Pengungkapan atau penggunaan Rahasia Dagang milik orang lain tanpa izin ataupun pada saat pengungkapan atau penggunaan Rahasia Dagang tersebut ia mengetahui
dan patut menduga bahwa informasi itu telah diperoleh secara tidak patut, atau diperoleh dari pihak yang seharusnya berkewajiban memelihara Rahasia Dagang
itu
63
.
B. Tindak Pidana Pencurian Rahasia Dagang dan Spionase Ekonomi
Dalam UU Rahasia Dagang tidak ada ketentuan yang mengatur tentang tindak pidana pencurian dan spionase ekonomi berkaitan dengan Rahasia Dagang. Tindak-
tindak pidana spionase ekonomi merupakan hal yang amat serius bagi negara-negara maju.
Dalam Rancangan Undang-Undang Rahasia Dagang, spionase ekonomi ini telah sempat dimasukkan sebagai suatu ketentuan yang perlu diatur. Spionase
ekonomi berkaitan dengan Rahasia Dagang dapat diartikan sebagai suatu pelanggaran Rahasia Dagang yang sengaja dilakukan dengan maksud untuk menguntungkan
pemerintah asing dikatagorikan sebagai tindakan spionase ekonomi. Tindakan spionase ekonomi itu sendiri meliputi tindakan-tindakan sebagai berikut:
64
63
Pasal 2 UTSA USA selengkapnya berbunyi : Misappropriation means: i acquisition of a trade secret of another by a person who knows or has reason to know that the trade secret was
acquired by improper means; or ii disclosure or use of a trade secret of another without express or implied consent by a person who A used improper means to acquire knowledge of the trade secret; or
B at the time of disclosure or use, knew or had reason to know that his knowledge of the trade secret was I derived from or through a person who had utilized improper means to acquire it; II acquired
under circumstances giving rise to a duty to maintain its secrecy or limit its use; or Ill derived from or through a person who owed a duty to the person seeking relief to maintain its secrecy or limit its
use; or C before a material change of his position, knew or had reason to know that it was a trade secret and that knowledge of it had been acquired by accident or mistake.
64
Pasal 32 ayat 2 Rancangan Undang-Undang Rahasia Dagang
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
a. mencuri, atau tanpa izin mengambil untuk diri sendiri, membawa, atau
menyembunyikan, atau dengan penipuan, kelicikan, atau dengan cara curang memperoleh Rahasia Dagang;
b. tanpa ijin memperbanyak, meniru, mensketsa, menggambar, memotret, mengambil data, memasukkan data, merubah, memusnahkan, memfoto kopi,
mereplikasi, melakukan transmisi, mengantarkan, mengirim, mengirimkan melalui pos, mengkomunikasikan, atau menyampaikan Rahasia Dagang;
c. menerima, membeli, atau memiliki Rahasia Dagang, dengan maksud mencuri, memperoleh, atau mengubah tanpa ijin;
d. berusaha untuk melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c.
Di Indonesia sendiri saat ini terdapat beberapa pasal dalam KUHP yang berkaitan dengan informasi yang harus dirahasiakan untuk kepentingan negara seperti
yang dimuat dalam Pasal 112, 113, 114, 115 dan 116 KUHP.
65
65
Pasal-pasal tersebut selengkapnya berbunyi: Pasal 112 KUHP :Barangsiapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat, berita-berita atau
keterangan-keterangan yang diketahui bahwa harus dirahasiakan untuk kepentingan negara, atau dengan sengaja memberitahukan atau memberikannya kepada negara asing, kepada seorang raja atau
suku-bangsa, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal 113 KUHP :
1 Barangsiapa dengan sengaja untuk seluruhnya atau sebagian mengumumkan, atau memberitahukan maupun menyerahkan, kepada orang yang tidak wenang mengetahui, surat-surat,
peta-peta, rencana-rencana, gambar-gambar atau benda-benda yang bersifat rahasia dan bersangkutan dengan pertahanan atau keamanan Indonesia terhadap serangan dari luar, yang ada padanya atau yang
isinya, bentuknya atau susunannya benda-benda itu diketahui olehnya, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
. 2 Jika adanya surat-surat atau benda-benda pada yang bersalah, atau pengetahuannya tentang itu karena pencahariannya, pidananya ditambah sepertiga.
