Hambatan Aparatur Penegak Hukum

a. Peningkatan pelayanan terapi, rehabilitasi dan perlindungan sosial kepada p arakatan kembali resosialisasi terpidana. enyalahgunakorban narkoba dan napza; b. Penyusunan standarisasi pelayanan terapi dan rehabilitasi kepada penyalahgunakorban narkoba; c. Pembangunanpeningkatan sarana dan prasarana pelayanan bidang terapi dan rehabilitasi korban narkoba; d. Peningkatan pendayagunaan peran serta masyarakat dalam rangka pelayanan terapi dan rehabilitasi kepada penyalahgunakorban narkoba.

B. Hambatan Aparatur Penegak Hukum

Aparatur penegak hukum menncakup pengertian mengenai institusi penegak hukum dan aparat orangnya penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang terlibat tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa hakim dan petugas-petugas sipir pemasyarakatan. Setiap aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan tugas atau perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya pemasy Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat 3 elemen penting yang mempengaruhi, yaitu: i institusi penegak hukum beserta berbagai Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 perangkat sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya; ii budaya kerja ytang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya, dan iii perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupun yang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materilnya maupun hukum acaranya. Upaya penegakan hukum secara sistematik haruslah memperhatikan ketiga aspek itu secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan itu sendiri secara internal dapat diwujudkan secara nyata. Namun, selain ketiga faktor diatas, keluhan berkenaan dengan kinerja penegakan hukum di negra kita selama ini, sebenarnya juga memerlukan analisis yang lebih menyeluruh lagi. Upaya penegakan hukum hanya satu elemen saja dari keseluruhan persoalan kita sebagai negara hukum yang mencita-citakan upata menegakan dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatr indonesia. Hukum tidak mungkin akan tegak, jika hukum itu sendiri atau belummencerminkan perasaan atau nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakatnya. Hukum tidak mungkin menjamin keadilan jika materinya sebagian besar merupakan warisan masa lalu yang tidak sesuai lai dengan tuntutan zaman. Artinya, persoalan yang kita hadapi bukan saja berkenaan dengan upaya penegakan hukum tetapi juga pembaharuan hukum atau pembuatan hukum baru. Karena itu, ada empat fungsi penting yang memerlukan perhatian yang seksama, yaitu: i pembuatan hukum ‘the legislation of law atau Law and rule making, ii sosialisasi, penyebarluasan dan bahkan pembudayaan Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 hukum socialization and promulgation of law dan iii penegakan hukum the enforcement of law. Ketiganya membutuhkan dukungan iv administrasi hukum the administration of law yang efektif dan efisien yang dijalankan oleh pemerintahan eksekutif yang bertanggungjawab accountable. Karena itu, pengembangan administrasi hukum dan sistem hukum dapat disebut sebagai agenda penting yang keempat sebagai tambahan terhadap ketiga agenda tersebut diatas. Dalam arti luas, The administration of law itu mencakup pengertian pelaksanaan hukum rules executing dan tata administrasi hukum itu sendiri dalam pengertian yang sempit. Misalnya dapat dipersoalkan sejauhmana sistem dokumentasi dan publikasi berbagai produk hukum yang ada selama ini telah sikembangkan dalam rangka pendokumentasian peraturan-peraturan regels, keputusan-keputusan administrasi egarabeschikings, ataupun penetapan dan putusan vonius hakim di seluruh adm aneka bentuk produk hukum tersebut dapat terbuka?. Jika akses tidak ada, bagaimana mungkin l dan pembudayaan hukum secara sistematis dan bersengaja. n jajaran dan lapisan pemerintahan dari pusat sampai ke daerah-daerah. Jika sistem inistrasinya tidak jelas, bagaimana mungkin akses masyarakat luas terhadap mengharapkan masyarakat dapat taat pada aturan yang tidak diketahuinya?. Meskipun ada teori “fiktie” yang diakui sebagai doktrin hukum yang bersifat universal, hukum juga perlu difungsikan sebagai sarana pendidikan dan pembaruan masyarakat social reform, dan karena itu ketidak tahuan masyarakat akan hukum tidak boleh dibiarkan tanpa usaha sosia Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 ika akan sulit dilakukan. untaskan penegakan hukum masih terkendala dan tidak memuas seorang penyidik. Hal ini dapat terjadi karena jumlah dan kemampuan personal C. Hambatan Dalam Penerapan Pembiayaan Penyelidikan dan Penyidikan Terhadap Penanganan Penyalahgunaan Narkoba dan Peredaran Gelap Narkoba Besarnya biaya yang timbul akibat penyalahgunaan Narkoba tentunya harus dibarengi dengan peningkatan biaya yang dipergunakan untuk pembiayaan pengunggakapan penyalahgunaan Narkoba, tanpa dukungan dari berbagai pihak terutama pemerintah maka penyidikan dalam penanganan pelanyalahgunaan narkoba dan spikortop Faktor biaya