Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS

RAHASIA DAGANG

TESIS

Oleh

HIMALAY TAUFAN

067011041/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS

RAHASIA DAGANG

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan (M.Kn.)

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

HIMALAY TAUFAN

067011041/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM ATAS RAHASIA DAGANG Nama Mahasiswa : Himalay Taufan

Nomor Pokok : 067011041 Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum) Ketua

(Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH,MS,CN) (Syafruddin Hasibuan, SH,MH) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 30 Juni 2008____________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN

2. Syafruddin Hasibuan, SH, MH 3. Syafnil Gani, SH, M. Hum


(5)

ABSTRAK

Rahasia Dagang saat ini sudah merupakan salah satu bentuk investasi yang sangat mahal di samping bentuk investasi lainnya yang harus dipertahankan terhadap semua pihak sehingga tidak disalahgunakan demi kepentingan pihak lain melalui suatu mekanisme persaingan tidak jujur.

Rahasia Dagang adalah informasi di bidang teknologi dan atau bisnis yang tidak diketahui umum, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.

Perlindungan hukum atas Rahasia Dagang dapat dibagi kedalam beberapa bagian besar, yaitu:

1. Adanya unsur kontrak/perjanjian.

2. Hak pemilik Rahasia Dagang benar-benar diperhatikan 3. Dicantumkannya unsur perbuatan melawan hukum. 4. Penyelesaian sengketa di Peradilan Negeri.

5. Adanya Pengalihan Hak Rahasia Dagang.

6. Tidak adanya jangka waktu perlindungan Rahasia Dagang.

Bertolak dari uraian diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah Perlindungan Hukum atas Rahasia Dagang,bagaimana upaya Pemilik Rahasia Dagang dalam mempertahankan eksistensi Rahasia Dagangnya untuk mengatasi persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan oleh kompetitor yang tidak beritikad baik, serta bagaimana bentuk upaya penyelesaian sengketa pelanggaran Rahasia Dagang

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan Rahasia Dagang.

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif, karena penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain, kalaupun ada digunakan pendekatan yuridis empiris hanyalah sebagai metode pendukung dalam penelitian ini.

Dari hasil penelitian tersebut, maka dapat diambil kesimpulannya bahwa Sistem Perlindungan Rahasia Dagang memiliki ruang lingkup yang lebih luas, karena terdapat ketentuan didalamnya bahwa pihak yang melakukan pelanggaran dapat dikenakan tuntutan baik secara perdata maupun pidana. Pemberian perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang memiliki makna yang sangat penting, yaitu sebagai landasan bagi perlindungan yang efektif terhadap berbagai bentuk informasi yang bersifat rahasia yang dikatagorikan sebagai Rahasia Dagang melalui pengaturan pencegahan praktek persaingan usaha yang tidak sehat yang dapat merugikan masyarakat


(6)

Disarankan Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang diterapkan dengan lebih terarah karena Rahasia Dagang merupakan aset ataupun investasi yang sangat bernilai tinggi dan mahal harganya bagi orang atau perusahaan yang merupakan penemu dari Rahasia Dagang tersebut oleh karena itu tepatlah pemerintah membuat suatu ketentuan hukum yang dapat dikatakan cukup lengkap mengatur hal-hal yang diperlukan secara khusus dalam melindungi suatu aset yang bernilai ekonomi tinggi seperti halnya Rahasia Dagang.


(7)

ABSTRACT

The secret of trade now is already one form of investment expensively beside the form of another investment that must be maintained against all parties for not abuse for interest of another parties through one mechanism of inhonest competition.

The secret of trade is information in field of technology and business that is not known by public, to have value of economy because useful in activity of business, and kept the secret by the owner of the Trade Secret.

The protection of law for secret of trade can be separated into some parts, they are:

1. There is contract element/agreement

2. The right of owner of Trade Secret is noticed seriously (there is right of exclusive) 3. Display of unlawfull actions

4. The solution of conflict in state court 5. The transfer of rights of trade secret

6. There is no time period of protecting trade secret

To depart from the presentation above, so the formulation of issue in this research is how the protection of law for secret of trade, what is the attempt of trade secret owner in maintaining the existence of trade secret for solving the competition that is not healthy by competitors and there is no good intention, and what is the form of conflict solution in breaking of the trade secret.

This research is descriptive analytical, meaning that this research is included into scope of research to describe, process and explain and analyze the regulations of law relating to the protection of trade secret.

Research is done by approach of yuridic and normative, because the research is library one and document study, although there is yuridical empiric, it is only a supportive method of the research.

From the result of research, it is concluded that system of Trade Secret Protection has wider scope, because there is provision in it that the breaker can be claimed by civil and criminal matter. The giving of law protection on trade secret has important meaning, namely as foundation for effective protection for forms of information secretly categorized as secret of the trade by regulation of preventing unhealthy practice of competition that can damage the people.

It is suggested the protection of Law for Trade Secret is stipulated in better focus because Secret of trade is asset or investment with high value and expensive of price for person or organization as inventor of the Trade Secret, therefore government makes law regulation to regulate the things needed particularly in protecting an asset of high economic value such as Secret of Trade.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan penyayang karena berkat dan rahmat-Nya maka penulisan Tesis ini dapat diselesaikan dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP RAHASIA DAGANG”

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh Gelar Magister dalam bidang ilmu kenotariatan pada program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan tesis ini telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari semua pihak, oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih khusus kepada bapak Prof. Dr Runtung Sitepu, sebagai pembimbing utama, bapak Prof. Dr. H. M,.Yamin,SH, MS, CN. Dan bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, Sebagai anggota pembimbing kedua dan ketiga atas kesediaan memberi bimbingan dan petunjuk serta saran dari sejak awal penyusunan proposal sampai selesai penulisan tesis ini.

Selanjutnya terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada :

1. Kedua orang tua saya Hamzah dan Nurmala Harahap serta seluruh anggota keluarga penulis yang sangat penulis sayangi dan hormati yang senantiasa mengasihi, membimbing, memperhatikan dan menyediakan segala apa yang penulis perlukan dalam segala hal sampai saat ini.

2. Prof. Dr Chairuddin P.Lubis, DTM & H, SpAK, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami


(9)

untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Kenotariatan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr.Ir. T Chairun Nisa B,M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister Kenotariatan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, M.Hum, Selaku dosen penguji pada Tesis saya yang telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan dalam peyelesaian Tesis ini.

4. Syafnil Gani, SH, M. Hum, Selaku dosen penguji pada Tesis saya yang telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan dalam peyelesaian Tesis ini. 5. Prof. Dr Muhammad Yamin SH,MS, CN sebagai ketua program Studib

Magister Kenotariatan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak-bapak dan ibu-ibu Guru besar dan Staf pengajar pada program Studi Magister Kenotariatan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan ilmu pengetahuan kepada penulis, khususnya dalam bidang Ilmu Kenotaritan

7. Kakek saya Prof. DR. Muhammad Daud, SH selaku guru besar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan yang telah membimbing dan membantu saya dalam penyelesaian Tesis ini.

8. Putri, Viky, Andien, Rispi, dan Vika sebagai keponakan-keponakan yang menceriakan hari-hari penulis.


(10)

9 Ion, Ari, Yudha, Fitri, Widy, Eko yang selalu berada di sisi penulis dalam segala kondisi.

10. My Sweet Heart, Eka Santi, yang selalu membantu dan memberi dukungan dalam penyelesaian Tesis ini.

11. Rekan-rekan mahasiswa dari program Studi Magister Kenotariatan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan dorongan moril kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan nama dan jabatannya satu persatu

Akhirnya dengan menghaturkan puji dan syukur yang sangat mendalam kepada ALLAH SWT, serta mengucapkan ALHAMDULILLAHI ROBBIL ALAMIN semoga pengetahuan yang penulis terima selama perkuliahan dapat di darmabaktikan kepada keluarga, agama, masyarakat dan bangsa.

Medan, Juni 2008

Penulis

Himalay Taufan


(11)

RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI

Nama : Himalay Taufan, SH

Tempat Tanggal Lahir : Takengon, 02 November 1984 Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 23 tahun

Agama : Islam

Alamat : Jl.Kenanga Raya, Gg.Gayo Baru, No.229, Pasar 1, Tanjung Sari, Medan, 20132

Telepon : (061) 77048214

Hand Phone : 081396121184 - 081361212114 B. PENDIDIKAN

1. PENDIDIKAN FORMAL

SD Negeri Buntul Kubu tamat tahun 1996

SLTP Negeri 1 Takengon tamat tahun 1999

SMU Negeri 1 Takengon tamat tahun 2002

• Universitas Sumatera Utara, Fakultas Hukum, Program Studi Hukum Perdata, tamat tahun 2006

• Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Program Studi Magister Kenotariatan, sejak tahun 2006

2. PENDIDIKAN NON FORMAL

• Kursus Komputer “Office Class” di Bina Komputer

• Kursus Bahasa Inggris “Conversation Class” di SDM 21

• Kursus Bahasa Jepang “Basic Class” di SDM 21


(12)

C. PRESTASI 1. Modelling

• Finalis Model Trendy 2002

• Finalis Model Elit Tabloid Gaya Medan 2003

• Finalis Duta Sumut 2003

• Juara Busana Muslim 2003

• The Best Intelegency Geas Club 2003

• Finalis Simpati Zone Ambassador 2005

• Juara 2 Model Trendy 2003

• Cover Guest “Keren Beken” 2004 Wakil Medan 2. Acting

• FTV “Sang Dara” 2004

• FTV “Nurani Tak Pernah Berdusta” 2004

• Sinetron “Taqwa” 2006

• Cipta Bintang Televisi 2004 3. Iklan

• Produk Minuman “PROSWEAT” 2006 4. Talent search

• Kontestan Supervisi AFI 2006

• Indonesian Idol

• Finalis ”30 Detik Jadi Bintang” Global TV 2005

• Finalis “Indonesian Star” Metro TV 2005

• Finalis “Ari Wibowo Cari Pembantu”, MD Entertaint SCTV 2005


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...…i

ABSTRACT ...iii

KATA PENGANTAR...iv

RIWAYAT HIDUP ...vii

DAFTAR ISI...ix

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang ...1

B. Permasalahan ...7

C. Tujuan Penelitian ...7

D. Manfaat Penelitian ...9

E. Keaslian Penelitian...9

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi ...10

1. Kerangka Teori...10

1.1 Sejarah Rahasia Dagang...11

1.2 Pengertian Rahasia Dagang...15

1.2 Kriteria Rahasia Dagang ...18

1.4 Ruang Lingkup Rahasia Dagang...19

2. Konsepsi...21


(14)

