dan reliable
adalah dengan pemeriksaan marker
serum untuk koagulopati. Hoffmann dkk, 2001.
Usia tua telah lama dikenal sebagai prediktor independen dari
outcome yang lebih buruk pada trauma kapitis. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Thompson dkk 2006 dijumpai bahwa angka mortalitas pada pasien usia tua dengan trauma
kapitis ringan secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan usia muda. Pasien trauma usia tua juga mempunyai
ketergantungan yang lebih besar, dan juga lama rawatan di rumah sakit yang lebih lama. Selain itu pasien usia tua juga
menderita defisit neurologi yang lebih lama pulih sehingga biaya perawatannya juga lebih besar Thompson dkk, 2006.
Otak mengandung
tissue factor faktor III koagulasi yang
cukup banyak, yang apabila dilepaskan ke dalam sirkulasi karena adanya kerusakan
blood brain barrier , akan
mengakibatkan terjadinya jalur koagulasi ekstrinsik. Hipothesis yang dapat diterima adalah bahwa derajat
intravascular coagulation
sebanding dengan banyaknya jaringan otak yang rusak akibat cedera otak. Hoffmann dkk, 2001.
II.4.1. GLASGOW OUTCOME SCALE
Glasgow Outcome Scale GOS adalah skala yang
digunakan untuk mengukur outcome
setelah trauma kapitis. Skala ini diciptakan oleh Jennet dkk pada tahun 1975 dan
Alfansuri Kadri : Peranan Marker Koagulasi Sebagai Prediktor Outcome Pada Penderita Trauma Kapitis, 2008 USU e-Repository © 2008
dipakai untuk mengalokasikan orang-orang yang menderita cedera otak akut pada cedera otak traumatik maupun non-
traumatik ke dalam kategori outcome
. Skala ini menggam- barkan disabilitas dan kecacatan dibandingkan gangguan;
yang difokuskan pada bagaimana trauma mempengaruhi fungsi pada kehidupan Leon-Carrion, 2006.
Skala yang asli terdiri dari 5 tingkatan sebagai berikut Leon-Carrion, 2006 ; Capruso dan Levin, 1996 :
1. Meninggal 2.
Vegetative State Tanda dari
vegetative state adalah ketiadaan fungsi
kognitif yang ditunjukkan oleh hilangnya komunikasi total, yang menandakan bahwa korteks serebral tidak
berfungsi lagi. Tidak seperti pada pasien koma, pasien pada keadaan
vegetative state memiliki respon buka
mata, gerakan bola mata, dan siklus tidur-bangun. Meskipun pasien dengan
vegetative state dapat
menunjukkan berbagai aksi motorik yang reflektif, kebiasaan ini tidak dapat menunjukkan kesadaran.
3. Severe disability
Pasien sadar, namun membutuhkan pertolongan. Meskipun tingkat ketergantungan bervariasi, yang
termasuk dalam kategori ini adalah pasien yang bergantung kepada seorang
caregiver untuk seluruh
Alfansuri Kadri : Peranan Marker Koagulasi Sebagai Prediktor Outcome Pada Penderita Trauma Kapitis, 2008 USU e-Repository © 2008
aktivitas sepanjang hari. Pasien yang tidak dapat ditinggal sendiri dan tidak dapat merawat diri mereka
sendiri selama interval 24 jam termasuk kategori ini. 4.
Moderate disability Pasien dalam kategori ini dapat tinggal sendiri, namun
memiliki tingkat kecacatan fisik dan kognitif yang membatasi mereka dibandingkan tingkat kehidupan
sebelum trauma. Banyak pasien pada kategori ini dapat kembali bekerja, meskipun dalam pekerjaan mereka
diberikan kelonggaran khusus dan asisten untuk mereka, dan tidak dapat memikul pekerjaan sebesar tanggung
jawab mereka sebelum sakit. 5.
Good recovery Pada kategori ini pasien tidak bergantung dan dapat
kembali pada pekerjaan atau aktifitas mereka sebelum sakit tanpa adanya keterbatasan mayor. Pasien dapat
menderita defisit neurologi atau kognitif ringan yang menetap, namun tidak mengganggu keseluruhan fungsi.
Pasien dalam kategori ini kompeten bersosialisasi dan mampu membawa diri dengan baik tanpa perubahan
kepribadian yang berarti. Tingkatan ini dapat dikelompokkan menjadi
outcome buruk GOS 1-3 dan baik GOS 4-5 Leon-Carrion,
2006.
Alfansuri Kadri : Peranan Marker Koagulasi Sebagai Prediktor Outcome Pada Penderita Trauma Kapitis, 2008 USU e-Repository © 2008
II.5. KERANGKA KONSEPSIONAL