Pengertian Hubungan Industrial Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2

BAB II PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN

INDUSTRIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

D. Pengertian Hubungan Industrial Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Hubungan Industrial Sejak dahulu sampai sekarang masih ditemukan konflik atau perselisihan antara pekerjaburuh dengan pengusaha. Hal ini merupakan bagian dari dinamika suatu hubungan kerja. Perselisihan diantara mereka ini tidak jarang diwarnai dengan tindakan-tindakan kekerasan dari pihak pengusaha maupun tindakan-tindakan anarkhisme dari pihak pekerjaburuh. Kepercayaan trust merupakan sebuah “modal sosial” social capital yang memungkinkan kegiatan sosial-ekonomi berjalan dengan baik. Jika interaksi antara individu atau kelompok dalam suatu masyarakat diwarnai konflik, atau potensi konflik, maka masyarakat tersebut dikatakan kekurangan modal sosial. 48 Pemerintah dalam banyak hal sering membuat kebijakan yang kurang memberikan perlindungan maupun jaminan hukum bagi pekerjaburuh. Ada kalanya peraturan-peraturan perundang-undangan yang merupakan produk kebijakan pemerintah kurang memberikan perlindungan maupun jaminan hukum bagi pekerjaburuh. Bahkan lebih tidak rasional lagi ketika dalam suatu peraturan 48 Masrana Saman, In Search Of A Better Industrial Relation System For Indonesian, APINDO, 2009, hal 12. Universitas Sumatera Utara perundang-undangan buruhpekerja ditempatkan pada posisi pihak yang harus dikalahkan. Pemerintah dan masyarakat akan selalu mengamati dan juga menginginkan keadilan, keadilan dapat diterima masyarakat apabila penegak hukum secara benar melaksanakan Undang-Undang dan peraturan yang ada, karena dimata hukum semua diperlakukan sama tanpa membedakan satu sama lain tidak terkecuali pekerjaburuh ataupun pengusaha. Salah satu hak asasi manusia adalah bekerja 49 , karena bekerja bagi tenaga kerja 50 Makna lain dari pekerjaan adalah untuk menghasilkan barang atau jasa guna memuaskan kebutuhan individual bagi masing-masing masyarakat tersebut. Sedangkan dari segi spritual, merupakan hak dan kewajiban manusia dalam memuliakan dan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa. mempunyai makna sedemikian penting bagi kehidupannya. Makna bekerja bagi pekerjaburuh dapat ditinjau dari segi perorangan sebagai gerak daripada badan dan pikiran setiap orang guna memelihara kelangsungan hidup badani maupun rohani. 51 Tenaga kerja dalam menghasilkan barang ataujasa dalam hal pekerjaannya sebagaimana dimaksud, dapat melakukan secara individual sendiri maupun 49 Lihat UUD 1945, Pasal 28 D ayat 2, yakni Setiap Orang Berhak Untuk Bekerja Serta Mendapatkan Imbalan yang Adil dan Layak dalam Hubungan Kerja. 50 Lihat, Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 1, yakni Tenaga Kerja adalah Setiap Orang yang Mampu Melakukan Pekerjaan Guna Menghasilkan Barang danatau Jasa Baik Untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri Maupun Untuk Masyarakat. 51 Lihat, Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Ketentuan Mengenai Ketenagakerjaan, Tambahan Lembaran Negara No. 2912. Universitas Sumatera Utara grouping of work pengelompokan pekerja yang terikat oleh “hubungan kerja”. 52 Dalam menghasilkan barang ataujasa antara pekerja dengan pengusaha, dijumpai pula mengenai ketentuan hak dan kewajiban antara kedua belah pihak, halmana dapat dilihat dalam ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan dan yang secara khusus diatur pula dalam “perjanjian kerja” 53 , “peraturan perusahaan” 54 ataupun “perjanjian kerja bersama” 55 Permasalahanperselisihan dimaksud acapkali disebut dengan istilah “perselisihan hubungan industrial” yang ada di masing-masing perusahaan. Namun dalam pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut, tidaklah dapat terleapas dari yang namanya permasalahanperselisihan. 56 52 Lihat, Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 15, yakni yang dimaksud dengan Hubungan Kerja adalah Hubungan Antara Pengusaha Dengan PekerjaBuruh Berdasarkan Perjanjian Kerja yang Mempunyai Unsur Pekerjaan, Upah dan Perintah. 53 Lihat, Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 14, yakni yang dimaksud dengan Perjanjian Kerja adalah Perjanjian Antara PekerjaBuruh Dengan Pengusaha Atau Pemberi Kerja yang Memuat Syarat-Syarat Kerja, Hak dan Kewajiban Para Pihak. 54 Lihat, Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 20, yakni yang dimaksud dengan Peraturan Perusahaan adalah Peraturan yang Dibuat Secara Tertulis Oleh Pengusaha yang Memuat Syarat-Syarat Kerja Dan Tata Tertib Perusahaan 55 Lihat, Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 21, yakni yang dimaksud dengan Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang Merupakan Hasil Perundingan Antara Serikat PekerjaSerikat Buruh Atau Beberapa Serikat PekerjaSerikat Buruh yang Tercatat Pada Instansi yang Bertanggungjawab Dibidang Ketenagakerjaan Dengan Pengusaha Atau Beberapa Pengusaha Atau Perkumpulan Pengusaha yang Memuat Syarat-Syarat Kerja, Hak dan Kewajiban Kedua Belah Pihak. 56 Lihat, Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 22, yakni yang dimaksud dengan Perselisihan Hubungan Industrial adalah Perbedaan Pendapat yang Mengakibatkan Pertentangan Antara Pengusaha atau Gabungan Pengusaha Dengan PekerjaBuruh atau Serikat PekerjaSerikat Buruh Karena Adanya Perselisihan Mengenai Hak, Perselisihan Kepentingan dan Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja Serta Perselisihan Antara Serikat PekerjaSerikat Buruh Dalam Suatu Perusahaan. antara pekerja dengan pengusaha yang sulit untuk dihindari. Perselisihan Hubungan Industrial di Indonesia pertama sekali diatur Universitas Sumatera Utara dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1959 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, kemudian diubah menjadi Undang-Undang 12 Tahun 1964 dan terakhir dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial UU-PPHI, yang pada Tanggal 14 Januari 2004 diundangkan oleh Presiden Republik Indonesia. Hubungan industrial sabagai suatu sistem hubungan antara para pelaku dalam proses produksi barang atau jasa yang meliputi pengusaha, pekerja dan pemerintah, unsur-unsur atau aspek hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja termasuk : 57 1. para pekerja, pengusaha, pemerintah. 2. kerjasama manajemen dengan karyawan 3. perundingan bersama, perjanjian kerja, kesepakatan kerja bersama dan peraturan perusahaan. 4. kesejahteraan, upah, jaminan sosial, pensiun, keselamatan, kesehatan kerja, koperasi, dan pelatihan kerja. 5. perselisihan industrial, arbitrasi, mediasi, mogok kerja, penutupan perusahaan, dan pemutusan hubungan kerja. Permasalahan hubungan industrial dilandasi dan dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, yaitu hubungan industrial yang didasarkan atas nilai-nilai yang merupakan manifestasi dari keseluruhan sila-sila Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan 57 Lihat Republik Indonesia, Undang-Undang 2 Tahun 2004, tentang Perselisihan Hubungan Industrial. Universitas Sumatera Utara tumbuh serta berkembang diatas kepribadian bangsa dan kebudayaan nasional Indonesia. Unsur-unsur Hubungan Industrial Pancasila HIP sama dengan hubungan industlial pada umumnya, namun segala sesuatu dilandasi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. 58 a. pengusah dengan pekerja; Dengan memahami unsur-unsur ini, kita dapat memahami arti peranan dan pentingnya hubungan industrial. Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerjaburuh atau serikat pekerjaburuh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan mengenai kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerjaburuh dalam suatu perusahaan. Menurut pengertian Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, bahwa pihak yang berselisih adalah : b. pengusaha dengan serikat pekerjaserikat buruh; c. gabungan pengusaha dengan pekerja; dan d. gabungan pengusaha dengan serikat pekerjaserikat buruh. Sesuai Pasal 126 Undang-Undang ini, maka mulai berlakulah secara efektif 1 satu tahun setelah diundangkan yakni tanggal 14 Januari 2005. Kemudian atas 58 Lihat Republik Indonesia, Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 22 dan Undang-Undang No. 2 Tahun 2004, tentang Perselisihan Hubungan Industrial, Pasal 1 angka 1. Universitas Sumatera Utara pertimbangan Undang-Undang tersebut memerlukan pemahaman dan berbagai kesiapan sarana, prasarana, dan sumber daya manusia, baik dilingkungan pemerintah maupun di lembaga peradilan. 59 59 Republik Indonesia Konsideran Perpu Nomor 1 Tahun 2005 tentang penangguhan mulai berlakunya Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Hubungan Industrial, Perihal Menimbang huruf b. Peraturan terhadap penyelesaian hubungan industrial atau Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004, sejak diundangkan, maka sifat keberadaan hukumnya hanya melengkapi 2 dua Undang-Undang yang telah lahir sebelumnya yaitu Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaBuruh yang telah diundangkan pada Tanggal 4 Agustus Tahun 2000 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang telah diundangkan pada Tanggal 23 Maret 2003. Sejak diberlaukannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, maka terjadi perubahan sistem yang mendasar dibandingkan dengan prosedur penyelesaian perburuhan dalam Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1959 dan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1964 sistem lama, dimana menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1964 penyelesaian perselisihan dilakukan melalui lembaga eksekutif yakni Panitia Penyelesaian Perburuhan DaerahPusat P4DP4P, sedangkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 menyebutkan penyelesaian perselisihan dilakukan melalui sarana lembaga yudikatif yakni melalui Pengadilan Hubungan Industrial. Universitas Sumatera Utara