Pasal 114 KUHP : Barangsiapa karena kelapaannya menyebabkan bahwa surat-surat atau benda- benda rahasia tersebut dalam Pasal 113, yang tentang menyimpan atau menarohnya menjadi tugasnya,
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
Di Amerika Serikat pencurian Rahasia Dagang juga dapat dikatagorikan sebagai kejahatan federal dengan kualifikasi spionase ekonomi. Undang-undang
Spionase Ekonomi AS disahkan pada tanggal 11 Oktober 1996 oleh Presiden Bill Clinton.
66
Kasus yang diputus berdasarkan Economic Espionage Act of 1996 antara lain adalah kasus United States of America v. Patrick and Daniel Worthing. Kasus ini
bermula ketika Patrick Worthing bekerja pada pusat penelitian serat optik industri PPG.Berdasarkan atas
laporan yang dipublikasikan, Patrick Worthing menyalahgunakan disket, blueprint dan tipe lain dari informasi riset Rahasia Dagang
industri PPG, di mana ia mencoba menjual ke pihak kompetitor yaitu Owens Corning pesaing PPG. Biarpun Owens Corning bersiap-siap memenangkan gugatan industri
PPG dan pemerintahan federal. Patrick Worthing dan saudaranya Daniel Worthing didakwa atau dituntut berdasarkan Undang-undang Spionase Ekonomi, 18 U.S.C.
Pasal 1832 a1, 3 dan 5. Patrick Worthing menjalani hukuman pada 5 Juni 1997 selama 15 bulan setelah didakwa bersalah. Daniel Worthing, yang menurut laporan
diketahui oleh umum, mengenai bentuk atau susunannya, untuk seluruhnya atau sebagian, atau oleh orang yang tidak wenang mengetahui, ataupun jatuh dalam tangannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama satu tahun enam bulan atau kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak tiga ratus rupiah. Pasal 115 KUHP : Barangsiapa melihat atau membaca surat-surat atau benda-benda
rahasia tersebut dalam untuk seluruhnya atau sebagian, sedangkan diketahui atau selayaknya harus diduga bahwa benda-benda itu tidak dimaksud untuk diketahui olehnya; begitu pula jika membuat atau
menyuruh buat salinan atau ikhtisar dengan huruf atau bahasa apapun juga; membuat atau menyuruh buat teraan, gambaran atau tiruan surat-surat atau benda-benda rahasia itu, atau jika tidak menyerahkan
benda-benda itu kepada pejabat kehakiman, kepolisian atau pamong-praja, dalam hal benda-benda itu jatuh ke tangannya, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun.
Pasal 116 KUHP : Pemufakatan jahat untuk melakukan kejahatan tersebut dalam Pasal 113 dan 115 diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun.
66
R. Mark Halligan, The Economic Spionage Act Of 1996, The Theft Of Trade Secret Is New A Federal Crime, Hal 1
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
setuju untuk membantu saudaranya malam sebelumnya untuk memberi uang sebesar US 100,000, dihukum 5 tahun masa percobaan termasuk 6 bulan tahanan rumah
67
. C. Peyelesaian Sengketa Pelanggaran Rahasia Dagang
Seorang pelaku usaha yang berkedudukan sebagai pemilik atau pemgang Rahasia Dagang berusaha mempertahankan Hak Atas Rahasia Dagang yang
dimikinya. Apabila terjadi sengketa bisnis antara pemilikpemegang Rahasia Dagang dengan pihak ketiga yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian, maka
pemilikpemegang Rahasia Dagang dapat menyelesaikan sengketa tersebut dengan berbagai jenis penyelesaian sengketa, misalnya Penyelesaian sengketa diluar
pengadilan Non Litigasi yaitu dengan cara arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.
