Keaslian Penulisan Kerangka Teori dan Konsepsi 1.

1. Secara Teoritis Diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan, khususnya ilmu hukum acara pidana dan hukum yang terkait dalam penyidikan dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini ditujukan kepada kalangan praktisi seperti Advokat dan penegak hukum khususnya petugas penyidikan yang ada dikepolisian dan juga masyarakat dalam hal ini para keluarga korban narkoba, agar dapat lebih mengetahui dan memahami tentang penyidikan yang dilakukan oleh aparat kepolisian dalam membantu penyelesaian penyalahgunaan narkoba.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai masalah terhadap peranan penyidik POLRI dalam penyelesaian penyalahgunaan narkoba di Sumatera Utara belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama. Jadi penelitian ini dapat disebut asli sesuai dengan asas- asas keilmuan yaitu jujur, rasional, dan objektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang sama, maka peneliti melakukan pengumpulan data tentang ‘peranan penyidik dalam Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 membantu penyelesaian penyalahgunaan narkoba’, dan juga pemeriksaan terhadap hasil-hasil penelitian yang ada mengenai hal-hal di atas, ternyata penelitian ini belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama oleh peneliti lainnya baik di longkungan Universitas Sumatera Utara maupun Perguruan Tinggi Lainnya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1.

Kerangka Teori Untuk mengetahui tentang peranan penyidik POLRI dalam penyelesaian penyalahgunaan narkoba di Sumatera Utara didasarkan kepada teori yang saling berkaitan, artinya teori yang belakangan merupakan reaksi atau perbaikan dari teori sebelumnya. Peranan penegak hukum dalam arti fungsi dan maknanya merupakan bagian dari konsep struktur hukum. Ada 4 empat fungsi sistem hukum menurut friedman, yaitu: 12 1. Fungsi kontrol sosial social control. Menurut Donald Black bahwa semua hukum adalah berfungsi sebagai kontrol sosial dari pemerintah. 2. Berfungsi sebagai cara penyelesaian sengketa dispute stlement dan konflik conflict. Penyelesaian sengketa ini biasanya untuk penyelesaian yang sifatnya berbentuk pertentangan lokal berskala kecil micro. Sebaliknya pertentangan-pertentangan yang bersifat makro dinamakan konflik. 12 Siswanto Sunarso, Penegakan Hukum Psikotropika Dalam Kajian Sosiologi Hukum,Jakarta :PT.Rajagrafindo Persada,2004, hal.69-70 Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 3. Fungsi retribusi atau fungsi rekayasa sosial retribution function and social engineering function. Fungsi ini mengarahkan pada penggunaan hukum untuk mengadakan perubahan sosial yang berencana yang ditentukan oleh pemerintah. 4. Fungsi pemeliharaan sosial social maintenance function. Fungsi ini berguna untuk menegakkan struktur hukum agar tetap berjalan sesuai dengan aturan mainnya rule of the game. Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa fungsi penegakan hukum adalah untuk mengaktualisasikan aturan-aturan hukum agar sesuai dengan yang dicita-citakan oleh hukum itu sendiri, yakni mewujudkan sikap atau tingkah laku manusia sesuai dengan bingkai frame-work yang ditetapkan oleh suatu Undang-undang atau hukum. 