merupakan salah satu faktor yang menghambat dalam proses penegakan hukum penyalahgunaan narkotika maupun psikotropika pada tingkat penyelidikan maupun penyidikan. Minimnya anggaran membuat tidak maksimalnya atau tidak efektifnya dalam hal mengungkap penyalahgunaan narkotika maupun psikotropika.saat ini, anggaran yang dikeluarkan dalam rangka penyelidikan dan penyidikan dalam mengugkap dan atau untuk dapat menegakkan hukum dalam pemberantasan penyalahgunaan narkotika maupun psikotropika belum mencukupi sehingga dalam men kan. Selanin itu dengan tidak memadainya dana penyidikan tersebut hal ini dikarenakan juga adanya faktor tumpang tindih tugas yang dilimpahkan kepada Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 belum memadai. Penyalahgunaan narkoba dan Psikotropika merupakan tindak pidana yang khusus jika dibandingkan dengan tindak pidana umum oleh karena penanganan dalam kapasitas penyidikan dalam penyalahgunaan narkoba dan Psikotropika memerlukan ektara kerja yang tidak bisa disamakan dengan penanganan tindak pidana umum lainny. Selain itu juga pada dasarnya dalam penegakan hukum penyalahgunaan narkotika dan Psikotropika merupakan kejahatan yang sangat terorganisir rapi dalam melakukannya karena penyalahgunaan narkoba ini bukan semata bagi pemakai bahkan jauh lebih besar lagi yaitu mengungkap bisnis Narkotika dan Psikotropika tersebut. Selain itu juga yang perlu diperhatikan dalam penangananan penyalahgunaan narkotika dan Psikotropika bukan hanya pada tingkat Penyidik keterpaduan sistem peradilan pidana dapat mengatasi masalah yang menyangkut pemidanaan terhadap pelaku penyalahgunaan Narkoba yang berkaitan dengan proses penegakan hukum pidana. Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika tidak mengkualifikasi delik pidana penyalahgunaan Narkoba pada tatanan pelaku dan korban penyalahgunaan Narkoba, Undang-Undang Narkoba hanya merumuskan delik pidana atas perbuatan penyalahgunaan Narkoba. Hal inilah yang menjadi kerangka Hakim di dalam memutus setiap perkara yang berkenaan dengan penyalahgunaan Narkoba tanpa mempertimbangkan rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan Narkoba, untuk itu Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 diperlukan keterpaduan sistem peradilan pidana. Adapun kerangka hukum yang digunakan Hakim dalam memutus perkara ini sebagai berikut: Pertama, dilandasi oleh beberapa prinsip di dalam hukum pidana berlaku asas legalitas nullum delictum sine praevia poenali artinya “Tiada suatu perbuatan boleh dihukum kecuali atas kekuatan hukum pidana dalam undang-undang yang ada terlebih dahulu daripada perbuatan itu”. Apakah orang yang melakukan kesalahan itu dapat dipidana atau tidak hal itu tergantung apakah ia mempunyai kesalahan. Untuk memberikan arti tentang kesalahan yang merupakan syarat untuk menjatuhkan pidana, delik merupakan pengertian psyikologis berhubungan antara keadaan jiwa si pembuat dengan terjadinya unsur-unsur delik karena perbuatannya. Kesalahan adalah pertanggungjawaban dalam hukum schuld is de veranttwoordelijkheid rechtens. Kedua, beban pembuktian menurut undang-undang secara negatif. 77 Ketiga, adanya pertanggungjawaban pidana harus jelas terlebih dahulu siapa yang dapat dipertanggungjawabkan. Ini berarti harus dipastikan lebih dahulu siapa yang dinyatakan sebagai pelaku untuk suatu tindak pidana tertentu. Bertolak dari persyaratan objektif yang konvensional asas legalitas, pertanggung jawaban pidana penyalahgunaan Narkoba tentunya harus didasarkan pada sumber hukum perundang- undangan yang berlaku saat ini baik di dalam KUHP maupun Undang-Undang Khusus di luar KUHP. 78 Pertanggungjawaban pidana pada hakikatnya mengandung 77 Lihat, Pasal 183 KUHAP, bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tin terdawalah yang bersalah melakukannya. rief, Op.cit, hlm. 74. dak pidana benar-benar terjadi dan bahwa 78 Barda Nawawi A Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008 makna pelaku subyek hukum atas tindak pidana yang telah dilakukannya. Pertanggungjawaban pidana terdiri dari 2 dua hal, yaitu pertanggungjawaban objektif dan subyektif. Secara objektif pelaku telah melakukan tindak pidana menurut ukum yang berlaku asas legalitas dan secara subyektif pelaku patut dicela atau ipersalahkan atau dipertanggungjawabkan atas tindak pidana yang dilakukannya itu sas culpabilitas atau kesalahan sehingga pelaku patut dipidana. 79 Adanya ertanggungjawaban pidana, harus dipenuhi persyaratan obyektif di dalamnya, rtinya perbuatan tersebut harus merupakan tindak pidana menurut hukum berlaku. ehingga harus dipenuhi asas legalitas, yaitu adanya dasar atau sumber hukum atau umber legitimasi yang jelas, baik di bidang hukum pidana material atau substantif aupun hukum pidana formal. 80 h d a p a S s m 79 Ibid, hlm. 101. 80 Ibid, hlm. 74. Elizabeth Siahaan : Peranan Penyidik Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Narkoba Di Sumatra Utara, 2009 USU Repository © 2008

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN