IV.2. PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan suatu penelitian potong lintang dengan tujuan untuk mengetahui peranan
marker koagulasi sebagai prediktor
outcome yang diukur dengan GOS pada penderita trauma kapitis akut.
Pada penelitian ini, penderita trauma kapitis ditegakkan diagnosis dengan anamnese, pemeriksaan fisik dan neurologis serta dilakukan
Head CT-scan dan juga dihitung nilai GCS-nya. Setelah memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi, sampel akan dilakukan pemeriksaan marker koagulasi berupa nilai PT, TT, aPTT, jumlah trombosit, kadar fibrinogen
dan D-dimer. Pada saat penderita keluar dari rumah sakit, dilakukan penilaian
outcome dengan menggunakan GOS.
IV.2.1. Karakteristik demografi subjek penelitian
Pada penelitian ini jumlah subjek penelitian adalah sebanyak 77 orang, dimana jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 50
orang 64,9 . Dari sudut pernikahan, sebanyak 42 orang 54,5 menikah dan sisanya 35 orang 45,5 belum menikah.
Rentang usia sampel adalah 15 sampai 70 tahun dengan rerata usia 32,13 tahun. Suku bangsa yang paling banyak ditemukan pada
sampel adalah suku bangsa Batak sebanyak 36 orang 46,8 . Untuk tingkat pendidikan, yang terbanyak adalah tingkat pendidikan SMA
sebanyak 47 orang 61 . Sedangkan jenis pekerjaan yang paling banyak dijumpai pada sampel adalah wiraswasta sebanyak 29 orang
37,7 .
Alfansuri Kadri : Peranan Marker Koagulasi Sebagai Prediktor Outcome Pada Penderita Trauma Kapitis, 2008 USU e-Repository © 2008
Dari keseluruhan sampel, penyebab trauma kapitis yang terbanyak ditemukan adalah akibat kecelakaan lalu lintas, yaitu sebanyak 68 orang
88,3 . Berdasarkan nilai GCS, pada penelitian ini diperoleh sebanyak 45 .
sampel 58,4 mempunyai nilai GCS 13-15, sebanyak 24 orang 31,2 mempunyai nilai GCS 9-12, dan sisanya 8 orang 10,4 mempunyai
nilai GCS 8. Hal ini sesuai dengan penelitian Machamer dkk 2003 yang mendapatkan jumlah penderita trauma kapitis terbanyak pada kelompok
GCS 13-15 sebanyak 56 dari sampel. Computed tomography scan
merupakan pemeriksaan yang mendasar dalam mengevaluasi penderita trauma kapitis Cushman dkk,
2001. Berdasarkan gambaran Head CT-scan
, maka gambaran yang paling banyak ditemukan adalah gambaran normal, sebanyak 33 orang
42,9 , diikuti dengan mildmoderate diffuse
sebanyak 14 orang 18,2 ,
medium focal injury sebanyak 13 orang 16,9 ,
massive focal injury sebanyak 7 orang 9,1 ,
mild focal injury sebanyak 6 orang 7,8 , dan
yang paling sedikit adalah kelompok massive diffuse injury
sebanyak 4 orang 5,2 .
IV.2.2. Hubungan antara variabel demografi dengan outcome
Pada penelitian Murray dkk 2007, ras dan tingkat pendidikan memiliki nilai prediktif terhadap
outcome pada pasien trauma kapitis
setelah faktor lain disetarakan. Pasien kulit hitam cenderung memiliki outcome
yang lebih jelek dibanding dengan kelompok ras yang lain.
Alfansuri Kadri : Peranan Marker Koagulasi Sebagai Prediktor Outcome Pada Penderita Trauma Kapitis, 2008 USU e-Repository © 2008
Sedangkan pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara suku dengan
outcome pasien. Dengan demikian suku
bukan merupakan suatu prediktor outcome
yang kuat. Berdasarkan jenis kelamin, setelah dianalisa secara statistik,
ternyata tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin baik bagi GCS pada saat masuk, maupun untuk GOS pada saat keluar
dari rumah sakit. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murray dkk 2007.
Usia tua telah lama dikenal sebagai prediktor independen dari outcome yang lebih buruk pada trauma kapitis. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Thompson dkk 2006 dijumpai bahwa angka mortalitas pada pasien usia tua dengan trauma kapitis ringan secara signifikan lebih
tinggi dibanding dengan usia muda. Pasien trauma usia tua juga mempunyai ketergantungan yang lebih besar, dan juga lama rawatan di
rumah sakit yang lebih lama. Selain itu pasien usia tua juga menderita defisit neurologi yang lebih lama pulih sehingga biaya perawatannya juga
lebih besar Thompson dkk, 2006. Namun pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara usia dengan
outcome , dengan demikian usia bukan merupakan prediktor outcome
yang kuat pada penelitian ini. Pada penelitian yang dilakukan Chiaretti dkk 2001 dan Signorini
1999 ditemukan bahwa GCS merupakan prediktor terhadap GOS. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa GCS mempunyai hubungan yang
bermakna dengan GOS, dan hubungannya bersifat searah, dimana
Alfansuri Kadri : Peranan Marker Koagulasi Sebagai Prediktor Outcome Pada Penderita Trauma Kapitis, 2008 USU e-Repository © 2008
semakin tinggi nilai GCS, maka akan semakin tinggi pula skor GOS-nya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa GCS merupakan prediktor
yang kuat terhadap outcome
yang dinilai dengan GOS. Banyak faktor yang telah mempengaruhi
outcome . Terlepas dari
tehnik dan metode yang digunakan pada rehabilitasi akut dan post-akut, outcome
pasien pada saat masuk antara lain ditentukan oleh, tingkat pendidikan dan tingkat sosio-ekonomi Leon-Carrion, 2006 ; Murray,
2007. Namun pada penelitian ini ternyata tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara pekerjaan dan juga tingkat pendidikan
terhadap nilai GOS sebagai outcome
pasien. Pada penelitian yang dilakukan oleh Affonseca dkk 2007 tidak
ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara penyebab terjadinya trauma kapitis dengan adanya koagulopati. Pada penelitian ini juga
diperoleh hasil yang sama, dimana tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
marke r koagulasi dengan penyebab terjadinya trauma
kapitis.
IV.2.3. Marker koagulasi laboratorium sebagai prediktor outcome