Kinerja Keuangan Daerah Definisi dan Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD berdasarkan Laporan Keuangan SKPD serta Laporan Keuangan Bendahara Umum Daerah BUD. Laporan Keuangan tersebut disampaikan kepada BupatiWalikota untuk memenuhi pertangungjawaban pelaksanaan APBD. Laporan keuangan pemerintah daerah juga dilampiri dengan ikhtisar laporan keuangan perusahaan daerah yang disusun oleh BupatiWalikota selaku wakil pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan pemerintah daerah yang dipisahkan. BupatiWalikota memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan pemerintah darah berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan BPK serta koreksi lain berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah SAP. Berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit BPK, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun rancangan peraturan daerah tentang pertanggung-jawaban pelaksanaan APBD. Raperda tersebut disampaikan oleh BupatiWalikota kepada DPRD selambat-lambatnya 6 enam bulan setelah tahun anggaran berakhir. Raperda yang telah disetujui bersama dengan DPRD, untuk tingkat pemerintah kabupatenkota disampaikan kepada gubernur.

3. Kinerja Keuangan Daerah

a. Kinerja Keuangan Daerah

Tahap setelah operasionalisasi anggaran adalah pengukuran kinerja untuk menilai prestasi kepala satuan kerja dan unit organisasi yang dipimpinnya. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan Universitas Sumatera Utara kepala satuan kerja dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas bukan sekadar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien , dan efektif.

b. Definisi dan Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Bastian 2001 : 329 menjelaskan “kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatanprogramkebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang teruang dalam perumusan skema strategis suatu organisasi”. Definsi yang dirumuskan oleh beberapa peneliti mengenai pengukuran kinerja cukup beragam, namun tetap bermuara pada satu kesepakatan bahwa dengan mengukur kinerja maka proses pertanggungjawaban pengelolaan atas segala kegiatannya kepada stakeholders dapat menjadi lebih objektif. Sistem pengukuran kinerja dapat membantu pengeloala dalam memonitor implementasi strategi organisasi dengan cara membandingkan antara hasil output aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Dengan kata lain, pengukuran kinerja merupakan suatu metoda untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sistem pengukuran kinerja yang baik juga akan membantu bagi pegawai untuk menunjukkan kepada publik dan pengambil kebijakan bahwa jasa publik telah diselenggarakan secara baik, sehingga pada akhirnya akan membentuk kepercayaan publik. Universitas Sumatera Utara Secara spesifik tujuan pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan. Dengan: 4. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah; 5. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah; 6. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi; 7. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya; 8. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya; 9. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan; 10. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya. Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah dituangkan dalam APBD yang langsung maupun tidak langsung mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pelaksanaan tugas-tugas pemerintah, pembangunan dan pelayanan sosial masyarakat. Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan Universitas Sumatera Utara laporan pertanggung jawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Salah satu cara untuk menilai kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Hasil rasio keuangan ini selanjutnya akan digunakan untuk tolok ukur dalam: 1. mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah. 2. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan pendapatan daerahnya. 3. Menilai kemandirian keuangan pemerintah daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah. 4. Menilai kemampuan pemerintah daerah dalam kemampuannya untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang. Penggunaan analisa rasio terhadap laporan keuangan pemerintah daerah belum banyak dilakukan, sehingga secara teori belum ada kesepakatan secara bulat mengenai nama dan kaidah pengukurannya. Meskipun demikian, dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel, analisa rasio terhadap APBD perlu dilakukan meskipun kaidah pengakuntansian dalam APBD berbeda dengan laporan keuangan lembaga perusahaan yang bersifat komersil. Analisa rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaiman kecenderungan yang terjadi. Universitas Sumatera Utara Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan rasio keuangan yang dimiliki suatu pemerintah daerah tertentu dengan rasio keuangan yang dimiliki daerah lain terdekat ataupun yang potensi daerahnya relative sama untuk dilihat bagaimana posisi rasio keuangan pemerintah daerah tersebut terhadap pemerintah daerah lainnya. Dalam penerapan rasio keuangan, pemerintah harus melakukan beberapa analisis rasio yang berguna untuk menilai bagaimana prospek, perkembangan dan kesehatan keuangan pemerintah daerah. Beberapa perbandingan pos-pos laporan keuangan pemerintah daerah, khususnya APBD, adalah sebagai berikut: 1. Dari format laporan realisasi APBD, terdapat dua perhitungan, yaitu: a. Perbandingan realisasi terhadap anggarannya. b. Perbandingan realisasi tahun ini terhadap realisasi tahun sebelumnya. 2. Dari data APBD terdapat empat perhitungan perbandingan, yaitu: a. Kemandirian Keuangan Daerah. b. Efektifitas Pendapatan Asli Daerah. c. Efisiensi Pendapatan Asli Daerah. d. Keserasian Belanja. 3. Dari adaptasi terhadap rasio keuangan sektor bisnis, terdapat tiga perhitungan perbandingan, yaitu yang merupakan rasio analisis aset: a. Likuiditas. b. Solvabilitas. c. Leverage. Universitas Sumatera Utara Faktor kemampuan sumber daya aparatur pemerintah terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan ability knowladge + skill, sedangkan faktor motivasi terbentuk dari sikap attitude sumber daya aparatur pemerintah dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan sumber daya aparatur pemerintah dengan terarah untuk mencapai tujuan pemerintah, yaitu good governance. Menurut Mardiasmo 2002:121 “Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial”. Dalam penelitian ini, istilah yang penulis maksudkan dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan belanja daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Bentuk kinerja tersebut berupa rasio keuangan yang terbentuk dari unsur Laporan Pertangggungjawaban Kepala Daerah berupa Perhitungan APBD. Pengukuran kinerja yang digunakan secara umum oleh perusahaan yang berorientasi pada pencapaian laba antara lain melalui penetapan rasio keuangan. Rasio yang dimaksud dalam laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya. Suatu rasio tersebut diperbandingkan dengan perusahaan lainnya yang sejenis, sehingga adanya perbandingan ini maka perusahaan tersebut dapat mengevaluasi situasi perusahaan dan kinerjanya. Universitas Sumatera Utara

c. Parameter Rasio Keuangan Pemerintah Daerah

Dokumen yang terkait

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ( Studi kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Fakfak )

8 37 18

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2004-2006.

0 0 11

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN ANGGARAN 2004-2008 Analsisi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri Tahun Anggaran 2004-2008.

0 0 15

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus pada PEMDA Grobogan periode 2006-2008).

0 3 8

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN ANGGARAN 2003-2006 ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN ANGGARAN 2003-2006.

0 1 10

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali Apbd 2008-2010.

0 1 14

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali Apbd 2008-2010.

0 2 21

ANALISIS REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH SESUAI DENGAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 4 TAHUN 2008 (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN).

0 0 6

ANALISIS APARATUR PEMERINTAH DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO)

0 0 18

ANALISIS APARATUR PEMERINTAH DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO) - Eprints UPN "Veteran" Yogyakarta

0 0 16