7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan
Keuangan Daerah
Sejak otonomi daerah mulai diberlakukan di Indonesia maka sejak saat itu hingga kini telah banyak peraturan serta perundang-undangan yang dibuat.
Peraturan tersebut mulai dari undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, serta peraturan menteri. Kesemuanya dibuat agar pelaksanaan otonomi
dapat berjalan dengan baik. Seperti diketahui, hal yang paling penting dari adanya otonomi daerah ini adalah pada bidang keuangan. Bidang keuangan merupakan
kunci dari penentu berhasil atau tidaknya otonomi daerah ditetapkan di daerah- daerah di Indonesia.
Era pra-otonomi daerah merupakan pelaksanaan otonomi ala Orde Baru mulai tahun 1975 sampai dengan 1999. Era transisi ekonomi adalah masa antara
tahun 1999 hingga 2004, dan era pasca transisi adalah masa setelah diberlakukannya Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Undang-undang Nomor 1 tahun 2004, Undang-undang Nomor 15 tahun 2004, serta Undang-undang Nomor 32 dan 33 tahun 2004.
Perubahan Undang-undang Nomor 22 dan 25 tahun 1999 menjadi Undang-undang Nomor 32 dan 33 tahun 2004 menimbulkan implikasi perlunya
dilakukan revisi peraturan perundang-undangan dibawahnya terkait dengan pengelolaan keuangan daerah, seperti PP Nomor 105, PP Nomor 108, dan
Universitas Sumatera Utara
Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002. Sementara itu, pada tahun 2005 pemerintah mengeluarkan PP Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
SAP. Pada dasarnya PP Nomor 24 Tahun 2005 mengatur tentang standar akuntansi, sedangkan Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002 lebih banyak mengatur
tentang sistem akuntansi pemerintah daerah. Pemerintah mengeluarkan PP Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai pengganti dari PP Nomor 105 tahun 2000
dan Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002. PP Nomor 58 tahun 2005 merupakan pengganti dari PP Nomor 105 tahun 2000 tentang pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah yang selama ini dijadikan sebagai landasan hukum dalam penyusunan APBD, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggung
jawaban keuangan daerah. Substansi materi kedua peraturan pemerintah tersebut adalah memiliki persamaan yang sangat mendasar khususnya landasan filosofis
yang mengedepankan prinsip efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas. Sedangkan perbedaan, dalam pengaturan yang baru dilandasi pemikiran yang
lebih mempertegas dan menjelaskan pengelolaan keuangan daerah, sistem dan prosedur serta kebijakan lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dibidang
penatausahaan, akuntansi, pelaporan dan pertanggung jawaban keuangan daerah. Tujuan dikeluarkannya PP Nomor 58 tahun 2005 dan Permendagri Nomor
13 tahun 2006 adalah agar pemerintah daerah dapat menyusun laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi Pemerintah SAP yaitu PP Nomor 24 tahun 2005 yang
merupakan panduan atau pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyajikan
Universitas Sumatera Utara
keuangan yang standar, bagaimana perlakuan akuntansi, serta kebijakan akuntansi. Khusus untuk Pemerintah Aceh mengenai regulasi tentang keuangan
daerah telah diatur dalam Qanun Nomor 7 tahun 2002 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan. Dalam qanun ini dikatakan bahwa Kepala Daerah