Pada umumnya para pihak yang bersengketa tentang Rahasia Dagang memilih cara penyelesaian sengketa melalui badan arbitrase atau alternatif penyelesaian
sengketa karena pada dasarnya masalah Rahasia Dagang merupakan masalah perdata sehingga diperlukan penyelesaian yang dapat dilaksanakan secara cepat, efektif,
efisien, dan tertutup
68
. Selain itu, melalui cara ini, Pemilik atau Pemegang Rahasia Dagang tidak akan kehilangan Hak Rahasia Dagangnya karena tidak diketahui oleh
masyarakat serta nama baiknya tidak tercemar.
67
Criminal No. 97-9 W.D. Pa December 7, 1996 Trade Secrets dikutip dari http:www.google.co.idsearch=idq=kasus+pelanggaran+rahasia+dagangmeta
68
Iman Syahputra Tunggal Dan Heri Herjandono, Aspek-Aspek Hukum Rahasia Dagang, Jakarta, Harvindo, 2000, Hal 125
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
Pada umumnya, jika terjadi sengkete, penyelesaian sengketa melalui lembaga peradilan kurang diminati, sehingga penyelesaian sengketa melalui arbitrase relatif
lebih diminati daripada penyelesaian secara Litigasi, terutama sengketa-sengketa bisnis internasional. Karena penyelesaian ini memiliki berbagai kelebihan.
Kelebihan- kelebihan tersebut antara lain: a.
Dapat menjamin kerahasiaan sengketa para pihak, oleh karena keputusannya tidak dipublikasikan, sehingga dapat dihindari
pengungkapan informasi bisnis kepada umum, yang dapat merugikan, misalnya kehilangan reputasi bisnis;
b. Dapat dihindari keterlambatan yang diakibatkan karena masalah
prosedural dan administratif; c.
Para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai pengetahuan, pengalaman serta latar belakang yang cukup mengenai
masalah yang dipersengketakan, jujur, dan adil; d.
Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase;
e. Putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dapat
langsung dilaksanakan; f.
Prosedur pemeriksaan sengketa dilakukan dengan cara sederhana bahkan cenderung lebih informal;
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
g. Kebebasan, kepercayaan, dan keamanan. Penyelesaian sengketa melalui
arbitrase memberikan kebebasan dan otonomi yang sangat luas pada para pihak. Disamping iu juga, relatif memberikan rasa aman terhadap :
1. keadaan yang tidak menentu serta ketidakpastian sehubungan dengan sistem hukum yang berbeda.
2. kemungkinan keputusan yang berat sebelah untuk melindungi kepentingan pihak lokal dari mereka yang terlibat sengketa
h. Cepat dan hemat biaya. Penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase
relatif lebih cepat, dan lebih murah daripada penyelesaian sengketa melalui proses litigasi, oleh karena putusan arbitrase bersifat final dan
tidak dapat diajukan banding terhadap putsan abitrase; i.
Bersifat non-preseden. Untuk memutuskan sengketa yang diajukan melalui lembaga arbitrase, arbiter tidak harus terikat pada putusan yang
sudah ada sebelumnya mengenai masalah yang sama. Bisa terjadi bahwa terhadap sengketa yang sama akan dijauhkan putusan yang berbeda
asalkan putusan tersebut dianggap adil oleh para pihak. Karena itu prinsip preseden tidak mempunyai pengaruh penting dalam pengambilan
putusan
69
; j.
Kepekaan dan kearifan arbiter. Dalam penyelesaian sengketa, arbiter akan memberikan perhatian yang besar terhadap keinginan, realitas dan
praktek-praktek dagang para pihak. Hal ini dimaksudkan agar putusan
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
arbitrase tersebut dapat memberikan rasa keadilan seoptimal mungkin bagi para pihak yang bersengketa.