13 Criminal justice system di Indonesia dapat dilihat dari berbagai mekanisme dan sistem sebagaimana diatur dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana. Kelembagaan yang termasuk dalam sistem tersebut adalah: Pertama, Penyelidik dan penyidik Kepolisian RI, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian, selaku Pengemban Fungsi Kepolisian, dibantu oleh Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. Kedua, Penuntut adalah Kejaksaan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan, diberikan wewenang tambahan melakukan penyidikan atas tindak pidana 13 Ibid Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 khusus seperti tindak pidana narkotika. Ketiga, Pengadilan yang menurut Undang- Undang tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Hakim, menjadi lembaga yudikatif, terpisah dari lembaga eksekutif, dibantu oleh Panitera dan Staf, yang berstatus Pegawai Negeri Sipil. Keempat, Penahan Lembaga Pemasyarakatan, mengelola Lembaga Pemasyarakatan dalam rangka pemidanaan dan pengelola Rumah Tahanan Rutan dan Rumah Penitipan Barang Sitaan Rupbasan. Keempat institusi ini merupakan jalinan yang harus bekerja dalam sistem guna mewujudkan tujuan pembangunan bidang hukum acara pidana agar mayarakat dapat menghayati hak dan kewajibannya serta tercapai dan ditingkatkannya pembinaan setiap para pelaksana penegak hukum sesuai dengan fungsi dan wewenang masing-masing. Kemudian, guna mantapnya hukum, keaditan dan perlindungan yang merupakan pengayoman terhadap keluhuran harkat dan martabat manusia, ketertiban dan kepastian hukum, maka keempat institusi tersebut harus seiring sejalan dalam proses penegakan hukum. Namun dalam pelaksanaan tak jarang ditemui berbagai penyimpangan terhadap sistem yang selama ini diatur Undang. Criminal Justice System adalah masalah Pelayanan Publik oleh Pemerintah dan dituntut kesadaran untuk penghormatan terhadap hak-hak asasi dan privacy warga negara yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk memperluas cakupan penanganan Criminal justice System seyogyanya, sementara belum ada pengganti acuannya maka dipergunakan terlebih dahulu KUHP yang ada. Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 Bila hal itu dikaitkan dengan pembangunan hukum, maka pendekatannya tidak sekedar pembaharuan aturan-aturan hukum. Pembangunan hukum bertujuan membentuk atau mewujudkan sistem hukum Indonesia yang bersifat nasional legal system. Dalam pembangunan, pembaharuan atau pembinaan sistem hukum Indonesia yang bersifat nasional harus diikuti oleh pembangunan, pembaharuan atau pembinaan substansi dari sistem hukumnya. Substansi dari sistem hukum itulah yang akan menentukan sejauh mana sistem hukum Indonesia yang bersifat nasional mencerminkan Indonesia baru dan mampu melayani kebutuhan Indonesia baru. Dengan demikian dalam pembangunan sistem hukum nasional harus mencakup pembangunan bentuk dan isi dari peraturan perundang-undangan. 14 Bagaimana pembangunan,pembaharuan atau pembinaan bentuk dan isi dari peraturan perundang- undangan inilah yang menjadi substansi dari kebijakan legislatif.Kebijakan legislatif atau kebijakan perundang-undangan adalah kebijakan politik dalam menyusun dan mewujudkan ide-ide para pembuat Undang-Undang legislator dalam bentuk norma- norma baku yang terumus secara eksplisit dalam bentuk peraturan perundang- undangan nasional, dengan berkekuatan sebagai apa yang dikatakan oleh Austin,”The Command of the Sovereign”. 15 14 Bagir Manan, Sistem Peradilan Berwibawa Suatu Pencarian.Yogyakarta:FH UII Prees, 2005.Hal.157-158.Lihat juga pendapat Von Savigny yang dikutip Theo Huijbers.. Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta:Kanisius, 1990, hal.114, Yang menyatakan, hukum adalah pernyataan jiwa bangsa –Volgsgeist- Karena pada dasarnya hukum tidak di buat oleh manusia tetapi tumbuh dalam masyarakat,yang lahir,berkembang, dan lenyap dalam sejarah. Dalam pembentukan hukum perlu pula diperhatikan cita-cita bangsa dan nilai-nilai yang terdapat dalam bangsa tersebut. 15 Oko Setyono dalam Muladi Edt, Hak Asasi Manusia, Hakekat,Konsep Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat. Bandung :PT.Refika Aditama, .2005., Hal.123. Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 Dalam perkembangannya, bidang hukum menunjukkan perubahan yang paradigmatic. Kelemahan hukum alam adalah karena ide atau konsep tentang apa yang disebut hukum bersifat abstrak. Hal ini akan menimbulkan perubahan orientasi berpikir dengan tidak lagi menekankan pada nilai-nilai yang ideal dan abstrak, melainkan lebih mempertimbangkan persoalan yang nyata dalam pergaulan masyarakat. Latar belakang ini yang pada akhirnya melahirkan aliran hukum positif. 16 Hukum positif mengajarkan bahwa hukum positiflah yang mengatur dan berlaku dibangun di atas norma yuridis yang telah ditetapkan oleh otoritas negara yang didalamnya terdapat kecenderungan untuk memisahkan antara kebijaksanaan dengan etika dan mengidentikkan antara keadilan dengan legalitas yang didasarkan pada norma yuridis yang telah ditetapkan oleh otoritas negara yang didalamnya terdapat kecenderungan untuk memisahkan antara kebijaksanaan dengan etika dan mengidentifikasikan antara keadilan dengan legalitas yang didasarkan atas aturan- aturan yang ditetapkan oleh penguasa negara. John Austin menggambarkan hukum sebagai suatu aturan yang ditentukan untuk membimbing makhluk berakal oleh makhluk berakal yang telah memiliki kekuatan untuk mengalahkannya. Oleh karena itu,hukum harus dipisahkan dari keadilan dan sebagai gantinya kebenaran hukum 16 Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, Bandungn:Mandar Maju,1990,hal Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 harus d si dengan hubungan objektif fakta-fakta ini dan hukum-hukum yang me saspersamaan di depan hukum atau Equaliti asas hukum rule of law yang dipakai dalam negara Anglo ingkupi: 2. Equa administrasi negara, pemerintah dapat bertindak baik dalam lapangan pengaturan isandarkan pada ide-ide baik dan buruk yang didasarkan pada ketetapan kekuasaan yang tertinggi. 17 Positivisme adalah aliran yang mulai menemui bentuknya dengan jelas melalui karya Agust Comte 1798-1857 dengan judul Cuorse de Philoshopie positive. Positifisme hanya mengakui fakta-fakta positif dan fenomena-fenomena yang bisa diobserva nentukannya, meninggalkan semua penyelidikan menjadi sebab-sebab atau asal-usul tertinggi. Demikian juga halnya untuk dapat menjawab permasalahan dalam proposal Penelitian kaedah positif terimplikasi kepada bahwa dalam negara manapun semuanya mengakui adanya suatu a before the law, seperti saxon bahwa rule of law mel 1. Supremacy of law lity before the law 3. Constitrution based on human right 18 Secara teoritis, Presiden atau pemerintah memiliki dua kedudukan yaitu sebagai salah satu organ negara dan sebagai administrasi negara. Sebagai organ negara, pemerintah bertindak untuk dan atas nama negara. Sedangkan sebagai 17 J. Austin dalam M. Muslehuddin, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis, Yogyakarta: PT.Tiara Wacana,1991.hal.28 18 Miriam Budiarjo,Dasar-dasar ilmu politik,Jakarta:Gramedia,1999,hal.25. Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 regelen maupun dalam lapangan pelayanan besturen. Penyelenggaraan pemerintah yang dimaksudkan dalam tesis ini adalah penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah sebagai Tugas utama pemerintah adalah member administrasi negara. Bukan sebagai organ negara. 19 Di dalam negara hukum, setiap aspek tindakan pemerintah baik dalam lapangan pengaturan maupun dalam lapangan pelayanan harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan atau berdasarkan legalitas. Artinya pemerintah tidak dapat melakukan tindakan pemerintahan tanpa dasar kewenangan, ketentuan bahwa setiap tindakan pemerintah ini harus didasarkan pada asas legalitas, tidak sepenuhnya dapat diterapkan ketika suatu negara menganut konsepsi welfare state. Seperti halnya Indonesia. Dalam konsepsi walfare state. ikan pelayanan terhadap masyarakat. 20 Secara ilmiah, terdapat perbedaan gerak antara pembuatan Undang-Undang dengan persoalan-persoalan yang berkembang di masyarakat. Pembuatan Undang- Undang berjalan lambat, sementara persoalan kemasyarakatan berjalan dengan pesat.Jika setiap tindakan pemerintah harus selalu berdasarkan Undang-Undang, maka aka banyak persoalan kemasyaakatan yang tidak dapat terlayani secara wajar. Oleh karena itu, dalam konsepsi walfare state, tindakan pemerintah tidak selalu harus berdasarka asas legalitas. Dalam hal-hal tertentu pemerintah dapat melakukan tindakan secara bebas yang didasarkan pada Freies Ermessen, yakni kewenangan 19 Ibid 20 Prajudi,Hukum Administrasi Negara,Jakarta:Ghalia Indonesia,1981.hal.27 Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 yang sah a ada kesepakatan untuk m n sampai terjadi over criminalization. 21 bahwa: untuk turut campur dalam kegiatan sosial guna melaksanakan tugas-tugas penyelenggaraan kepentingan umum. Dalam teori hukum pidana dikenal dalil Ultimum Remedium atau disebut sarana terakhir dalam rangka menentukan perbuatan apa saja yang akan dikriminalisasi dijadikan delik atau perbuatan yang apabila dilakukan akan berhadapan dengan pemidanaan. Sedangkan langkah kriminalisasi sendiri termasuk dalam teori kebijakan kriminal criminal policy, yang salah satu pendapat pakar Peter G Hoefnagels mengartikan sebagai criminal policy is the rational organization of the control of crime by society yang diartikan sebagai upaya rasional dari suatu Negara untuk menanggulangi kejahatan. Dalam kebijakan kriminal tersebut selanjutnya diuraikan bahwa Criminal policy sebagai ascience of responses, science of crime prevention, policy of designating human behavior as a crime dan rational total of the responses to crime. Selain terdapat persyaratan bahwa menentukan perbuatan mana yang akan dikriminalisasi yaitu bahwa perbuatan itu tercela, merugikan dan mendapat pengakuan secara kemasyarakatan bahw engkriminalisasi dan mempertimbangkan cost and beneft principle,tetapi juga harus dipikirkan janga Untuk menghindari over criminalization maka diingatkan beberapa rambu- rambu antara lain 21 Barda Nawawi Arief,Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Alumni,1984,hal.31-32 Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 1. Fungsi Hukum pidana adalah memerangi kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat. 2. Ilmu Hukum pidana dan perundang-undangan hukum pidana harus memperhatikan hasil-hasil penelitian anthropologis dan sosiologis. 3. Pidana merupakan alat yang paling ampuh yang dimiliki Negara untuk memerangi kejahatan namun pidana bukan merupkan satu-satunya alat, sehingga pidana jangan diterapkan terpisah, melainkan selalu dalam kombinasi dengan tindakan-tindakan sosial lainnya, khususnya dalam kombinasi dengan tindakan- tinda riminalisasi agar tetap um Pidana dengan emosional. unakan hukum pidana, apabila kerugian yang ditimbulkan dengan kan preventif. pemikiran dari Von Liszt, Priens, Van Hammel pendiri Internationale Association for Criminology. 22 Berkaitan dengan pemikiran Hoenagles maka ditekankan kembali penting mempertimbangkan berbagai faktor untuk melakukan k menjaga dalil Ultimum remedium dan tidak terjadi over criminalization antara lain: 23 a. Jangan menggunakan Huk b. Jangan menggunakan Hukum Pidana untuk memidana perbuatan yang tidak jelas korban atau kerugiannya. c. Jangan mengg pemidanaan akan lebih besar daripada kerugian oleh tindak pidana yang akan dirumuskan. 