1. Sifat Penelitian ...23

2. Pendekatan Penelitian ...24

3. Sumber Data...25

4. Lokasi Penelitian...26

5. Analisis Data ...26

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM RAHASIA DAGANG ...28

A. Tentang Era Globalisasi ...28

B. Kaitan Antara Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang Dengan Era Globalisasi ...32

C. Pengaruh TRIPs-WTO Terhadap Perlindungan Hukum Rahasia Dagang Dan Era Globalisasi ...43

D. Perlindungan Hukum Rahasia Dagang ...53

BAB III UPAYA PEMILIK RAHASIA DAGANG DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI RAHASIA DAGANGNYA UNTUK MENGATASI PERSAINGAN TIDAK SEHAT ...66

A. Hak Dan Kewajiban Pemilik Rahasia Dagang ...66

1. Hak Pemilik Rahasia Dagang...66

2. Kewajiban Pemilik Rahasai Dagang...71

B. Pengalihan Hak Rahasia Dagang ...72

C. Pemilik Rahasia Dagang Dalam Mempertahankan Eksistensi Rahasia Dagangnya Untuk Mengatasi Persaingan Usaha Tidak Sehat ...77


(15)

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA PELANGGARAN

RAHASIA DAGANG ... ...82

A. Pelanggaran Rahasia Dagang...83

B. Tindak Pidana Pencurian Rahasia Dagang Dan Spionase Ekonomi...90

C. Penyelesaian Sengketa Pelanggaran Rahasia Dagang ...93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... .101

A. Kesimpulan ... .101

B. Saran... .104


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah hasil dari proses kemampuan berpikir (intellectual) manusia yang merupakan ide dan diwujudkan dalam bentuk ciptaan atau invensi. Pada ide tersebut, melekat predikat intelektual yang bersifat abstrak, sedangkan pada ciptaan atau invesi yang merupakan milik didalamnya melekat suatu hak yang bersumber dari akal atau intelek manusia. Jadi dapatlah dikatakan bahwa HAKI tersebut merupakan hak yang bersifat abstrak dan termasuk pada lingkup benda tidak berwujud.

Terdapat keterkaitan yang sangat erat antara perlindungan atas Rahasia Dagang (trade secret) atau yang dikenal juga dengan informasi yang dirahasiakan (undisclosed information) yang merupakan bagian dari Hak Atas Kekayaan Intelktual dengan globalisasi perdagangan1.

Pada era globalisasi perdagangan internasional dilakukan secara bebas antar negara-negara di dunia. Kondisi ini sangat mempengaruhi perkembangan HAKI oleh karena itu perlu diberikan perlindungan hukum terhadap HAKI, dimana perlindungan ini tidak hanya secara bilateral melainkan juga secara multilateral atau secara global.

Tingginya frekuensi keluar masuk dan berpindah-pindahnya sumber daya manusia dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya bahkan antar perusahaan yang


(17)

berbeda negara telah menjadi ciri dalam era globalisasi perdagangan yang tidak dapat dihindarkan. Kenyataan seperti ini akan sangat berpengaruh terhadap perlindungan Rahasia Dagang.

Tingginya frekuensi keluar masuk tenaga kerja dari suatu perusahaan ke perusahaan lainnya secara internasional dengan mudah dapat digunakan sebagai upaya pelanggaran Rahasia Dagang oleh kompetitor.

Dengan berpindahnya sumber daya manusia dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya tidak berarti bahwa orang tersebut dapat menggunakan Rahasia Dagang yang dimiliki oleh perusahaan yang ditinggalkannya untuk dimanfaatkan pada perusahaan barunya. Oleh karena itu pembuatan kontrak kerja yang melindungi Rahasia Dagang baik itu bersifat formula, proses produksi, daftar pelanggan metode-metode dan sebagainya menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Pembentukan Undang-Undang Rahasia Dagang harus diterapkan atau setidaknya menerapkan standar minimal dalam TRIPs Agreement. Dengan kemungkinan penerapan standar minimal, berarti masih dimungkinkan celah untuk menentukan ketentuan-ketentuan yang dapat memberikan manfaat.

Indonesia pada prinsipnya telah memberikan Rahasia Dagang itu sendiri jauh sebelum Undang-Undang Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang dirumuskan.

Undang-Undang Rahasia Dagang sangat penting untuk melindungi gagasan-gagasan yang mempunyai nilai komersil yang memberikan keuntungan bersaing. 1 Ahmad M Ramli, Hak atas Kepemilikan Intelektual (Teori Dasar Perlindungan Rahasia


(18)

Undang-Undang Rahasia Dagang juga dapat mendorong iklim yang sehat dan memantapkan hubungan para pihak dalam transaksi perdagangan dengan tersedianya perangkat aturan-aturan main yang jujur, bahkan tanpa adanya kontrak yang tegas sekalipun. Lebih jauh, Undang-Undang Rahasia Dagang juga mempertinggi efisiensi dan produktivitas dengan memberikan kerangka yang mendorong arus informasi diantara semua pihak terhadap suatu transaksi perdagangan2.

Rahasia Dagang saat ini sudah merupakan salah satu bentuk investasi yang sangat mahal disamping bentuk investasi lainnya yang harus dipertahankan terhadap semua pihak sehingga tidak disalahgunakan demi kepentingan pihak lain melalui suatu mekanisme persaingan tidak jujur3. Akibat dari kenyataan ini, maka perlindungan atas Rahasia Dagang akan menjadi salah satu faktor penentu dalam menarik investor asing untuk masuk ke Indonesia, dan faktor penentu untuk frekuensi perdagangan internasional itu sendiri.

Untuk melindungi Rahasia Dagangnya para investor juga berkepentingan terhadap suatu bentuk usaha penanam modal asing yang didalamnya tidak terlibat unsur luar perusahaan itu.

Perlindungan Rahasia Dagang juga semakin penting jika dikaitkan dengan hubungan antar perusahaan dan karyawannya. Keberadaan PMA yag tidak melibatkan unsur luar perusahaan saat ini sudah dimungkinkan di Indonesia dengan kebijakan pemerintah yang menyatakan dibolehkannya bentuk PMA 100% saham

2 Cita Citrawinda Priapantja, Budaya Hukum Indonesia Menghadapi Globalisasi Perdagangan


(19)

dalam suatu PT sangat penting artinya, terutama apabila bidang usaha PT tersebut melibatkan HAKI termasuk Paten dan Rahasia Dagang4.

Perlindungan hukum berlaku bagi Hak Kekayaan Intelektual yang sudah terdaftar dan dibuktikan dengan sertifikat pendaftaran. Perlindungan hukum berlangsung selama jangka waktu yang ditentukan menurut bidang dan klasifikasinya. Apabilia orang ingin menikmati manfaat ekonomi dari Hak Atas Kekayaan Intelektual orang lain, dia wajib memperoleh izin dari orang yang berhak.

Perlindungan hukum merupakan upaya yang diatur oleh Undang-Undang guna mencegah terjadinya pelanggaran HAKI oleh orang yang tidak berhak.

Undang-Undang Rahasia Dagang memainkan peranan penting bagi suatu bisnis yang menghasilkan inovasi-inovasi yang harus dijaga kerahasiaannya untuk memperoleh kembali biaya-biaya dan keuntungan3.

Dalam konteks yang lebih luas, dasar perdagangan dari seluruh negara dapat dipengaruhi oleh seberapa luasnya sistem hukum yang melindungi Rahasia Dagang, bersama-sama Hak Atas Kekayaan Intelektual lainnya, seperti Hak Paten, Hak Merek, Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, dan lain-lain.

Tidak memadainya Perlindungan Hukum atas Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) tersebut dapat mempengaruhi perkembangan industri karena perangkat HAKI itu dirancang untuk merangsang kegiatan swasta, terutama investasi dana untuk membantu riset dan pengembangan teknologi baru yang sudah menjadi sifatnya 3 Opcit Hal 2


(20)

mengandung resiko yang lebih besar dari pada kegiatan perdagangan lainnya. Maka melalui pengurangan resiko, perangkat hukum HAKI merangsang investasi yang lebih besar dalam proses invasi5.

Jadi, perlindungan atas Rahasia Dagang dapat mendorong masuknya investasi, inovasi industri, dan kemajuan teknologi dan dengan demikian mempunyai pengaruh langsung pada keseluruhan perekonomian negara6.

Dalam tahun-tahun belakangan ini, lajunya perubahan teknologi, meningkatkan pengeluaran biaya untuk riset dan pengembangan, lebih besarnya mobilitas karyawan dan kegiatan pengusaha, persaingan bisnis secara internasional, dan bertambah rumitnya menyatu-padukan teknologi-teknologi yang berbeda, telah mempertinggi pentingnya Undang-Undang Rahasia Dagang

Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang di Indonesia diharapkan dapat menjamin dan memberikan perlindungan hukum terhadap informasi-informasi yang bersifat rahasia dari suatu perusahaan sehingga tidak mudah diperoleh pihak lain secara melawan hukum dan dapat terhindar dari praktek persaingan curang atau persaingan tidak sehat. Dengan demikian, kelancaran dan kemajuan suatu perusahaan meningkatkan dan melahirkan optimisme dari pelaku usaha di dalam memasuki era globalisasi perdagangan.

4Komar Kantaatmadja, Undang-Undang Perseroan Terbatas 1995 dan Implikasinya Terhadap

Penanaman Modal Asing, Bandung, 1995, Hal 1

5 Ibid, Hal 37 6 Ibid, Hal 38


(21)

Era globalisasi ini memperlihatkan suatu kenyataan bahwa perdagangan global akan memasuki tahapan baru, yaitu makin berkurangnya hambatan perdagangan antar negara yang ada di dunia ini dan makin bertambahnya ketergantungan suatu negara kepada negara lainnya.

Arah globalisasi ini sangat erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan teknologi, terutama di bidang informasi, telekomunikasi, serta transportasi, dan memperlihatkan kecenderungan yang terus berkembang.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini mengakibatkan suatu peristiwa di satu negara sangat mudah dan cepat diketahui oleh orang banyak yang ada di negara lain. Hal ini berarti tidak ada lagi batas antara negara dan menyebabkan pembauran antar negara menjadi semakin kompleks. Inilah salah satu gambaran yang akan dihadapi oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia dalam era globalisasi atau perdagangan bebas.

Para pelaku usaha dan investor, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri merasa berkepentingan terhadap teknologi yang mereka miliki sehingga mereka merasa perlu adanya perlindungan hukum terhadap teknologi tersebut.

Hal ini terjadi karena barang dan jasa yang mereka hasilkan dengan teknologi yang mereka miliki merupakan bagian dari Hak Atas Kekayaan Intelektual yang wajib dilindungi oleh hukum yang sesuai dengan standar internasional.

