Buruh Perselisihan antara serikat pekerjaserikat buruh adalah, perselisihan antar serikat pekerjaserikat buruh dengan serikat pekerjaserikat buruh lainnya dalam suatu perusahaan saja, karena tidak adanya persesuaian pemahan mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak dan kewajiban antara pekerja dengan serikat pekerjaserikat buruh. 69 Belum adanya peraturan yang secara khusus mengatur pelaksanaan hak berserikat bagi pekerjaburuh, mengakibatkan serikat pekerjaserikat buruh belum dapat melaksanakan fungsinya secara maksimal. Namun seiring perkembangan, pemerintah juga melakukan langkah positif dengan memperbaharui dan memperbaiki seluruh sistem hukum yang terkait. Salah satunya ialah mengenai serikat pekerjaserikat buruh, hal ini dibuktikan melalui berbagai bentuk dan ragam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia. Hak untuk berorganisasi bagi pekerjaburuh ini kemudian diatur oleh Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat 68 H. Rajagukguk, Perlindungan Terhadap Pemutusan Hubungan Kerja, Suatu Tinjauan dari Sudut Sejarah Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 1993, hal. 63-70 69 Bandingkan juga Republik Indonesia, Undang-Undang No. 2 Tahun 2004, tentang Penyelesaian Hubungan Industrial, Pasal 1 angka 5 dan Undang-Undang No. 21 Tahun 2000, tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh, Pasal 1 angka 9. Masing-masing Undang-Undang tersebut memberikan pengertian perselisihan antara serikat pekerjaserikat buruh. Universitas Sumatera Utara PekerjaSerikat Buruh, yang pada awalnya merupakan hasil ratifikasi atas Undang- Undang No. 18 Tahun 1956 tentang Pelaksanaan Berorganisasi. Ratifikasi dimaksud dilakukan oleh pemerintah melalui Keputusan Presiden dan Konvensi ILO International Labour Organization No. 98 Tahun 1949, yang mengubah Konvensi ILO sebelumnya No. 87 Tahun 1948 tentang Hak Berorganisasi dan Berunding Bersama. Konvensi ILO dimaksud pada dasarnya hanya menjamin hak berserikat pegawai negeri sipil, tetapi karena fungsinya sebagai pelayan masyarakat pelaksanaan hak itu diatur tersendiri. Sehingga hasil ratifikasi tersebut sampai sekarang telah menjadi bagian dari Peraturan Perundang-Undangan Nasional di Indonesia. Sejak diundangkannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh, bahwa pekerja berhak untuk membentuk dan menjadi anggota serikat pekerjaserikat buruh dan serikat pekerja dapat dibentuk oleh sekurang- kurangnya 10 sepuluh orang pekerjaburuh. 70 Dengan adanya ketentuan tersebut maka didalam suatu perusahaan dapat terbentuk lebih dari 1satu serikat pekerjaserikat buruh. Sementara mengenai hak serikat pekerjaserikat buruh yang telah mempunyai Nomor bukti pencatatan wajib melaksanakan ketetuan sebagai berikut : 71 70 Lihat Republik Indonesia, Undang-Undang No. 21 Tahun 2000, tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh, Pasal 5 71 Lihat Republik Indonesia, Undang-Undang No. 21 Tahun 2000, tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh, Pasal 25 Universitas Sumatera Utara a. Membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha ; b. Mewakili pekerjaburuh dalam menyelesaikan perselisihan industrial c. Mewakili pekerjaburuh dalam lembaga ketenagakerjaan ; d. Membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesejahteraan pekerjaburuh ; dan e. Melakukakan kewajiban lainnya dibidang ketenga kerijaan yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dapat terbentuknya lebih dari 1 satu serikat pekerjaserikat buruh di perusahaan maka dalam melaksanakan hak dan kewajiban tersebut, serta bahkan mengenai keanggotaan, adakalanya timbulnya perselisihan di antara serikat pekerjaserikat buruh sulit dihindari dan mekanisme penyelesaian perselisihan antara serikat pekerjaserikat buruh melalui peraturan perundang-undangan. Disisi lain kewajiban serikat pekerjaserikat buruh yang telah mempunyai Nomor bukti pencatataan, juga wajib : 72 1. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan memperjuangkan kepentingan anggotanya ; 2. Memperjuangkan peningkatan kesejahtgraan anggota dan keluaganya ; dan 3. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggota sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Walaupun keberadaan serikat pekerjaserikat buruh telah dilindungi oleh Pasal 28, yang kemudian dipertegas kembali oleh Pasal 43 Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh, yang menyebutkan bahwa siapa saja 72 Lihat Republik Indonesia, Undang-Undang No. 21 Tahun 2000, tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh, Pasal 50. Universitas Sumatera Utara yang melanggar Pasal 28 dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 satu Tahun dan paling lama 5 lima Tahun danatau denda. 73 Mengingat pembahasan sebelumnya, bahwa dalam hal ini profesi pekerjaburuh dalam suatu perusahaan merupakan salah satu penentu dari perkembangan laju perusahaan. Hal mana dibuktikan melalui proses produksi untuk menghasilkan barang maupun jasa diperusahaan. Dengan demikian timbulnya perselisihan diantara mereka dapat membawa dampak terhadap perusahaan. Bukan saja perusahaan, hal ini juga berpengaruh kepada kondisi iklim usaha dan investasi yang akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi. 73 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 21 Tahun 2000, tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh ; Pasal 28 tersebut ialah : “Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja buruh untuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi anggota danatau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerjaserikat buruh dengan cara” : a. melakukan pemutusan hubungan kerja, mengehentikan sementara, menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi ; b. tidak mernbayar atau mengurangi upah pekerjaburuh ; c. melakukan intimidasi dalam bentuk apapun ; dan d. melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerjaserikat bur uh. Selanjutnya Pasal 43 menyebutkan bahwa : “ayat 1 barang siapa yang menghalang- halangi atau memaksa pekerjaburuh sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 5 1ima tahun danatau denda paling sedikit Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah dan paling banyak Rp.500.000.000,- lima ratus juta rupiah” ; “ayat 2 Tindakan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 merupakan tindak pidana kejahatan.” Universitas Sumatera Utara

BAB III KAITAN ANTARA PERATURAN PERSELISIHAN HUBUNGAN

Dokumen yang terkait

Penyelesaian Perselisihan Antara Pekerja dengan Pengusaha di Luar Pengadilan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

1 45 149

ASAS NETRALITAS MEDIASI HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

0 4 17

Studi Kasus Putusan Hakim terhadap Hak Pekerja dalam Sengketa Hubungan Industrial Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan jo. Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Atas Perkara No.

0 0 14

Undang Undang No 2 Tahun 2004 Tentang Peradilan Hubungan Industrial

0 0 62

MEKANISME PENYELESAIAN PERKARA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI KLAS IA SAMARINDA

0 0 23

BAB II PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN HUBUNGAN INDUSTRIAL D. Pengertian Hubungan Industrial Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Hubunga

0 2 16

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Yuridis Penerapan Undang-Undang No.2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Mendukung Iklim Usaha dan Investasi

0 5 29

ANALISIS YURIDIS PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DALAM MENDUKUNG IKLIM USAHA DAN INVESTASI TESIS

0 0 14

Alternatif Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dan Konsekuensi Hukumnya Dalam Kerangka Undang-Undang No.2 Tahun 2004 Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 230

ANALISIS HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN DI KOTA PANGKALPINANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

0 0 12