Namun putusan arbitrase harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu sehingga dapat dianggap sah untuk dilaksanakan. Adapun persyaratan itu, yaitu :
1. apakah sudah ada persetujuan para pihak untuk menyelesaikan
sengketanya melalui arbitrase 2.
apakah sengketa yang diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa di bidang perdaganganbisnis atau mengenai hak yang menurut hukum
dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa; 3.
apakah sengketa yang diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut undang-undang dapat diadakan perdamaian;
4. apakah putusan arbitrase tidak bertentangan dengan kesusilaan dan
ketertiban umum. Syarat-syarat tersebut diperiksa oleh ketua Pengadilan Negeri, namun alasan
atau pertimbangan dari putusan arbitrase tidak diperiksa, karena dimaksudkan agar putusan arbitrase benar-benar mandiri, final dan mengikat. Dari uraian di atas dapat
dikatakan bahwa dicantumkannya sistem penyelesaian sengketa alternatif di luar dari Pengadilan Negeri merupakan penyempurnaan terhadap sistem perlindungan Rahasia
Dagang. Kecenderungan dipilihnya bentuk perlindungan melalui Rahasia Dagang
setidaknya dilandasi oleh dua alasan :
69
Iman Syahputra Tunggal Dan Heri Herjandono, Ibid, Hal 126
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
1. Karena seringkali substansi yang diinginkan untuk mendapatkan
perlindungan merupakan hal yang tidak dapat diberikan Paten, seperti halnya daftar pelanggan perusahaan, data keuangan, nota-nota bisnis, dan lain-lain;
2. Mungkin juga hal yang ingin dilindungi sebenarnya memungkinkan untuk
diberi Hak Paten, tetapi inventor memilih bentuk perlindungan Rahasia Dagang karena berbagai alasan seperti jangka waktu perlindungan yang
tidak terbatas, nilai kerahasiaan yan lebih menjamin, mahalnya biaya di Kantor Paten dan formalitas pendaftaran yang lebih rumit.
Berdasarkan pertimbangan diatas, pemerintah memuat ketentuan tentang penyelesaian sengketa di luar pengadilan, yaitu pada Pasal 123 Undang-undang
Nomor 30 Tahun 2000 yang menyatakan “selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 para pihak dapat menyelesaikan perselisihan tersebut
melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa” Bentuk alternatif penyelesaian sengketa terdiri dari negosiasi, mediasi, dan
lain-lain. Dalam negosiasi, para pihak membahas masalah tersebut dengan cara tawar-menawar tanpa bantuan pihak ketiga penengah untuk mencapai kesepakatan.
Dari literatur hukum diketahui bahwa pada umumnya proses negosiasi merupakan sutu lembaga alternative penyelesaian sengketa yang bersifat informal, meskipun
adakalnya dilakukan secara formal
70
. Tidak ada suatu kewajiban bagi para pihak untuk melakukan pertemuan secara langsung pada saat negosiasi dilakukan.
70
Gunawan Widjaja Ahmad Yani, Hukum Arbitrase, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2000, Hal 31.
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
Melalui negosiasi para pihak yang bersengketa atau berselisih paham dapat melakukan suatu proses penjajakan kembali akan hak dan kewajiban para pihak
dengan atau melalui suatu situasi yang sama-sama menguntungkan, dengan melepaskan atau memberikan kelonggaran atas hak-hak tertentu berdasarkan pada
asas timbal balik
71
. Persetujuan atau kesepakatan yang telah dicapai tersebut kemudian dituangkan secara tertulis untuk ditanda tangani oleh para pihak dan
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Kesepakatan tertulis tersebut menurut ketentuan pasal 6 ayat 7 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 wajib didaftarkan di
Pengadilan Negeri dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak pendaftaran. Selanjutnya oleh karena itu kesepakatan tertulis hasil negosiasi adalah suatu
persetujuan diantara para pihak, maka selayaknya juga jika hasil negosiasi tidak dapat dibantah dengan alasan kekhilafan mengenai hukum atau dengan kata lain alasan
bahwa salah satu pihak telah dirugikan. walaupun demikan masih terbuka kemungkinan untuk tetap dapat dibatalkan, jika memang dapat dibuktikan telah
terjadi suatu kekhilafan mengenai orangnya atau mengenai pokok sengketa, atau telah dilakukan penipuan atau paksaan, atau kesepakatan telah diadakan atas dasar surat-
surat yang kemudian dinyatakan palsu. Sedangkan mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa dengan melibatkan
pihak ketiga penegah yang disebut mediator. Mediator merupakan pihak yang tidak memihak, netral, dan mampu menyelesaikan sengketa ini dan memuaskan para pihak.