E. Beberapa Hal yang Termasuk Dalam Objek Perselisihan Hubungan

Dokumen yang terkait

Penyelesaian Perselisihan Antara Pekerja dengan Pengusaha di Luar Pengadilan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

1 45 149

ASAS NETRALITAS MEDIASI HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

0 4 17

Studi Kasus Putusan Hakim terhadap Hak Pekerja dalam Sengketa Hubungan Industrial Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan jo. Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Atas Perkara No.

0 0 14

Undang Undang No 2 Tahun 2004 Tentang Peradilan Hubungan Industrial

0 0 62

MEKANISME PENYELESAIAN PERKARA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI KLAS IA SAMARINDA

0 0 23

BAB II PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN HUBUNGAN INDUSTRIAL D. Pengertian Hubungan Industrial Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Hubunga

0 2 16

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Yuridis Penerapan Undang-Undang No.2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Mendukung Iklim Usaha dan Investasi

0 5 29

ANALISIS YURIDIS PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DALAM MENDUKUNG IKLIM USAHA DAN INVESTASI TESIS

0 0 14

Alternatif Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dan Konsekuensi Hukumnya Dalam Kerangka Undang-Undang No.2 Tahun 2004 Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 230

ANALISIS HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN DI KOTA PANGKALPINANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

0 0 12