Munculnya keterkaitan antara barang dan jasa dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual adalah karena di dalam proses pembuatan barang dan jasa tersebut terdapat informasi yang dirahasiakan atau yang lebih dikenal dengan Rahasia Dagang


(22)

yang tidak boleh diketahui oleh umum yang merupakan bagian dari HAKI selain Hak Paten, Hak Merek, Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, dan lain-lain.

Informasi yang dirahasiakan atau Rahasia Dagang dari suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting bagi pelaku usaha karena informasi ini memiliki nilai ekonomis dan menyangkut kualitas dari barang dan jasa yang dihasilkan.

Apabila terjadi pembocoran maka akan merugikan perusahaan tersebut, jadi dipandang dari sudut hukum dan ekonomi, Rahasia Dagang menjadi faktor yang esensial bagi perkembangan perusahaan tersebut.

Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang ini merupakan suatu syarat mutlak dan menjadi faktor yang sangat esensial terutama untuk mencegah persaingan usaha yang tidak sehat dari pelaku bisnis lainnya yang memiliki perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang sejenis, terlebih-lebih jika dikaitkan dengan globalisasi perdagangan.

Jadi dengan adanya perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang, maka akan melahirkan bentuk persaingan dagang yang jujur di antara pelaku bisnis dan menjadi komoditas yang sangat berharga karena memiliki nilai ekonomis tinggi7. Selain itu, perlindungan hukum ini menjadi salah satu faktor penentu dalam menarik

investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Para pelaku usaha enggan melakukan kegiatan perdagangan karena jika terjadi pembocoran Rahasia Dagang oleh orang yang tidak berhak maka mengakibatkan


(23)

kerugian, serta investor asing tidak berminat menanamkan modalnya di Indonesia dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) yang didalamnya tidak terlibat unsur luar perusahaan itu atau dalam bentuk Joint Venture karena tingkat kompetisi antar perusahaan semakin tinggi sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat.

Berdasarkan penjabaran tersebut diatas, penulis bermaksud untuk menyusun tesis dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM ATAS RAHASIA DAGANG” B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang sebagaimana dikemukakan di atas, maka pokok permasalahan dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Perlindungan Hukum atas Rahasia Dagang?

2. Bagaimana upaya Pemilik Rahasia Dagang dalam mempertahankan eksistensi Rahasia Dagangnya untuk mengatasi persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan oleh kompetitor yang tidak beritikad baik?

3. Bagaimana bentuk upaya penyelesaian sengketa pelanggaran Rahasia Dagang?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui Bagaimanakah Perlindungan Hukum atas Rahasia Dagang.

2. Mengetahui bagaimana upaya pemilik Rahasia Dagang dalam mempertahankan eksistensi Rahasia Dagangnya untuk mengatasi persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan oleh kompetitor yang tidak beritikad baik. 7 Opcit, Hal 3


(24)

3. Juga untuk mengetahui bagaimana bentuk upaya penyelesaian sengketa pelanggaran Rahasia Dagang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat baik secara praktis maupun teoritis, yaitu :

1. Secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para aparat penegak hukum yang terkait untuk melaksanakan perlindungan hukum bagi pencari keadilan khususnya di bidang Rahasia Dagang.

2. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk penulisan dan penelitian lebih lanjut untuk membentuk aturan main yang jelas mengenai perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang.

3. Pembahasan dalam penulisan ini juga dimaksudkan sebagai sumbang saran penulis kepada mahasiswa dan masyarakat untuk menambah wawasannya tentang HAKI khususnya Rahasia Dagang.

E. Keaslian Penelitian

Dari hasil penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa tesis dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM ATAS RAHASIA DAGANG” ini belum ada yang membahasnya, sehingga tesis ini dijamin keasliannya sepanjang mengenai judul dan permasalahan yang diuraikan di atas sehingga penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.


(25)

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah merupakan kerangka lebih lanjut terhadap masalah-masalah yang diteliti. Sebelum peneliti mengetahui kegunaan dari kerangka teori, maka peneliti perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai arti teori.

Menurut Bintaro Tjokromijoyo dan mustafa Adidjoyo ”Teori diartikan sebagai ungkapan mengenai hubungan kausal yang logis diantara perubahan (variabel) dalam bidang tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka pikir

(frame of thingking) dalam memahami serta menangani permasalahan yang timbul di

dalam bidang tersebut”8

Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa maksud kerangka teori adalah pengetahuan yang diperoleh dari tulisan dan dokumen serta pengetahuan kita sendiri yang merupakan kerangka dari pemikiran dan sebagai lanjutan dari teori yang bersangkutan, sehingga teori penelitian dapat digunakan untuk proses penyusunan maupun penjelasan serta meramalkan kemungkinan adanya gejala-gejala yang timbul.

Menurut M. Solly Lubis, kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, atau tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoritis9.

8Bintaro Tjokroamidjojo Dan Mustofa Adidjoyo, Teori Dan Strategi Pembangunan Nasional, Jakarta; CV Haji Masagung, 1998, Hal 12

9M. Solly Lubis, dikutip dalam S. Mantayborbir, Sistem Hukum Pengurusan Piutang Negara, Jakarta; Pustaka Bangsa Press, 2004, Hal 13


(26)

Dalam hal ini fungsi kerangka teori selaras dengan apa yang digunakan oleh Dr. Sugiyono bahwa ”teori-teori yang relevan dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti. Setara sebagai dasar untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan”10.

1.1 Sejarah Rahasia Dagang

Sebelum mengetahui lebih jauh tentang Rahasia Dagang, maka ada baiknya terlebih dahulu kita tahu tentang sejarah daripada Rahasia Dagang itu sendiri. Dengan mengetahui sejarah dari Rahasia Dagang itu maka dapat mengetahui mengapa Rahasia Dagang menjadi penting. Rahasia Dagang bukanlah hal yang baru bagi dunia usaha.

Sebelum abad kesembilan belas, masalah kerahasiaan, khususnya yang berhubungan dengan rahasia perusahaan, telah memperoleh perhatian yang tidak kalah pentingnya oleh pengadilan, namun hal ini belum diatur secara khusus.

Dimana pengaturannya secara umum diatur dalam hukum kerahasiaan (law of confidental). Hukum kerahasiaan berkaitan dengan perlindungan rahasia-rahasia baik yang menyangkut rahasia di bidang perdagangan, rahasia yang sifatnya pribadi ataupun mengenai pemerintah negara.

Adapun dasar-dasar alasan terbentuknya hukum kerahasiaan ini dapat mencegah seseorang membocorkan informasi yang diberikan kepadanya secara rahasia, dengan pengertian tegas maupun diam-diam bahwa informasi itu tidak boleh dibocorkan kepada pihak-pihak lain atau disalahgunakan oleh penerima informasi.


(27)

Sumber hukum kerahasiaan terletak pada equity dan hampir keseluruhannya merupakan hukum kasus. Hal ini jugalah yang menjadi dasar perlunya perlindungan terhadap Rahasia Dagang itu sendiri.

Dan hukum kerahasiaan secara modern mulai berkembang pada awal abad kesembilan belas, yang mana perkembangan tersebut telah mampu menghasilkan peraturan-peraturan khusus mengenai rahasia-rahasia ataupun informasi-informasi tentang perdagangan dan kepentingan negara11.

Untuk lebih mengetahui tentang sejarah Rahasia Dagang itu dengan mengambil contoh kasus yang telah terjadi jauh sebelum terbentuknya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang.

Salah Satu kasus yang cukup terkenal, yang diputus di negeri Belanda adalah kasus Cohen vs Lindenbaum. Cohen maupun Lindenbaum adalah dua buah perusahaan percetakan yang saling bersaing. Kasus ini bermula dari penerimaan pegawai Lindenbaum oleh Cohen melalui iming-iming dan bujuk rayu yang disertai dengan hadiah. Karyawan Lindenbaum yang dipekerjakan oleh Cohen tersebut selanjutnya dimanfaatkan oleh Cohen, dengan cara mengorek segala informasi maupun data yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Khususnya yang berhubungan dengan jalannya kegiatan operasional Lindenbaum, termasuk berbagi informasi mengenai pembelian, pemasok (supplier), penjualan, promosi, pelanggan (customer), serta proses penentuan harga (pricing), hal ini dilakukan oleh Cohen untuk merebut pangsa pasar.


(28)

Perusahaan Lindenbaum selanjutnya menggugat perusahaan Cohen akibat tindakannya tersebut yang telah membawa banyak kerugian materil pada perusahaannya, dengan dasar gugatan Cohen telah melakukan perbuatan melanggar hukum, misalnya Pasal 1365 KUH Perdata, karena belum adanya peraturan khusus di bidang HAKI terutama mengenai Rahasia Dagang.

Dalam pemeriksaan tingkat pertama, Lindenbaum dimenangkan. Namun pada pemeriksaan tingkat banding oleh Gerechtshof, Amsterdam, Lindenbaum dikalahkan berdasarkan yurisprudensi bahwa tindakan Cohen tersebut tidak dapat dikatagorikan sebagai perbuatan yang melawan hukum. Tidak ada satu ketentuanpun dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku waktu itu yang dilanggar oleh Cohen.

Di pemeriksaan kasasi oleh Hoge Raad, Lindenbaum dimenangkan. Diman Hoge Raad menyatakan bahwa perbuatan Cohen tersebut dapat dimasukkan sebag a i perbuatan melanggar hukum (Pasal 1365 KUH Perdata), karena telah memperkosa suatu Hak Milik hukum orang lain secara bertentangan dengan kepatutan atau kesusilaan atau dengan kepantasan dalam masyarakat dengan tanpa memperhatikan kepentingan orang lain12.

Putusan Hoge Raad Belanda Tanggal 31 Januari 1919 tersebut telah memberikan suatu pengertian yang luas dari perbuatan melanggar hukum, yaitu bahwa pengungkapan informasi tersebut ternyata merupakan suatu 11 David I Bainbridge, Komputer Dan Hukum, Jakarta, PT Sinar Grafika, 1993, Hal;46


(29)

pengungkapan yang dapat menyebabkan kerugian (secara komersil) terhadap pihak pemilik informasi tersebut13.

Hal terpenting dari kasus ini adalah pengadilan menyatakan bahwa suatu tindakan dianggap telah melanggar Rahasia Dagang jika memenuhi unsur-unsur :

1. Bahwa informasi itu memiliki nilai kerahasiaan.

2. Adanya kewajiban para pihak untuk merahasiakan informasi tersebut.

3. Adanya unsur perbuatan berupa tindakan penggunaan informasi tersebut secara melawan hukum yang merugikan pemilik informasi.

