BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker atau karsinoma adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan bersifat ganas maligne. Suatu kelompok sel dengan mendadak menjadi liar
dan memperbanyak diri secara pesat dan terus-menerus proliferasi. Akibatnya adalah pembengkakan atau benjolan yang disebut tumor atau neoplasma. Sel-sel
kanker ini menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan memusnahkannya. Tumor primer setempat itu sering kali menyebarkan sel-selnya melalui saluran darah dan limfe
ke tempat lain di tubuh metastase, untuk selanjutnya berkembang menjadi tumor
sekunder Tjay, Rahardja, 2007. Dinegara yang telah maju dan telah berhasil membasmi penyakit infeksi, kanker merupakan penyebab utama kematian kedua
setelah penyakit kardiovaskular. Di Amerika Serikat kanker merupakan penyebab utama kematian pada wanita antara 30 – 54 tahun dan anak-anak antara 3-14
tahun Ganiswara, 2003. Kanker dapat tumbuh disemua jaringan tubuh, seperti sel kulit, sel hati, sel
darah, sel otak, sel lambung, sel usus, sel paru, dan berbagai macam sel tubuh lainnya. Oleh karena itu, dikenal bermacam-macam jenis kanker menurut sel atau
jaringan asalnya Diananda, 2007. Retinoblastoma adalah kanker pada anak-anak yang timbul pada retina mata
dan jarang pada kelenjar pineal. Insiden terjadinya retinoblastoma selama periode 1975-1995 terjadi pada sekitar 3,8 juta orang. Terhitung 11 kanker
retinoblastoma terjadi pada anak pada umur tahun pertama, tetapi hanya 3 kanker ini berkembang pada anak yang lebih muda umurnya dibandingkan pada
anak dengan umur 15 tahun . Di Amerika, tiap tahunnya sekitar 300 anak dan remaja yang didiagnosa
retinoblastoma dengan umur lebih muda dari 20 tahun. Mayoritas dari kasus retinoblastoma tejadi pada anak-anak muda, dengan hampir dua pertiga 63
diantara semua retinoblastomas terjadi sebelum umur 2 tahun dan 95 terjadi sebelum 5 tahun NCI, 2000.
Terapi kanker dapat dilakukan dengan cara operasi, kemoterapi, radioterapi dan kombinasinya. Efek samping yang berat sering timbul pada pasien pasca
kemoterapi, sering kali tidak dapat ditoleransi oleh pasien, dan bahkan menimbulkan kematian. Efek samping frekuensi terbesar adalah gangguan mual
dan muntah. Gangguan ini bervariasi tingkatannya dari yang ringan sampai pada kematian akibat dehidrasi dan kekurangan zat makanan Suhadi, 2005.
Pada anak-anak penderita kanker, obat-obat kemoterapi menyebabkan sel- sel di usus melepaskan serotonin yang kemudian sensasi ini diteruskan dan
mengaktivasi pusat muntah di otak, yaitu medula oblongata. Akhir dari proses yang kompleks ini ditandai dengan ilorus yang mengalami relaksasi, yang
memungkinkan isi duodenum dan proksimal yeyunum bergerak menuju lambung akibat gerakan peristaltik yang kuat untuk kemudian terjadi regurgitasi isi
lambung melalui esofagus dan faring. Sebelum menentukan obat anti muntah yang digunakan, penting untuk
megetahui obat kemoterapi yang digunakan termasuk dalam kelompok yang mana menurut kemampuannya dalam menimbulkan muntah bersifat emetogenik,
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu ringan, sedang dan berat. Disebut ringan bila kurang dari 10 pasien yang endapat obat kemoterapi tertentu mengalami
muntah; Sedang, bila 50 pasien yang mendapat obat kemoterapi tertentu mengalami muntah; dan berat bila semua pasien yang mendapat obat kemoterapi
tertentu mengalami muntah. Penatalaksanaan mual dan muntah yang tidak tepat dapat menghambat
proses kemoterapi ini; menurunkan tingkat kesembuhan kanker, serta menimbulkan mual dan muntah tipe antisipatori yang berat Tehuteru, 2007.
Kejadian mual dan muntah sangat bervariasi pada kasus kemoterapi sehingga peran farmasis sangat dibutuhkan dalam penatalaksanaan gangguan ini
untuk terwujudnya terapi yang rasional appropiate, effective, safe convenient serta meningkatkan kualitas dan umur harapan hidup pasien kanker Suhadi,
2005. Retinoblastoma merupakan kanker pada anak dengan insiden tertinggi kedua
di Rumah Sakit Kanker ”Dharmais” setelah leukimia. Berdasarkan perihal diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang efektifitas obat anti muntah pada pasien
anak dengan retinoblastoma yang menerima kemoterapi. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana obat-obatan tersebut dapat
mentolerir efek samping terbesar dari kemoterapi pada pasien ini.
1.2.Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah efektifitas obat anti muntah paska kemoterapi yang diberikan terhadap anak dengan retinoblastoma ?
2. Apakah obat anti muntah yang diberikan tersebut sesuai dengan tingkatan obat kemoterapi yang diberikan ?
3. Apakah dosis obat anti muntah yang diberikan sudah sesuai untuk mengatasi muntah sebagai efek samping paska kemoterapi ?
1.3. Tujuan Penelitian