BAB III UPAYA PEMILIK RAHASIA DAGANG DALAM
MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI RAHASIA DAGANGNYA UNTUK MENGATASI
PERSAINGAN TIDAK SEHAT
A. Hak Dan Kewajiban Pemilik Rahasia Dagang 1. Hak Pemilik Rahasia Dagang
Pasal 4 Undang-Undang Rahasia Dagang mengatur tentang kewenangan atau hak yang dimiliki oleh pemilik Rahasia Dagang terhadap Rahasia Dagangnya untuk :
1. Menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya; 2. Memberikan lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk menggunakan Rahasia
Dagang atau mengungkapkan Rahasia Dagang itu kepada pihak ketiga untuk kepentingan yang bersifat komersial.
Berdasarkan pasal ini, pemilik Rahasia Dagang mempunyai Hak Monopoli untuk menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya dalam kegiatan bisnis
untuk memperoleh keuntungan ekonomis. Ketentuan ini juga berarti bahwa hanya pemilik Rahasia Dagang yang berhak
untuk memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakan Rahasia Dagang yang dimilikinya melalui perjanjian lisensi. Selain itu, pemilik Rahasia Dagang juga
berhak melarang pihak lain untuk menggunakan atau mengungkapkan Rahasia
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
Dagang yang dimilikinya kepada pihak ketiga apabila pengungkapan tersebut dilakukan untuk kepentingan yang bersifat komersial.
Di samping hak-hak tersebut dalam Undang-Undang Rahasia Dagang disebutkan pula bahwa Pemilik Rahasia Dagang juga memiliki kewajiban, yaitu harus
bersedia mengungkapkan setiap bagian dari Rahasia Dagang serta proses penggunaannya secara lengkap untuk kepentingan pembuktian dihadapan pengadilan.
Hal ini memang memiliki resiko bahwa Rahasia Dagang dapat terpublikasi, maka untuk mencegah hal tersebut hakim dapat memerintahkan agar sidang dilakukan
secara tertutup atas permintaan para pihak yang bersengketa, baik dalam perkara perdata maupun perkara pidana.
49
Hal yang sama dilakukan pula oleh pengadilan di Amerika Serikat, di mana pengadilan harus melindungi kerahasiaan suatu Rahasia Dagang dalam rangka proses
pemeriksaan dan proses litigasi pada umumnya. Setiap orang yang terlibat dalam proses litigasi itu pun tidak boleh mengungkapkan Rahasia Dagang sebelum
memperoleh persetujuan dari pengadilan.
50
Hal yang senada dianut pula oleh Kanada yang menetapkan bahwa pengadilan dapat membuat perintah untuk melindungi Rahasia Dagang. Selama dalam proses
perkara pengadilan dapat melangsungkan dengar pendapat secara tertutup, memerintahkan semua atau beberapa catatan proses penuntutan untuk disegel, atau
49
Pasal 18 Undang-Undang Rahasia Dagang
50
Pasal 5 UTSA USA selengkapnya berbunyi : In an action under this Act, a court shall preserve the secrecy of an alleged trade secret by reasonable means, which may include granting
protective orders in connection with discovery proceedings, holding in-camera hearings, sealing the
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
memerintahkan setiap orang yang terlibat dalam proses penuntutan untuk tidak mengungkapkan Rahasia Dagang dimaksud tanpa terlebih dahulu memperoleh
persetujuan dari pengadilan.
51
Pada Pasal 1 ayat 2 Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang, dinyatakan bahwa “Hak Rahasia Dagang adalah Hak Atas Rahasia
Dagang yang timbul berdasarkan Undang-Undang ini”. Berdasarkan ketentuan ini, maka secara eksplisit diatur tentang hak dari
pemilik Rahasia Dagang Pasal 4, yaitu: a. menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya;
b. memberikan lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk mengunakan Rahasia Dagang itu kepada pihak ketiga untuk
kepentingan yang bersifat komersial. Berdasarkan ketentuan ini, pemilik Rahasia Dagang mempunyai hak
monopoli untuk menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimiliknya dalam kegiatan bisnis dan bersifat komersil untuk memperoleh keuntungan. Hal ini berarti
bahwa hanya pemilik Rahasia Dagang saja yang berhak memberikan izin kepada
records of the action, and ordering any person involved in the litigation not to disclose an alleged trade secret without prior court approval.
51
Pasal 11 UTSA Canada berbunyi : 1 In any proceedings under this Act, the Court may, at any time, on application, make an order directing by what means the trade secret at issue in the
proceedings is to be preserved during the course of the proceedings. 2 Without limiting the generality of subsection 1, the Court may
ahold hearing in private, border that all or any of the records of the proceedings be sealed, or
c order any person involved in the proceedings not to disclose an alleged trade secret without prior approval of the Court.
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
pihak lain untuk mengunakan Rahasia Dagang yang dimiliknya melalui perjanjian lisensi.
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang Hak Rahasia Dagang kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pemberian hak bukan
Pengalihan Hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu Rahasia Dagang yang diberi perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.
52
Dari rumusan tersebut dapat ditarik beberapa unsur, yaitu: 1.
adanya izin yang diberikan oleh pemegang Hak Rahasia Dagang. 2.
izin tersebut diberikan dalam bentuk perjanjian. 3.
izin tersebut merupakan pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi yang bukan bersifat pengalihan Hak Rahasia Dagang.
4. izin tersebut diberikan untuk Rahasia Dagang yang memenuhi syarat
untuk dilindungi. 5.
izin tersebut diberikan dengan waktu tetentu dan syarat tertentu. Selain itu, berdasarkan ketentuan ini pula, maka pemilik Rahasia Dagang
berhak melarang pihak lain untuk menggunakan atau mengungkapakan Rahasia Dagang miliknya kepada pihak ketiga yang bersifat komersil yang dapat merugikan
kegiatan bisnisnya. Sebagai contoh, suatu perusahaan memiliki formula atau ramuan yang unik dalam memproduksi suatu barang, atas ramuan itu, perusahaannya selalu
mendapat untung. Oleh karena itu, pemilik Rahasia Dagang atas formularamuan itu
52
Pasal 5 Undang-Undang Rahasia Dagang
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
hanya ingin memakai sendiri untuk kepentingan bisnisnya dan tidak bersedia memberikan lisensi kepada pihak lain.
Prinsip dari lisensi bersifat non ekslusif, artinya bahwa lisensi tetap memberikan kemungkinan kepada pemiliknya untuk memberikan lisensi kepada
pihak ketiga lainnya, apabila akan dibuat sebaliknya, hal ini harus dinyatakan secara tegas dalam perjanjian lisensi tersebut.
Perjanjian lisensi kerap kali dilakukan secara tidak seimbang atau hanya menguntungkan salah satu pihak saja biasanya yang diuntungkan adalah pemberi
lisensi atau Licensor, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pihak lain penerima lisensi, dan kerugian itu bahkan juga dapat menimbulkan kerugian bagi
perekonomian negara, baik langsung atau tidak langsung
53
. Dengan melihat pengalaman atau untuk melakukan tindakan pencegahan yang ditimbulkan akibat dari
perjanjian lisensi maka Pasal 9 Undang-Undang Rahasia Dagang Nomor 30 Tahun 2000 menentukan bahwa:
“Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang
mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat
54
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
53
Suyud Marono Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual Aset Hukum Bisnis, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Hal 41.
54
Penjelasan pasal ini tidak mencantumkan makna atau mendefenisikan dari persaingan tidak sehat, namun bisa saja maksud dari pasal ini tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008
Jika perjanjian lisensi mencantumkan hal-hal diatas, maka Direktorat Jenderal HAKI wajib menolak pencatatan lisensi itu. tidak hanya itu saja, Direktorat Jenderal
HAKI perlu untuk melaporkannya kepada komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU. Pencatatan perjanjian lisensi tidak perlu menguraikan isi Rahasia Dagang
yang dilisensikan itu agar kerahasiaan yang terdapat dalam perjanjian Rahasia Dagang itu tetap terjamin. Yang diperlukan hanyalah data para pihak yang
mengadakan perjanjian lisensi misalnya nama dan alamat pemberi dan penerima lisensi, royalti dan masa perjanjian lisensi
Dengan pencatatan itu dapat memberikan perlindungan tidak hanya kepada pemberi lisensi dan penerima lisensi saja, tetapi juga kepada pihak ketiga, khususnya
masyarakat yang perlu mengetahui bahwa benar penerima lisensi mempunyai hak untuk memanfaatkan secara komersial Rahasia Dagang dalam produk barang atau
jasa mereka. Dalam perjanjian lisensi Rahasia Dagang dilarang memuat ketentuan yang
dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat, misalnya, perjanjian
lisensinya mengatur kewajiban yang dapat dinilai tidak adil bagi penerima lisensi, seperti menghalangi proses alih teknologi ke Indonesia.
2. Kewajiban Pemilik Rahasia Dagang