Tergugat dalam hal ini dinyatakan telah melanggar Rahasia Dagang karena melanggar kewajibannya untuk menjaga kerahasiaan tersebut14. Demikianlah telah kita lihat bagaimana pentingnya suatu informasi atau data yang bersifat rahasia bagi dunia usaha. Kerahasiaan itu sendiri pada dasarnya bersifat relatif, dan tidak absolut, sebagaimana yang telah dikemukakan di atas.

Suatu informasi rahasia adalah suatu informasi yang tidak terbuka untuk umum, dalam arti kata ”orang luar”, dan bersifat tidak rahasia bagi orang yang terlibat secara langsung dengan keberadaan dan pemanfaatan informasi itu sendiri, yang dalam banyak istilah dikatagorikan sebagai orang dalam.

12Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis, Rahasia Dagang, Jakarta, P.T Raja Grafindo Persada, 2001, Hal 1


(30)

1.2 Pengertian Rahasia Dagang

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Rahasia Dagang, ada baiknya mengetahui terlebih dahulu pengertian dari Rahasia Dagang tersebut. Jika telah mengetahui pengertian tersebut, maka untuk menuju pada tahap pembahasan akan lebih memudahkan untuk semakin mengerti dan memahami hal tersebut. Istilah Rahasia Dagang itu sendiri di beberapa Negara berbeda-beda satu dengan yang lainnya.

Ada yang menyatakan istilah “know-how” dibedakan dengan trade secret. Istilah Rahasia Dagang dikenal secara luas dalam sistem Anglo Saxon dan dipergunakan baik dalam produk-produk hukum dan kepustakaan hukum.

Sarjana-sarjana hukum terkemuka Amerika Serikat, seperti Robert Merges, Pamela Samuelson, Richard M Buxbaum menggunakan istilah Rahasia Dagang meskipun telah lahir istilah baru yaitu informasi yang dirahasiakan yang diakomodasi dalam TRIPs tersebut. Di Prancis, Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat dan banyak Negara lainnya menyatakan bahwa “know-how” dalam bidang industri dapat merupakan suatu trade secret atau Rahasia Dagang, walaupun proses umum atau metode itu berkaitan dengan hal yang dapat dipatenkan atau secara umum dapat diketahui oleh masyarakat luas15.

14 Ahmad M. Ramli, HAKI Teori Dasar Perlindungan Rahasia Dagang, Bandung, Mandar Maju, 2000, Hal.31

15Insan Budi Maulana, Langkah Awal Mengenal Undang-Undang Rahasia Dagang, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2001, Hal.18


(31)

TRIPs dalam hal ini memberikan istilah agak berbeda dengan menyatakan sebagai informasi yang dirahasiakan, istilah ini pada prinsipnya merupakan pedoman dari istilah Rahasia Dagang.

Dengan catatan bahwa kesepakatan GATT-WTO dalam TRIPs tampak bermaksud memperluas istilah Rahasia Dagang ini. Berbeda dengan penggunaan istilah yang digunakan dalam Sistem Hukum Amerika Serikat, Sistem Hukum Inggris memberikan istilah yang lebih mendekati terminologi yang digunakan TRIPs dengan menyebutkannya sebagai informasi rahasia (confidential information) untuk Rahasia Dagang, sedangkan hukum dan praktek pengadilan Australia justru menggunakan istilah yang sama dengan Amerika Serikat yaitu Rahasia Dagang16.

Terlepas dari semua perbedaan tentang penyebutan istilah Rahasia Dagang itu sendiri, pada prinsipnya Rahasia Dagang merupakan bagian dari informasi rahasia17. Informasi Rahasia adalah informasi yang tidak boleh diketahui siapa saja, kecuali petugas atau pejabat yang diberi wewenang untuk melaksanakan dan menyimpan informasi rahasia tersebut.

Informasi rahasia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis menurut pemilik atau sumbernya, yaitu18 :

1. Rahasia Pribadi (private secret), dimiliki seseorang yang patut dirahasiakan, misalnya catatan harian pengusaha melalui sekretarisnya, kisah kehidupan pribadi masa lalu, kiat sukses dalam pemasaran.

16 Op. Cit, Hal.33-34


(32)

2. Rahasia Politik (political secret), dimiliki oleh negara atau partai politik misalnya rahasia jabatan, strategi penguasaan suatu wilayah, pembatasan ruang gerak partai politik, strategi mempertahankan kekuasaan.

3. Rahasia Pertahanan dan Keamanan (defence and security secret), dimiliki negara, misalnya strategi pengembangan militer, pembangunan pabrik senjata, pertahanan negara yang efektif, daerah kawasan militer.

4. Rahasia Dagang (trade secret), dimiliki perusahaan atau pengusaha, misalnya penemuan teknologi, proses produksi dan pemasaran, manajemen perusahaan, formula produk berkualitas, program komputer, dan komputerisasi data prospek perusahaan.

Terdapat perbedaan pengertian Rahasia Dagang pada beberapa sarjana, untuk mewakili pengertian Rahasia Dagang itu sendiri, kita akan mengutip dari pengertian yang tercantum dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang, Pasal 1 Ayat (1) yang berbunyi :

“Rahasia Dagang adalah informasi di bidang teknologi dan atau bisnis yang tidak diketahui umum, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang”.

Banyak pengertian dari Rahasia Dagang itu sendiri, baik menurut ketentuan hukum nasional maupun menurut negara lainnya. Namun pada prinsipnya bahwa Rahasia Dagang merupakan segala informasi yang tidak diketahui oleh umum dalam rangka kegiatan perdagangan. Informasi yang sangat strategis sifatnya ini memiliki 18 Ibid Hal 36


(33)

potensi mengandung nilai ekonomis yang tinggi karena dapat digunakan untuk alat bersaing dengan para competitor.

1.3 Kriteria Rahasia Dagang

Dengan mengetahui pengertian Rahasia Dagang tersebut, maka kita dapat mengambil kesimpulan informasi yang bagaimanakah yang termasuk kedalam Rahasia Dagang tersebut. Untuk menjawab pertanyaan itu, yang menjadi pembahasan selanjutnya yaitu kriteria Rahasia Dagang tersebut.

Adapun kriteria Rahasia Dagang berdasarkan pengertian Rahasia Dagang sebelumnya yaitu :

1. Informasi itu mempunyai nilai ekonomi (economic value), artinya menghasilkan keuntungan ekonomi bagi perusahaan yang menggunakannya. 2. Informasi itu mempunyai nilai rahasia (secret value), artinya ide baru yang

belum diketahui oleh pihak lain, bernilai strategis dalam menghadapi pesaing, dan prospek usaha cerah melalui pengembangan proses produksi dan pemasaran.

3. Informasi itu termasuk lingkup perindustrian dan perdagangan (scope of

industry and trade), lingkup perindustrian ini meliputi aspek tata niaga.

4. Terbukanya kerahasiaan (disclosure of secrecy), informasi mengakibatkan kerugian bagi pemiliknya karena informasi itu berpindah dan ikut dimanfaatkan oleh pihak pesaing.

Tidak sedikit fakta yang terdapat diperusahaan-perusahaan besar, dimana mereka mencantumkan secara konkrit dan tegas dalam setiap kontrak/perjanjian baik


(34)

antara pengusaha dengan karyawannya ataupun antar perusahaan yang satu dengan yang lain mengenai kewajiban tiap-tiap pihak yang terkait untuk menjaga kerahasiaan terutama di bidang perdagangan.

Untuk mempertahankan eksistensi Rahasia Dagang, maka pemiliknya harus melakukan langkah-langkah konkret untuk melindunginya, seperti :

1. Pengungkapan Rahasia Dagang hanya dilakukan terhadap mereka yang perlu mengetahuinya saja dengan persyaratan-persyaratan yang sifatnya rahasia. 2. Rahasia Dagang harus selalu dimasukkan kedalam kelompok informasi atau

data yang bersifat rahasia.

3. Akses public terhadap informasi tersebut dalam berbagai bentuk harus dihindari, termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan penelitian laboratorium, studi literatur, perbandingan proses produksi dan lain-lain.

4. Dalam perjanjian kerja antar perusahaan dengan karyawan harus diatur secara tegas tentang larangan pengungkapan Rahasia Dagang diluar tugas-tugasnya seperti jika berhubungan dengan pihak lain yang tidak terikat dalam perjanjian.

1.4 Ruang Lingkup Rahasia Dagang

Mengenai ruang lingkup Rahasia Dagang masih terdapat perbedaan pendapat, namun Indonesia mencoba untuk membuat cakupan mengenai Rahasia Dagang itu dengan mengacu kepada ketentuan TRIPs.

Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang lingkup perlindungan Rahasia Dagang meliputi informasi tentang Metode


(35)

Produksi, Metode Pengolahan, Metode Penjualan, atau informasi lainnya di bidang teknologi dan atau bisnis yang bernilai ekonomi, dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.

Disamping mengacu pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000, dapat juga diambil contoh penerapan lingkup baku dalam hukum Amerika Serikat, Yaitu :

1. Informasi tekhnikal atau penelitian dan pengembangan dengan contoh sebagai berikut : informasi teknologi, informasi yang berhubungan dengan riset dan pengembangan, formula-formula, senyawa-senyawa/bahan campuran, proses-proses dan lain-lain.

2. Informasi tentang proses produksi, misalnya data biaya, informasi-informasi yang berhubungan dengan perlengkapan-perlengkapan khusus produksi, teknologi pemrosesan, spesifikasi-spesifikasi untuk proses produksi dan perlengkapannya.

3. Informasi tentang pemasok.

4. Informasi tentang kendali mutu, misalnya prosedur kendali mutu, kendali mutu manual, data kendali mutu, dan know-how.

5. Informasi penjualan dan pemasaran, misalnya peramalan penjualan, perencanaan penjualan dan pemasaran, laporan penjualan, informasi tentang kompetitor, informasi yang berhubungan dengan pelanggan, hasil studi dan laporan-laporan penjualan dan pemasaran.


(36)

6. Informasi keuangan internal, misalnya dokumen keuangan, internal anggaran, peramalan, hasil cetak melalui komputer, marjin produksi, biaya produksi, data untungt-rugi, informasi administrative.

7. Informasi administrasi internal, misalnya organisai internal, kunci-kunci dalam pengambilan keputusan, perencanaan strategi bisnis, perangkat lunak komputer internal perusahaan.

Ruang lingkup Rahasia Dagang dapat berkembang lebih luas tetapi intinya mencakup informasi teknik dan informasi non-teknik.

2. Konsepsi

Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition19. Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.20 Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefenisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu:

a. Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna

19 Sutan Remy Syahdeeni, 1993, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi

Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, hal 10.

20 Tan Kamelo, 2002, Perkembangan Lembaga Fiducia;Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan Dan


(37)

dalam kegiatan usaha dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.

b. Perlindungan Rahasia Dagang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang, dan mulai berlaku sejak tanggal 20 Desember 2000.

c. Lingkup perlindungnan Rahasia Dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain dibidang teknologi dan atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.

d. Rahasia Dagang dapat dialihkan atau beralih kepada pihak lain yaitu dengan dara pearisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab-sebab lainnya yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

e. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik Rahasia Dagang kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu Rahasia Dagang yang diberi perlindungan dan jangka waktu tertentu dan syarat tertentu. Perjanjian lisensi wajib dicatatkan pada Direktorat Jenderal HaKI dengan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu sistem dan suatu proses yang mutlak dilakukan dalam suatu kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam pelaksanaannya diperlukan dan ditentukan alat-alatnya, jangka waktu yang


(38)

diperlukan untuk proses penulisan, cara-cara yang dapat ditempuh, apabila menemui kesulitan pada proses penelitian21.

Sebagai suatu penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian dimulai dari pengumpulan data sampai pada analisis data dilakukan dengan memperhatikan kaedah-kaedah penelitian ilmiah sebagai berikut :

1. Sifat Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, penelitian ini diarahkan untuk mengetahui Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang Sebagai Hak Kekayaan Intelektual Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang.

Meneliti pada hakekatnya berarti mencari, yang dicari dalam penelitian hukum adalah kaedah, norma atau das sollen, bukan peristiwa, perilaku dalam arti fakta atau das sein22.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan Rahasia Dagang.

21Soerjono Soekanto Dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1994, hal 23.

22 Soedikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Yogyakarta, Liberty Yogyakarta, 2001, Hal.29


(39)

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini dipergunakan penelitian kepustakaan yang bersifat hukum normatif23 atau penulisan kepustakaan dengan pendekatan undangan (statue approach), terutama untuk mengkaji peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Rahasia Dagang.

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif, karena penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain24, kalaupun ada digunakan pendekatan yuridis empiris hanyalah sebagai metode pendukung dalam penelitian ini.

Penelitian hukum normatif atau kepustakaan menurut Soerjono Soekanto mencakup :

1. Penelitian hukum Penelitian terhadap azas-azas hukum; 2. Penelitian terhadap sistematik hukum;

3. Penelitian terhadap sinkronisasi vertikal dan horizontal; 4. Perbandingan hukum;

5. Sejarah hukum.

23 Soerjono Soekanto Dan Sri Mamudji, Op Cit Hal 23


(40)

3. Sumber Data

Penelitian normatif ini dilakukan dengan penggunaan studi dokumen atau bahan pustaka, yaitu berupa data sekunder. Penelitian ini juga menggunakan penelitian lapangan sebagai data pendukung dalam penelitian ini.

Data sekunder yang digunakan terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer yang digunakan berupa norma dasar, peraturan dasar, peraturan perundang-undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasikan dan badan hukum dari zaman penjajahan hingga kini masih berlaku, sedangkan badan hukum sekunder yang digunakan berupa buku, makalah, dan hasil penelitian dibidang hukum.

Bahan utama dari penelitian ini adalah data sekunder yang dilakukan dengan menghimpun bahan-bahan berupa :

a. Bahan Hukum Primer

Yaitu bahan hukum yang mengikat, berupa ketentuan peraturan perundang-undangan terkait dengan penulisan ini.

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer antara lain buku-buku hasil penulisan, jurnal, makalah, artikel, surat kabar, internet yang terkait dengan objek penulisan ini.

c. Bahan Hukum Tertier

Bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus umum, kamus


(41)

hukum, dan jurnal ilmiah, majalah, surat kabar, dan internet juga menjadi tambahan bagi penulisan tesis ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Data primer yaitu penelitian lapangan untuk mendapatkan data primer yang berkaitan dengan masalah Perlindungan Hukum atas Rahasia Dagang yang dilakukan dengan wawancara dengan Maneger In Charge A&W Restaurant Cabang Sun Plaza, Medan.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Medan yaitu Di kantor Cabang A&W

Restaurant, Cabang Medan, Sun Plaza, Medan. dengan pertimbangan bidang usaha

yang berkaitan dengan konsumsi terasa lebih eksis dalam melindungi Rahasia Dagangnya.

5. Analisis Data

Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian dalam rangka memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Penelitian ini akan dimulai dengan mengidentifikasi hukum positif di bidang Rahasia Dagang dan perundang-undangan lainnya yang mempunyai hubungan erat dengan peraturan perundang-undangan lainnya yang mempunyai hubungan erat dengan Perlindungan Rahasia Dagang.

Dari data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kemudian ditarik


(42)

kesimpulan dengan menggunakan logika hukum dengan cara deduktif. Dari data yang dianalisis tadi diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ditetapkan.


(43)

BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM RAHASIA DAGANG

A. Tentang Era Globalisasi

Dalam beberapa tahun ini timbul kecendrungan bahwa sistem perekonomian dunia berdampak luas bagi perkembangan sistem perekonomian nasional, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kenyataan memperlihatkan bahwa negara-negara di dunia saling bergantung satu sama lain, berusaha mengahasilkan barang dan jasa yang terbaik dan melakukan transaksi perdagangan secara bebas dan terbuka. Kondisi ini memperlihatkan akan lahirnya suatu era yang bersifat global, bebas, namun terkendali dan terbuka bagi semua negara di dunia. Era inilah yang disebut dengan era globaliasi atau perdagangan bebas.

Konsep globalisasi pada dasarnya mengacu pada pengertian ketiadaan batas antar negara. Konsep ini bermakna bahwa suatu negara tidak dapat mencegah sesuatu terjadi di negara lain. Hal ini dapat dihubungkan dengan banyak hal, seperti sistem perekonomian, sistem perdagangan, investasi atau penanaman modal, tatanan kehidupan, dan lain-lain.

Globalisasi adalah ketiadaan batas dan kendala perdagangan antar bangsa (as

a popular view of globalization is as the absence of bonders and barries to trade between nations).


(44)

Defenisi dan konsep globalisasi di atas bermakna sama, yaitu adanya kebebasan antara negara-negara dalam melakukan sesuatu tanpa adanya hambatan, baik dalam sistem perdagangan atau dalam berbagai sistem lainnya.

Pada era globalisasi atau perdagangan bebas, seluruh kegiatan perdagangan sangat berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung pada perkembangan perekonomian nasional. Setiap negara berusaha meningkatkan produksinya dan menghasilkan apa yang terbaik. Setiap usaha yang dilakukannya bertujuan agar mampu bersaing dengan negara lain dalam iklim persaingan yang bebas dan terbuka. Jadi, setiap negara cenderung berpikir bagaimana meningkatkan kualitas barang atau jasa sehingga mampu bersaing walaupun dengan harga jual yang relatif tinggi.

Dengan demikian, siap tidak siap, mau tidak mau, seluruh negara di dunia harus terlibat dan turut serta dalam globalisasi perdagangan karena negara-negara tersebut tidak mungkin menutup atau mengisolasi diri dari peradaban global yang berirama liberalisasi perdagangan.

Eksistensi arus globalisasi mulai mendapat perhatian serius secara global ketika teknologi, terutama informasi, komunikasi, dan transportasi, berkembang dengan cepat. Perkembangan ini memperlihatkan adanya kemampuan suatu negara untuk mengetahui berbagai peristiwa di negara lain dengan cepat.

Kemajuan teknologi ini menyebabkan pembauran antar bangsa semakin kompleks, sistem perekonomian dunia menyatu menjadi satu jaringan besar, dunia terintegrasi secara ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dan bisnis. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap sistem nilai kehidupan suatu negara.


(45)

Kemajuan teknologi yang begitu cepat inilah menumbuhkan keinginan suatu negara untuk menanamkan modalnya di negara lain dan berusaha bersaing dengan pasar dalam negeri.

Namun, munculnya era globalisasi ini tidak sepenuhnya berdampak positif bagi negara-negara dunia. Kadang kala perdagangan bebas ini menumbuhkan iklim persaingan usaha tidak sehat diantara pelaku usaha. Hal ini terjadi karena kurangnya kemampuan memproduksi barang atau jasa yang berkualitas.

Kondisi ini melahirkan suatu keinginan dari negara-negara yang dirugikan terutama negara maju untuk membentuk satu organisasi perdagangan dunia yang dapat melindungi kepentingan anggotanya. Menurut pandangan mereka, peran organisasi ini sangat signifikan dalam era perdagangan yang semakin global. Oleh karena itu pada putaran uruguay di Marekash di tandatangani pembentukan organisasi perdagangan dunia melalui The Agreement Establishing The World Trade

Organization. Dengan lahirnya WTO ini, maka sistem perdagangan dan investasi

dunia mengacu pada satu sistem tunggal dan WTO inilah yang akan mengadministrasikan dan mengawasi pelaksanaan persetujuan perdagangan serta menyelesaikan sengketa dagang diantara negara-negara anggota.

Dengan demikian, sistem perekonomian dan perdagangan dunia dilaksanakan secara bebas, tanpa hambatan, namun terkendali karena adanya WTO yang mengawasi pelaksanaan perdagangan tersebut. Keadaan ini mendorong semakin meningkatnya ketergantungan antar negara dan pentinganya aspek Comprativeness


(46)

suatu barang atau jasa bukan bergantung pada keunggulan comparative barang atau jasa, untuk bersaing serta merebut pangsa pasar.

Era globalisasi atau perdagangan bebas ini juga dialami di tingkat regional, misalnya dengan dibentuknya blok perdagangan bebas seperti AFTA (ASEAN Free

Trade Area). Indonesia sebagai negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara ikut

serta menandatangani kesepakatan itu bersama-sama dengan negara-negara lainya. AFTA atau Area Perdagangan Bebas ASEAN ialah suatu kerja sama regional di Asia Tenggara untuk mengahapuskan trade barries antar negara anggota ASEAN. Munculnya AFTA ini merupakan fenomena global yang terjadi di berbagai blok-blok ekonomi sebagi reaksi atau anti klimaks terhadap globalisasi dan perdagangan bebas.

Berdasarkan kondisi ini, tujuan pendirian AFTA adalah menjalin kerja sama ekonomi regional ASEAN dalam rangka tercapainya cita-cita perdagangan dunia yang adil, seimbang, transparan, bebas hambatan tarif dan non tarif, serta mendukung tercapainya pemilihan ekonomi dan dinamika bisnis negara-negara anggota yang sesuai dengan kesepakatan ASEAN Bold Measures yang dicapai pada pertengahan Desember 1998 pada KTT VI ASEAN di Hanoi.25

Target AFTA adalah pengurangan tarif, bahkan menuju zero tariffs rate sebelum tahun 2003 bagi negara-negara anggotanya menuju liberalisasi perdagangan. Dengan demikian, negara-negara anggota dapat meningkatkan daya saing jangka panjang dan keunggulan kompetitif sebagai basis produksi pasar dunia.

25 Ade Manan Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Jakarta:Ghalia, Cetakan I, 2000, Hal 124-125


(47)

B. Kaitan Antara Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang Dengan Era

Globalisasi

Selama berlangsungnya era reformasi ini, pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan bertambah luasnya bidang-bidang usaha yang terbuka yang bergerak pada sektor produksi barang maupun jasa.

Kondisi ini memberikan indikasi berkembangnya kegiatan perdagangan baik nasional maupun internasional. Sedangkan disisi lain, perkembangan ini menunjukkan betapa besarnya ketergantungan Indonesia akan produk-produk import.

Pada prinsipnya, keikutsertaan Indonesia dalam pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang didalamnya mencakup persetujuan TRIPs, berarti menyetujui rencana persaingan dunia dan perdagangan bebas. Keikutsertaan itu memberikan konsekuensi, yaitu Indonesia harus mempersiapkan diri agar mampu melakukan persaingan secara jujur dan sehat dalam pasar global karena persaingan tersebut tidak hanya akan dilakukan antara negara-negara industri maju dengan negara-negara berkembang. Tetapi juga antar negara-negara berkembang yang satu dengan lainnya.

Selain itu, Indonesia perlu mempersiapkan diri terhadap pembentukan dan penegakan HAKI atau Intellectual Property Rights secara efektif dan efisien karena HAKI tersebut merupakan salah satu isu global dalam era perdagangan bebas. Hal ini dapat dijalankan dengan memberlakukan standar-standar perlindungan HAKI


(48)

Internasional didalam negeri antara lain dengan langkah nyata untuk melindungi Rahasia Dagang pelaku usaha yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Didalam menjalankan usahanya, pelaku usaha berusaha menghasilkan barang/jasa yang berkualitas dengan menggunakan teknologi yang canggih. Untuk mewujudkan hal ini, pelaku usaha dituntut untuk dapat bersaing dan bertindak secara jujur, efisien, mampu mengembangkan kreativitasnya dan inovasi-inovasi baru dalam kancah persaingan usaha nasional maupun internasional. Dengan adanya persaingan ini, pelaku usaha dapat memperoleh laba yang sebesar-besarnya, menghasilkan produk bermutu melalui penemuan-penemuan baru, dan suatu saat mampu menguasai pasar. Jika ia mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya, maka perusahaannya pasti mampu bertahan dalam era persaingan global.

Di dalam dunia bisnis, persaingan atau competition antar pelaku usaha merupakan salah satu bentuk aktivitas yang dapat mendatangkan keuntungan atau menimbulkan kerugian.

Persaingan ini merupakan pendorong untuk memajukan perusahaan dengan menciptakan produk bermutu dan teknik menjalankan perusahaan yang serba canggih. Jika aktivitas ini dilakukan, maka pelaku usaha melaksanakan persaingan usaha yang jujur dan sehat.

Persaingan inilah yang dibenarkan oleh hukum dan mendatangkan keuntungan bagi siapa saja. Akan tetapi, dalam era globalisasi ini, tingkat persaingan atau kompetisi antara perusahaan semakin tinggi. Sering terhadap praktek persaingan usaha tidak sehat, melanggar hukum yang dapat menimbulkan konflik antar pelaku


(49)

usaha yang satu dengan yang lainnya. Pelaku usaha cenderung untuk saling menjatuhkan dan merugikan pelaku usaha lainnya dengan perbuatan yang tidak wajar, tidak jujur, atau curang.

Dalam literatur hukum, persaingan ini disebut persaingan melanggar hukum yang dikatagorikan sebagai perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad). Contohnya seperti membujuk karyawan perusahaan produsen barang bermutu tinggi supaya membocorkan formula (rumus) untuk memprediksi barang tersebut, meniru cara promosi perusahaan lain, mencuri bahan baku perusahaan lain, dan lain-lain. Oleh karena itu, pelaku usaha merasa berkepentingan terhadap teknologi canggih serta Rahasia Dagang yang dimilikinya demi kelangsungan perusahaannya.

Dalam era globalisasi, Rahasia Dagang memiliki dua peranan penting bagi negara berkembang dalam melaksanakan investasi dan perdagangan bebas, yaitu:

1. Keberhasilan negara berkembang dalam memberikan perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang akan dijadikan ukuran kelayakan untuk melaksanakan penanaman modal di negara tersebut. Tanpa adanya perlindungan hukum, maka investor asing enggan menanamkan modalnya di negara berkembang itu;

2. Kegagalan perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang mengakibatkan munculnya tindakan pembalasan silang, yaitu berupa pengenaan sanksi terhadap sektor usaha lain karena adanya pelanggaran terhadap sektor usaha tertentu.


(50)

Berdasarkan paparan ini, demi mempertahankan Rahasia Dagangnya, pelaku usaha dan para investor yang berkeinginan menanamkan modalnya di suatu negara merasa berkepentingan dan perlu adanya perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang tersebut melalui sistem perlindungan HAKI sesuai dengan standar internasional.

Bagi mereka perlindungan hukum tersebut merupakan salah satu dasar pertimbangan untuk melakukan perdagangan dan investasi di suatu negara. Apabila pelindungan hukum yang memadai tersebut telah diberikan, maka perusahaan tersebut dapat menggunakan teknologi dan Rahasia Dagangnya untuk memperoleh keuntungan melebihi pelaku usaha lainnya yang tidak memiliki informasi tersebut.

Ditinjau dari sudut hukum, alasan ini dapat dipahami karena pelanggaran terhadap Rahasia Dagang akan merugikan pemiliknya. Selain itu, jika diakibatkan dengan era globalisasi, perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang merupakan syarat mutlak karena Rahasia Dagang telah menjadi faktor yang sangat esensial dalam upaya persaingan dagang yang jujur, sekaligus merupakan komoditas yang sangat berharga dan memiliki nilai ekonomis tinggi jika dibandingkan dengan jenis HAKI lainnya yang juga memperoleh perlindungan hukum secara internasional.

Pada masa kini, terutama dalam era globalisasi, Rahasia Dagang sudah merupakan salah satu bentuk investasi yang sangat mahal yang harus dipertahankan oleh pemiliknya dari pihak lain yang mungkin berusaha menyalahgunakan untuk mencari keuntungan melalui sistem persaingan usaha tidak sehat (unfair competition).


(51)

Hal ini mengakibatkan pelaku usaha/bisnis menjadikan perlindungan hukum atas Rahasia Dagang sebagai faktor penentu untuk masuk ke negara lain untuk berinvestasi dan melakukan perdagangan internasional, misalnya kegiatan ekspor-impor dengan menggunakan informasi yang dimilikinya yang termasuk ke dalam Rahasia Dagang. Oleh karena itu, bagi negara berkembang, khususnya Indonesia perlu memenuhi perangkat hukum yang berkenaan dengan perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang demi peningkatan kegiatan investasi dan perdagangan internasional khususnya menyangkut persoalan alih teknologi dari negara maju.

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa adanya kepastian hukum atas pemberian pelindungan hukum terhadap Rahasia Dagang merupakan kebutuhan yang mendesak dalam era persaingan bisnis untuk menghindari persaingan curang yang dapat merusak iklim bisnis secara keseluruhan dan juga melindungi para pelaku usaha lainnya karena terjadinya keluar masuk modal serta sumber daya manusia yang semakin tinggi.

Dengan meningkatnya perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang, maka melahirkan manfaat ekonomi bagi pemilik Rahasia Dagang tersebut berupa pengembangan kreativitas, ide serta gagasan-gagasan yang menambah keuntungan serta masyarakat secara keseluruhan. Hal ini berarti, pelaku usaha dapat memperoleh kembali investasi yang dikeluarkannya dan mendorongnya untuk melakukan inovasi berikutnya.

Berdasarkan hal diatas, jelaslah bahwa pemberian perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang yang memadai sangat penting dalam era globalisasi demi


(52)

pertumbuhan sektor ekonomi suatu negara terutama bagi negara berkembang dan kelancaran aktivitas perdagangan internasional.

Sebagai negara yang telah meratifikasi TRIPs melalui UU No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Indonesia memiliki keterikatan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan tentang Rahasia Dagang dan ketentuan-ketentuan HAKI lainnya yang terdapat dalam TRIPs26 Sampai saat ini RI telah memiliki perundang-undangan di bidang Hak Cipta, Paten, Merek, Rahasia Dagang, Desain Industri, dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang telah mengakomodasi dan memuat ketentuan-ketentuan pelaksanaan (implementing

legislation) dari TRIPs.

Beberapa Undang-undang tentang HAKI tersebut yang saat berlaku seringkali memberi kesan tambal sulam karena hanya mengadakan perubahan dalam berbagai pasal yang sebenarnya sangat banyak berbeda. Kenyataan ini menurut Sudargo Gautama justru membingungkan dalam penerapannya karena kemungkinan akan menimbulkan kekeliruan dalam penerapannya, oleh karenanya lebih baik dibuat suatu Undang-Undang baru.27

Berkenaan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang, dapat dikatakan merupakan peraturan implementasi dari TRIPs - GATT. Pengaturan tentang hal ini sebelumnya tidak berarti sama sekali tidak ada,

26 Pemerintah RI telah mengeluarkan UU No. 12/1997 tentang Perubahan atas UU No. 6/1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan UU No. 7/1987; UU No. 13/1997 tentang Perubahan atas UU No. 6/1989 tentang Paten; dan UU No. 14/1997 tentang Perubahan atas UU No.


(53)

sebab jauh sebelum TRIPs disepakati di Indonesia telah ada ketentuan-ketentuan tentang Rahasia Dagang yang tersebar dalam berbagai perundang-undangan, meskipun belum secara tegas mengelompokkan hal itu sebagai bagian dari HaKI yang merupakan implementasi dari TRIPs.

Informasi yang dirahasiakan diatur dalam Bab 7 Pasal 39 TRIPs ayat (1) sampai dengan ayat (3).

Pasal 39 ayat (1) dan ayat (2) selengkapnya menyatakan :

(1) the course of ensuring effective protection againts unfair competition as provided in Article 10 bis of the Paris Convention (1967), Members shall protect undisclosed information in accordance with paragraph 2 below and data submitted to governments or govermental agencies in accordance with paragraph 3 below;

(2) Natural and legal persons shall have the possibility of preventing information lawfully within their control from being disclosed to, acquired by, or used by others without their consent in a manner contrary to honest commercial practices so long as such information :

a. is secret in the sense it is not, as abody or in the precise configuration and

assembly of its components, generally known among or readily accessible to persons within the circles that normally deal with the kind of information in question;

19/1992 tentang Merek, UU No. 30/200 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31/2000 tentang Disain Industri, dan UU No. 32/2000 tentang Disain Tata Letak Sirkuit Terpadu


(54)

b. has commercial value because it is secret, and;

c. has been subject to reasonable steps under the circumstances, by the person lawfully in control of the information, to keep it secret.

Dari ketentuan - ketentuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagai negara anggota Indonesia diwajibkan untuk memberikan perlindungan terhadap informasi yang dirahasiakan (Rahasia Dagang) untuk menjamin perlindungan secara efektif dalam menghadapi persaingan curang sesuai dengan Pasal 10 bis Konvensi Paris versi 1967.28 Penunjukan berlakunya Pasal 10 bis Konvensi Paris merupakan konsekuensi sifat keberlakuan TRIPs yang juga berfungsi sebagai kaidah penunjuk.29 Konvensi Paris telah diratifikasi tanpa reservasi oleh RI melalui Keppres No. 15/1997.

27 Sudargo Gautama, & Rizawanto Winata, Pembaharuan Undang-Undang Paten , 1998, hal. 3

28Article 10 bis Paris Convention berbunyi :

(1) The countries of the Union are bound to assure to nationals of such countries effective protection againts unfair competition.

(2) Any act of competition contrary to honest practices in industrial or commercial matters constitutes and act of unfair competition

(3) The following in particular shall be prohibited :

1. all acts of such a nature as to create confusion by any means whatever with the establishment, the goods, or the industrial or commercial activites, or competitor

2. false allegation in the corse of trade of such anature as to discredit the establisment, the goods, or the industrial or commercial activities, of a competitor;

3. indication or allegation the use of which in the course of trade is liable so mislead the public as to the nature, the manufacturing process, the characteristic, the suitability for their purpose, or the quantity, of the goods.

29 lihat. Pasal 1 (3), Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 4 (b) TRIPs. Dalam hal ini TRIPs sebagai suatu kesepakatan internasional memiliki relevansi dengan Konvensi-konvensi dan Perjanjian Internasional lainnya di bidang HAKI. Dalam beberapa segi TRIPs merupakan kaidah penunjuk untuk berlakunya ketentuan-ketentuan Perjanjian Internasional di bidang HAKI. Anggota harus mematuhi ketentuan - ketentuan yang tertuang dalam Pasal 1 sampai dengan 12, dan Pasal 19 Konvensi Paris (1976) dan tidak satupun ketentuan TRIPs yang memungkinkan negara anggota terbebas dari kewajiban-kewajiban yang timbul atas dasar ketentuan Konvensi Paris, Konvensi Berne, Konvensi Roma dan Perjanjian HAKI tentang Rangkaian Elektronik Terpadu.


(55)

Sebagai negara anggota Indonesia memiliki kewajiban untuk menyediakan instrumen dan bentuk perlindungan yang memungkinkan perorangan dan badan hukum untuk dipublikasikannya, diberikannya kepada pihak lain, atau penggunaan secara melawan hukum dan tanpa izin suatu informasi yang dikuasainya secara sah dengan cara yang bertentangan dengan praktik-praktik komersial yang jujur, sepanjang informasi tersebut merupakan rahasia, baik yang mempunyai bentuk tertentu atau dalam bentuk konfigurasi dan gabungan komponen-komponennya, yang tidak diketahui secara umum atau tidak memungkinkan akses terhadapnya oleh pihak-pihak yang berkecimpung di dalam lingkungan yang secara normal berhadapan dengan informasi tersebut.

Pemilik informasi ini juga harus menunjukkan upaya bahwa ia telah memperlakukan informasi itu sebagai Rahasia Dagang yang memiliki nilai ekonomis. Sesuai dengan ketentuan TRIPs, bahwa informasi tersebut harus memiliki nilai komersial karena kerahasiaannya, dan telah ditangani sedemikian rupa oleh pihak yang secara sah menguasainya dalam rangka menjaga kerahasiaannya itu.

Masalah Rahasia Dagang ini lebih lanjut diatur sebagai berikut:30

"Member, when requiring, as a condition of approving the marketing of pharmaceutical or of agricultural chemical product which utilize new chemical entities, the submission of undisclosed test or other data, the origination of which involves a considerable effort, shall protect such data against unfair coomercial use. In addition, Member shall protect such data against disclosure, except where


(56)

necessary to protect the public, or unless steps are taken to ensure that the data are protected against unfair commercial use."

Perlindungan juga diberikan terhadap data yang diserahkan kepada pemerintah atau badan pemerintah, dalam hal ini pemerintah negara peserta yang mewajibkan diserahkannya rangkaian percobaan yang dirahasiakan atau data lain yang diperoleh sebagai syarat persetujuan pemasaran atau produksi farmasi baru atau produk kimia pertanian baru yang memanfaatkan unsur kimia baru. Pemerintah negara tersebut wajib memberikan perlindungan yang memadai agar data yang diserahkan kepadanya itu tidak digunakan secara komersial dan secara tidak adil.

Dalam hal ini pemerintah tersebut harus melindungi dari kemungkinan publikasi atas data yang bersangkutan, kecuali jika diperlukan untuk melindungi masyarakat atau didasarkan atas jaminan bahwa data tersebut tidak akan disalahgunakan secara komersial.

Berkenaan dengan perlindungan Rahasia Dagang ini, TRIPs memberikan penekanan terhadap apa yang dimaksud praktik-praktik komersial yang tidak jujur seperti tertuang dalam ketentuan TRIPs yang mengatakan :31 For the purpose of this provision, "a manner contraty to honest commercial practices" shall mean at least practices such as breach of contract, breach of confidence and inducement to breach, and includes the acquisition of undisclosed information by third parties who knew, or

30 Pasal 39 ayat (3) TRIPs


(57)

were grossly negligent in failing to know, that such practices were involved in the acquisition."

Dalam kalimat negatif dikatakan bahwa apa yang dimaksud dengan praktik-praktik komersial yang tidak jujur atau bertentangan dengan praktik-praktik-praktik-praktik komersial yang jujur adalah suatu tindakan yang paling tidak mencakup praktik berupa tindakan ingkar janji (wanprestasi atas suatu kontrak), wanprestasi atas kerahasiaan dan bujukan untuk melakukan wanprestasi, termasuk diperolehnya informasi yang dirahasiakan oleh pihak ketiga yang mengetahui atau yang sepatutnya mengetahui bahwa praktik-praktik tersebut terjadi dalam upaya untuk mendapatkan informasi tersebut. Masalah praktek persaingan curang ini pun diatur dalam UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.32

Sebagai anggota World Trade Organization (selanjutnya disebut : WTO), maka Indonesia harus menyesuaikan semua ketentuan HAKI yang ada dengan ketentuan TRIPs, dengan catatan bahwa dalam hal ini harus sejauh mungkin diupayakan agar penerapan dan implementasi ketentuan TRIPs tersebut tidak merugikan kepentingan Indonesia.

Khusus untuk Rahasia Dagang lahirnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 menunjukkan bahwa Pemerintah telah membuat peraturan implementasi dalam

32 Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 berbunyi : "Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha."


(58)

bentuk undang-undang yang mengatur dan mengelompokkan Rahasia Dagang secara spesifik sebagai bagian dari HAKI sesuai dengan klasifikasi TRIPs.

C. Pengaruh TRIPs-WTO Terhadap Perlindungan Hukum Rahasia Dagang

Dalam Era Globalisasi

Persetujuan TRIPs (Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights = Aspek aspek Perdagangan yang bertalian dengan Hak Milik Intelektual), merupakan salah satu issue dari 15 issues dalam persetujuan GATT (General Agreement on Tarif

and Trade) yang mengatur masalah Hak Milik Intelektual secara global.

Dokumen akhir Putaran Uruguay (GATT) disetujui pada 15 Desember 1993 dan diratifikasi pada 15April 1998 dari pukul 13.00 sampai pukul 17.30 waktu setempat di Marrakech, 321 km ke arah Barat dari kota Rabai Ibukota Maroko, Afrika Utara.Dokumen akhir Putaran Uruguay setebal lebih dari 500 halaman dengan lebih dari 28 kesepakatan perdagangan yang global telah ditandatangani oleh 125 negara termasuk Indonesia. Kesepakatan-kesepakatan dibidang perdagangan global dengan diikuti lahirnya WTO (World Trade Organization) itu ditutup secara resmi oleh Raja Hasan II dari Maroko tepat pada pukul 18.15.

Secara umum persetujuan TRIPs berisikan norma-norma yuridis yang harus dipatuhi dan dilaksanakan di bidang HAKI, disamping pengaturan mengenai larangan melakukan perdagangan atas barang hasil pelanggaran HAKI tersebut.

TRIPs bertujuan untuk melindungi dan menegakkan Hukum Hak Milik Intelektual guna mendorong timbulnya inovasi, pengalihan, serta penyebaran teknologi, diperolehnya manfaat bersama pembuat dan pemakai pengetahuan


(59)

teknologi,dengan cara yang menciptakan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta berkeseimbangan antara hak dan kewajiban (Pasal 7 TRIPs).

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mempunyai kepentingan spesifik untuk berperan serta secara aktif dalam perundingan Putaran Uruguay untuk mengakomodasi TRIPs dalam perangkat hukum nasional di bidang HAKI.

Kepentingan spesifik tersebut adalah:

1. Pembangunan nasional secara menyeluruh merupakan tujuan utama Pemerintah Indonesia;

2. Di bidang ekonomi tujuan pembangunan hanya dapat tercapai bila Indonesia dapat mencapai dan mempertahankan laju pertumbuhan yang cukup tinggi dengan tingkat inflasi yang terkendali;

3. Dalam upaya untuk mencapai laju pertumbuhan yang cukup tinggi tersebut sektor luar negeri telah memegang peranan penting. Hal ini akan tetap berlaku pada tahun-tahun mendatang karena pasar dalam negeri dengan tingkat pendapatan nasional perkapita yang relatif masih terlalu rendah, tidak dapat menjadi motor pendorong laju pertumbuhan nasional yang cukup tinggi;

4. Berbeda dengan tahun 1970-an, dimana penghasilan dari sektor migas menjadi andalan dari program pembangunan, sejak tahun 1980-an Indonesia memusatkan perhatian terutama pada sektor non migas;

5. Agar ekspor non migas dapat terus berkembang dengan pesat, maka pemerintah telah mengambil serangkaian langkah-langkah deregulasi dan debirokrasi untuk meningkatkan efisiensi dalam bidang perekonomian. Program tersebut akan terus


(60)

dilakukan karena kepentingan nasional menunjukkan bahwa langkah-langkah tersebut merupakan suatu hal yang strategis dan sangat tepat untuk mencapai tujuan pembangunan jangka panjang yang telah ditentukan oleh pihak Indonesia sendiri;

6. Diluar negeri upaya pengamanan ekspor non-migas tergantung pada keterbukaan pasar terjamin. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Indonesia bersama negara anggota lainnya berupaya untuk menjaga agar keterbukaan sistem perdagangan internasional yang hingga sekarang masih dapat dipertahankan melalui GATT dapat terjamin.

Pembahasan konsekuensi persetujuan TRIPs bagi Indonesia tidak terlepas dari pembahasan posisi dan kebijaksanaan Indonesia menghadapi persetujuan TRIPs.

Dalam pembahasan posisi dan kebijaksanaan Indonesia menghadapi persetujuan TRIPs, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut di bawah ini:

a. Pengaturan hal-hal yang baru dan belum ada peraturan perundang-undangan HAKI, serta pengaturan hal-hal tertentu dengan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar yang dimiliki dalam peraturan perundang-undanga HAKI yang telah ada, bukanlah masalah yang sederhana.

b. Dengan pengaturan standar yang relatif minimum sekarang inipun, masih harus diusahakan efektifitas pelaksanaanya melalui peningkatan administrasi pengelolaannya, pemasyarakatan (penyebarluasan) pemahamannya, termasuk di kalangan aparat penegak hukumnya.


(1)

d. Pihak perusahaan memuat tanda pengenal bagi semua orang seperti karyawan, bahkan direktur untuk menghindari masuknya pihak luar ke dalam perusahaan.

e. Pihak perusahaan harus pula membuat buku masuk bagi siapa saja yang memasuki departemen pada perusahaan tersebut yang bukan merupakan tempatnya, ketentuan ini perlu mengingat adanya hubungan antar departemen dalam perusahaan tersebut.

Dengan adanya langkah-langkah tersebut, maka pemilik atau pemegang Rahasia Dagang dapat melaksanakan kegiatan bisnisnya tidak akan kuatir lagi kehilangan Rahasia Dagangnya dan terhindar dari adanya persaingan usaha tidak sehat dari para kompetitor.

3. Apabila terjadi sengketa bisnis antara pemilik/pemegang Rahasia Dagang dengan pihak ketiga yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian, maka pemilik/pemegang Rahasia Dagang dapat menyelesaikan sengketa tersebut di luar pengadilan, yaitu dengan cara arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa. Pada umumnya para pihak yang bersengketa tentang Rahasia Dagang memilih cara penyelesaian sengketa melalui badan arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa karena pada dasarnya masalah Rahasia Dagang merupakan masalah perdata sehingga diperlukan penyelesaian yang dapat dilaksanakan secara cepat, efektif, efisien, dan tertutup. Selain itu, melalui cara ini, pemilik atau pemegang Rahasia Dagang tidak akan


(2)

kehilangan Hak Rahasia Dagangnya karena tidak diketahui oleh masyarakat serta nama baiknya tidak tercemar.

B. Saran

1. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia

Dagang yang sesuai dengan standar TRIPs, sewajarnyalah pemerintah mensosialisasikannya kepada masyarakat terutama kepada pelaku usaha yang pada umumnya tidak memahami manfaat dari Rahasia Dagang yang dimilikinya terhadap aktivitas bisnisnya sehingga menganggap informasi rahasia tersebut sebagai informasi umum dan milik umum.

2. Rahasia Dagang merupakan aset ataupun investasi yang sangat bernilai tinggi

dan mahal harganya bagi orang atau perusahaan yang merupakan penemu dari Rahasia Dagang tersebut oleh karena itu tepatlah pemerintah membuat suatu ketentuan hukum yang dapat dikatakan cukup lengkap mengatur hal-hal yang diperlukan secara khusus dalam melindungi suatu aset yang bernilai ekonomi tinggi seperti halnya Rahasia Dagang.

3. Upaya perlindungan hukum melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000

Tentang Rahasia Dagang harus dijalankan dengan benar sehingga para investor asing berkeinginan menanamkan modalnya di Indonesia, dengan demikan, penulis berharap bangsa Indonesia mampu bersaing dengan investor asing tersebut dalam era globalisasi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Bambang Kesewo, Beberapa Ketentuan Dalam Persetujuan TRIPs, Jakarta, Departemen Perdagangan RI, 1994.

______________, Pengantar Umum Mengenai HAKI Di Indonesia, Departemen Perdagangan RI, 1994.

Badan Pembinaan Hukum Nasional, Penelitian Tentang Masalah Hukum Rahasia Dagang, Jakarta, Departemen Kehakiman, 1997.

Badrulzaman, Mariam Darus, Kompilasi Hukum Perikatan, cetakan I, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2001.

Bainbrige, I David, Komputer Dan Hukum, Cetakan I, Jakarta, PT. Sinar Grafika, 1993.

Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, St, Paul, Minn, West Publishing Co, USA, 1991.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1990.

Departemen Kehakiman R.I, Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten, Dan Merek, Buku Panduan Di Bidang Paten, 1997

Gautama, Sudargo, Hukum Merek Indonesia, Bandung; PT Citra Aditya Bakti, 1990. _______________, Segi-Segi Hukum Hak Milik Intelektual Baru Untuk Indonesia,

PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998.

_______________, Pengantar Hukum Internasional, Buku I Bagian Umum, Bina Cipta, Bandung, 1982.

Gembiro, Ita, Hukum Milik Intelektual, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1991.

Kansil, Nico, Pengantar Umum Mengenai Hak Cipta, Paten, Dan Merek, Yan Apul, 1994

Miljani, Halida Dampak GATT/Putaran Uruguay Bagi Dunia Usaha, Departemen Perdagangan RI, 1994.

M. S, Soedewi Sri, Hukum Benda, Yogyakarta, Seksi Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 1980.


(4)

Manalu, Paingot Rambe, Hukum Dagang Internasional, Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Hukum Nasional, Khususnya HAKI, Jakarta, Mavindo Pustaka Mandiri, 2000.

Marono, Suyud & Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual Aset Hukum Bisnis, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999

Maulana, Insan Budi, Bianglala Hak Kekayaan Inetelektual, Jakarta; Hecca Mitra Utama, 2005.

Mertokusumo, Soedikno, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Yogyakarta; Liberty Yogyakarta, 2001.

Muhammad, Abdulkadir, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Bandung; Citra Aditya Bakti, 2001.

Muis, Abdul, H, Pedoman Penulisan Skripsi Dan Metode Penelitian Hukum, Cetakan I, Medan, Penerbit Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 1990.

Priapantja, Citra Cita, Budaya Hukum Indonesia Menghadapi Globalisasi Perdagangan Atau Perlindungan Rahasia Dagang di Bidang Farmasi, Bandung; Chandra Pratama, 1999.

Purba, A. Zen Umar, Catatan Dan Ikhtisar Atas Undang-Undang Desain Industri, Rahasia Dagang, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Seminar Peningkatan Pemahaman Dan Pemberdayaan HAKI Dalam Menghadapi Erea Perdagangan Global, Jakarta, 2001.

Purwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta; PN. Balai Pustaka, 1982.

Ramli. Ahmad M, Hak Atas Kepemilikan Intelektual Teori Dasar Perlindungan Rahasia Dagang, Bandung, Mandar Maju, 2001.

Roedjiono,“Trade Secret” Gejala Baru Dalam Rejim Hukum Hak Milik Intelektual, Yogyakarta, Bahan Seminar Mimbar Hukum Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada

Riswandi, Budi Agus, Hukum Cyberspace, Yogyakarta; Gita Nagari, 2006.

Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Cetakan III, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Syahrani, Riduan, Seluk Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung, Alumni, 1992.

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Bandung Alumni, 1988. Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta, Rineka Cipta, 1999.


(5)

Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1994.

Saidin, H.O.K, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2004.

Tunggal, Iman Syahputra Dan Herjandono, Heri, Aspek-Aspek Hukum Rahasia Dagang (Trade secrets), Jakarta, Harvarindo, 2000.

Widjaja, Gunawan, Pemilik Rahasia Dagang Dan Pemegang Rahasia Dagang, Business News, 2001.

_______________, Seri hukum Bisnis Rahasia Dagang, Jakarta, Raja Grafindo, 2001.

Usman, Rachmadi, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan Dan Dimensi Hukumnya Di Indonesia, Bandung; Alumni, 2003.

Winata, Rizwanto Dan Gautama Sudargo, Pembaharuan Hukum Merek Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997.

______________________________________, Konvensi-Konvensi Hak Milik Intelektual Baru Untuk Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997. ______________________________________, Pembaharuan Undang-Undang

Paten, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998.

Wiranta, I Made, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, dan Tesis, Penerbit Andi, Yogyakarta; 2006

B. UNDANG-UNDANG

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang Trade Related Aspects Of Intelectual Property (TRIPs)

C. MAKALAH, DISERTASI DAN JURNAL HUKUM

Guilarmo, Cabanellas & Massaguer jose, Know-How Agreements and EEC Competition Law,IIC Studies,Vol 12

Kamelo, Tan, Perkembangan Lembaga Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan Dan Perjanjian Di Sumatera Utara, Medan; PPs-USU


(6)

Saliwanchik, Roman, Legal Protecytion For Microbiological And Genetic Engineereing Inventions, Addison-Wesley Publising Company, Advanced Book Program/World Science division Reading, Massachusetts, London 1982

D. INTERNET (WEBSITE)

http://www.google.co.id/search=id&q=kasus+pelanggaran+rahasia+dagang&meta http://www.IpCenter-oi.org/artikel.php?artikelid=8

http://jurnalis,wordpress.com/2007/06/18/selembar-perjanjian-jadi-perkara/ http://icelis8m.com/toc.htm

http://ensiklopedia.insan.co.id/h/haki/txt. http://report.firrar.rtf.co.id.

http://www.denpasarpost.tv/2002/07/22/ekonomi.htm. http://tripod.lycos.con/rahasia%dagang/htm.

http://www.hukumonline.com/artikel detail.asp?id=6321)

http://ww.cybertokoh.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=1037-15k-

http://icelis.8m.com/artikel01_01.htm http://id.wikepedia.org/wiki/rahasia_dagang