22 Ibid. 23 Muladi, Kapita Selecta Hukum Pidana,Semarang:Badan Penerbit Universitas Dipenogoro,1995,Hal.127-129. Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 d. Jangan menggunakan hukum pidana apabila tidak didukung oleh masyarakat secara kuat. e. Jangan menggunakan hukum pidana apabila penggunaannya tidak efektif. f. Hukum pidana dalam hal-hal tertentu harus mempertimbangkan secara khusus skala dipidana atau tidak dapat dipidana suatu perbuatan yang dil prioritas kepentingan pengaturan. g. Hukum pidana sebagai sarana represif harus didayagunakan secara serentak dengan sarana pencegahan. Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka perlu diingat adanya dalil Ultimum Remedium sebagai sarana terakhir yaitu berkaitan dengan masalah bagaimana menentukan dapat akukan dengan sengaja atau dengan kelalaian. Dalam suatu pidato menteri moderman dinyatakan bahwa untuk menentukan perbuatan tersebut di atas harus diingat adanya 2 asas pokok. 24 Asas pokok itu yang pertama ialah, orang yang melanggar hukum ini sebagai syarat mutlak dari teori condition sine qua non. Kedua , bahwa perbuatan itu melanggar hukum dan menurut pengalaman tidak dapat dicegah dengan sarana apapun tentu dengan memperhatikan keadaan masyarakat tertentu. Ancaman pidana harus tetapmerupakan Ultimum remedium. Hal ini tidak berarti bahwa ancaman pidana ditiadakan namun harus selalu mempertimbangkan untung ruginya ancaman pidana itu, dan harus menjaga jangan sampai terjadi obat yang diberikan lebih jahat 24 Muladi dan Barda Nawawi Arief,Teori-Teori dan Kebijakan Hukum Pidana,Bandung:Alumni,1984,hal 149 Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 daripada penyakit.Artinya bahwa untuk mencapai tujuan pemidanaan maka Negara dengan sengaja memberikan pidana dan menambah penderitaan pada pelakuny lam menegakkan hukum pidana akan berlaku yang paling penting adalah akibat yang menimpa masyarakat. Keyakinan bahwa tidak a.Namun dalam hal ini juga ditambahkan bahwa dalam hukum pidana yang lebih modern, selalu diusahakan agar sedapat mungkin mengurangi penderitaan yang ditambahkan dengan sengaja itu. Ultimum remedium juga berarti bahwa hukum pidana mempunyai tujuan yang menyimpang atau dikatakan lebih dari tujuan pada umumnya yang terdiri dari menjaga ketertiban, ketenangan, kesejahteraan dan kedamaian dalam masyarakat tanpa adanya kesengajaan menimbulkan penderitaan. Ternyata hukum pidana tidak dapat menghindari adanya pemberian penderitaan ketika hukum dilanggar dan kemudian harus ditegakkan. Untuk itulah maka harus dipikirkan mendalam bahwa Ultimum remedium diperhatikan, apalagi da hukum acara pidana yang juga berwenang yang luas kepada polisi dan kejaksaan, maka bila tidak dibatasi justru tujuan penegakan hukum itu akan berdampak sangat merugikan kepada pelaku. Ultimum Remedium juga akan bersinggungan langsung dengan tujuan pemidanaan dan antara lain menurut Cesare Beccaria Bonesana 1764 dikatakan ada dua hal yaitu untuk tujuan prevensi khusus dan prevensi umum.tujuan pemidanaan hanyalah supaya sipelanggar tidak merugikan sekali lagi kepada masyarakat dan untuk menakut-nakuti orang lain agar jangan melakukan hal itu.menurut Beccaria Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 mungkin meloloskan diri dari pidana yang seharusnya diterima, begitu pula dengan hilangnya keuntungan yang dihasilkan oleh kejahatan itu. Namun Beccaria mengingatkan sekali lagi bahwa segala kekerasan yang melampaui batas tidak perlu ra republik Indonesia atau pejabat mencari serta mengumpulkan epolisian Negara republik Indonesia yang karena itu berarti kelainan. 25

2. Landasan konsepsional