Pelanggaran Rahasia Dagang Kewajiban Pemilik Rahasia Dagang

dengan demikian sifat rahasia yang terkandung dalam Rahasia Dagang sesungguhnya berada di luar ketentuan pidana.

A. Pelanggaran Rahasia Dagang

Seorang dianggap tidak sah dan melanggar Rahasia Dagang orang lain apabila ia memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara-cara yang tidak layak, seperti wanprestasi ingkar janji, pencurian, penyadapan, spionase, membujuk untuk membocorkan Rahasia Dagang melalui penyuapan,paksaan dan lain-lain. Yang bukan dikatakan pelanggaran tersebut adalah kegiatan rekayasa ulang untuk mengurangi bagian-bagian suatu produk yang diperoleh secara sah guna dianalisa untuk mengetahui komposisi, cara pembuatan, cara kerja, bentuk maupun metode pembuatannya. Praktik seperti ini diakui sah sepanjang digunakan sebagai dasar bagi pengembangan atau penyempurnaan lebih lanjut atas produk yang bersangkutan. Sebagai contoh, misalnya kasus Rachmat Hendarto alias Kristoforus dan Andreas Tan Giok San Alias David Tan yang didakwa telah membocorkan Rahasia Dagang PT General Food Industri Bandung GFIB. Dalam persidangan yang digelar di Pengadilan Negeri Bandung, Jaksa Penuntut Umum menjerat perbuatan kedua terdakwa dengan pasal 13 jo pasal 17 Undang-Undang RI nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang jo pasal 55 ayat 1 KUH Pidana 62 . Perbuatan kedua terdakwa dinilai telah merugikan PT GFIB, yang mana keduanya saat masih bekerja dan terikat sebagai karyawan PT GFIB, telah keluar dan bekerja di perusahaan lain 62 Http:id.wikepeda.orgwikirahasia_dagang 4 maret 2008 pukul 02.05 WIB Dikutip dari http:www.google.co.idsearch=idq=kasus+pelanggaran+rahasia+dagangmeta. Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008 yang bergerak di bidang yang sama, yaitu pengolahan biji cokelat menjadi produk makanan olahan. Pelanggaran Rahasia Dagang terjadi apabila seseorang dengan sengaja unsur kesengajaan: 1. mengungkapkan Rahasia Dagang; 2. mengingkari kesepakatan untuk menjaga Rahasia Dagang; 3. mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang; atau, 4. memperoleh Rahasia Dagang dengan cara yang bertentangan dengan hukum. Pengecualian dari Pelanggaran Rahasia Dagang : 1. Pengungkapan atau penggunaan Rahasia Dagang didasarkan pada kepentingan pertahanan keamanan, kesehatan, atau keselamatan masyarakat. 2. Tindakan rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan dari penggunaan Rahasia Dagang milik orang lain yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan pengembangan lebih lanjut dari produk yang bersangkutan. analisis dan evaluasi untuk mengetahui informasi tentang suatu teknologi yang sudah ada. Untuk menindak pelaku pelanggaran, Indonesia wajib menerbitkan suatu peraturan baru untuk mengantisipasi perkembangan teknologi dan informasi yang kesemuanya mengarah bagi perlindungan Rahasia Dagang. Hal ini mutlak dilakukan karena saat ini Pasal 1365 KUH Perdata sudah tidak memadai dan tidak dapat mengikuti perkembangan di masa datang. Dengan Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008 terikatnya kita pada persetujuan TRIPs yang menekankan pada pelaksanaan penegakan hukum, perlu pula diadakan perbaikan-perbaikan ketentuan-ketentuan mengenai sarana hukum yang dapat mengikuti perkembangan praktek-praktek bisnis yang saat ini banyak melibatkan teknologi. Hal yang paling penting adalah bila kita tidak mau dicap sebagai bangsa yang suka menjiplak inovasi dan Rahasia Dagang milik bangsa lain, maka kita juga harus menggiatkan inovasi bertaraf internasional maupun teknologi tepat guna. Apabila pihak penerima Rahasia Dagang melanggar kesepakatan yang telah ditetapkan, maka persaingan usaha tidak sehat tidak dapat dihindari lagi dan mengakibatkan timbulnya sengketa bisnis. Dalam hal ini, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang memberikan kesempatan kepada pemegang Rahasia Dagang untuk menyelesaikan sengketa bisnis ini melalui lembaga peradilan umum, yaitu Pengadilan Negeri. Ketentuan ini tercantum dalam Pasal 11 Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang yang menyatakan: 1. Pemegang Hak Rahasia Dagang atau penerima lisensi dapat mengguggat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, berupa: a. gugatan ganti rugi; b. penghentian semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 empat 2. Gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 diajukan ke Pengadilan Negeri. Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008 Semua prosedur yang dipergunakan untuk menyelesaikan sengketa ini harus secara akomodatif menyediakan sarana untuk mengidentifikasikan dan melindungi. Dalam Pasal 11 Undang-Undang Rahasia Dagang untuk memerintahkan membayar ganti rugi yang memadai kepada Pemegang Rahasia Dagang berkenaan dengan kerugian yang di deritanya. Ganti rugi ini dapat berupa pengembalian keuntungan atau pembayaran atas hasil yang diterimanya dari kegiatan pelanggaran tersebut. Selain itu, seperti juga tercantum dalam Pasal 11 ayat 1b, Pengadilan Negeri juga berwenang untuk memerintahkan pelanggar menghentikan kegiatan pelanggaran tersebut untuk mencegah masuknya ke dalam arus perdagangan di dalam wilayah Indonesia atau memeritahkan barang yang merupakan hasil pelanggaran Rahasia Dagang, tanpa kompensasi apapun, dikeluarkan dari arus perdagangan untuk menghindari atau mengurangi kerugian yang dapat dialami pemiliknya. Walaupun sifat rahasia dari Rahasia Dagang bersifat perdata, namun Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang juga mengatur aspek pidananya. Hal ini bertujuan untuk melindungi pemilik yang beritikad baik dan menigkatkan pengembangan dan penggunaan Rahasia Dagang oleh rakyat Indonesia. Aspek pidana yang berkenaan dengan pelanggaran Rahasia Dagang ini terdiri dari dua macam yang diatur dalam pasal 13 dan 14 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang yang menyatakan: Pasal 13: pelanggaran Rahasia Dagang juga terjadi apabila seseorang dengan sengaja mengungkapakan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008 mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan. Pasal 14: seseorang dianggap melanggar Rahasia Dagang pihak lain apabila ia memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Terhadap pelanggaran yang di atur dalam Pasal 13 dan Pasal 14 tersebut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang menetapkan sanksi berupa ketentuan pidana yang diatur dalam Bab IX Pasal 17 ayat 1 yang menyatakan: “barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengunakan Rahasia Dagang pihak lain atau melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun danatau denda paling banyak Rp 300.000.000,- tiga ratus juta”. Ketentuan pidana tersebut dapat dilakukan secara alternatif atau kumulatif. Secara alternatif berarti pelanggar tersebut hanya dikenai salah satu hukuman saja, apakah pidana penjara paling lama 2 dua tahun atau denda paling banyak Rp 300.000.000,- tiga ratus juta. sedangkan secara kumulatif berarti sanksi pidana tersebut, baik pidana penjara maupun pidana denda, keduanya dikenakan kepadanya. Walaupun negara memberikan ketentuan pidana kepada pelanggar, namun pemberian sanksi ini didasarkan kepada kepentingan pemilik atau pemegang Rahasia Dagang. Oleh karena itu, tindak pidana tersebut dijadikan sebagai delik aduan, bukan Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008 delik biasa. Dengan demikian, proses pemeriksaan atau penyidikan tndak pidana tersebut dapat dilaksanakan apabila ada pengaduan dari pihak yang dirugikan. Apabila aspek perdata dan pidana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang dikaitkan dengan kegiatan bisnis yang akan dilakukan pemilik atau pemegang Rahasia Dagang dalam era globalisasi, maka gugatan perdata ini dapat diajukan oleh pemilik Rahasia Dagang setelah putusan pidana berkekuatan hukum tetap. Hal ini dperlukan untuk melindungi pelaku usaha dari tindakan pesaingnya yang berkaitan dengan Rahasia Dagang yang dimilikinya serta agar mampu menghadapi persaingan global yang cenderung mempergunakan teknologi canggih yang berkaitan pula dengan Rahasia Dagang. Ketentuan tentang Pelanggaran Rahasia Dagang diatur dalam Bab VII Pasal 13, Pasal 14, dan Pasal 15 Undang-Undang Rahasia Dagang. Pasal 13 menyatakan: Pelanggaran Rahasia Dagang dapat juga terjadi apabila seseorang dengan sengaja mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan”. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka pelanggaran Rahasia Dagang dianggap telah terjadi jika terdapat seseorang dengan sengaja mengungkapkan informasi atau mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban wanprestasi atas perikatan yang telah dibuatnya baik tersurat maupun tersirat untuk menjaga Rahasia Dagang dimaksud. Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008 Seseorang pun dianggap telah melanggar Rahasia Dagang orang lain jika ia memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kekecualian terhadap ketentuan pelanggaran Rahasia Dagang ini diberikan terhadap pengungkapan atau penggunaan Rahasia Dagang yang didasarkan untuk kepentingan pertahanan keamanan, kesehatan, dan keselamatan masyarakat di samping berlaku pula untuk tindakan rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan dari penggunaan Rahasia Dagang milik orang lain yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan pengembangan lebih lanjut produk yang bersangkutan. Ketentuan tentang pengecualian terhadap pelanggaran Rahasia Dagang tersebut seharusnya juga dilengkapi dengan ketentuan yang secara tegas mengatur tentang pengungkapan Rahasia Dagang oleh seseorang di depan sidang pengadilan atas perintah hakim. Atas perintah hakim, seseorang yang mengungkapkan Rahasia Dagang di depan sidang pengadilan seharusnya juga ditetapkan sebagai suatu kekecualian sehingga yang bersangkutan tidak dianggap telah melakukan pelanggaran Rahasia Dagang. Ketentuan Pasal 18 tentang dimungkinkannya sidang pengadilan berkaitan dengan Rahasia Dagang bersifat tertutup atas permintaan para pihak yang bersengketa juga tidak secara tegas maupun tersirat bermaksud mengatur pengecualian di atas. Di Amerika Serikat tindakan yang dianggap sebagai pelanggaran Rahasia Dagang antara lain berupa tindakan perolehan Rahasia Dagang secara tidak patut. Himalay Taufan: Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang, 2008. USU e-Repository © 2008 Pengungkapan atau penggunaan Rahasia Dagang milik orang lain tanpa izin ataupun pada saat pengungkapan atau penggunaan Rahasia Dagang tersebut ia mengetahui dan patut menduga bahwa informasi itu telah diperoleh secara tidak patut, atau diperoleh dari pihak yang seharusnya berkewajiban memelihara Rahasia Dagang itu 63 .

B. Tindak Pidana Pencurian Rahasia Dagang dan Spionase Ekonomi