Jadi mediator ini arus mampu menjembatani dan menerjemahkan kepentingan
71
ibid, Hal 31
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
pemilik Rahasia Dagang kepada Penerima Rahasia Dagang
72
. Hasil keputusannya berasal dari kesepakatan para pihak dengan itikad baik. Tetapi tidak memiliki
kekuatan hukum seperti halnya putusan hakim. Jika ada pihak yang tidak patuh atas putusan itu. Pihak yang dirugikan paling jauh hanya dapat menuntutnya berdasarkan
perbuatan wanprestasi. Berbeda dengan mediasi, arbitrase merupakan forum penyelesaian sengketa
Rahasia Dagang yang memiliki kompetensi absolute setara dengan pengadilan. Putusan-putusannya bersifat final dan mengikat karena para pihak telah sepakat
tanpa adanya banding dan kasasi serta memiliki kekuatan hokum seperti layaknya putusan pengadilan
73
. Penyelesaian sengketa melalui ADR untuk memenuhi memiliki keuntungan
dan efektivitas yang tinggi, karena penyelesaiannya selain dapat menghindari kemungkinan terbukanya Rahasia Dagang atas informasi-informasi Rahasia Dagang
mereka. Lembaga arbitrase diatur secara terperinci dalam Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Umum. Dalam Pasal 1 ayat 1 disebutkan Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata
di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Berdasarkan ketentuan ini, para pihak
mendapat banyak kemudahan karena prosedur yang digunakan tidak berbelit dan
72
ibid, Hal 34
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
mudah dimengerti, biaya lebih murah, lebih cepat, dan dapat memilik sendiri arbiter yang ahli di bidangnya untuk menyelesaikan sengketa tersebut, dan keputusannya
bersifat final, tidak mengenal banding ataupun kasasi, serta mengikat. Selain itu para pihak dapat menghindari kemungkinan terbukanya Rahasia
Dagang tersebut. Kelebihan-kelebihan inilah yang mendorong para pihak untuk membuat klausula cara penyelesaian sengketa Rahasia Dagang melalui Arbitrase atau
Alternatif Penyelesaian Sengketa di dalam perjanjian penggunaan Rahasia Dagang. Dalam Undang-Undang Rahasia Dagang disebutkan mekanisme penyelesaian
sengketa yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut: 1 Pemegang Hak Rahasia Dagang atau penerima lisensi dapat menggugat
siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaiman dimaksud dalam Pasal 4, berupa :
a. gugatan ganti rugi; danatau b. penghentian semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
2 Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, diajukan ke Pengadilan Negeri.
Penyelesaian sengketa di bidang Rahasia Dagang dapat diajukan penyelesaiannya melalui Pengadilan Negeri, namun demikian, Pengadilan
bukanlah satu-satunya jalan atau cara penyelesaian perkara berkaitan dengan Rahasia Dagang. Berdasarkan ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Rahasia
73
Pasal 631-640 R.V yang telah diubah dengan pasal 6 ayat 7 jo pasal 60 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
Dagang maka penyelesaian perkara berkaitan dengan Rahasia Dagang dapat pula dilakukan melalui arbitrase atau melalui alternatif penyelesaian sengketa
Negosiasi, Mediasi, dan cara-cara lain yang disepakati para pihak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Alternatif
Penyelesaian Sengketa Dan Arbitrase. Mekanisme penyelesaian sengketa di bidang Rahasia Dagang dapat
diselesaikan melalui dua sistem penyelesaian sengketa, yaitu baik melalui sistem ajudikasi maupun non-ajudikasi. Bahkan dalam mekanisme ajudikasi juga dapat
ditempuh dua jalur penyelesaian sengketa, yaitu litigasi maupun non-litigasi. Dengan demikian diharapkan bahwa sengketa-sengketa berkaitan dengan
Rahasia Dagang dapat diselesaikan sebaik-baiknya melalui penerapan secara optimal lembaga dan mekanisme penyelesaian sengketa yang ada, serta penerapan prinsip-
prinsip penyelesaian sengketa yang optimal pula.
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan