Deskripsi lukisan berjudul “Bapak Tionghoa Indonesia”
65
manusia secara anonim dengan raut wajah yang sedang marah. Di atas gambar wajah digambarkan pula gedung DPR untuk memperjelas gagasan penulis. Selain itu,
digambarkan pula beberapa burung kicau yang menyebar di sekitar Gus Dur, hal ini dimaksudkan untuk menambah kesan kesatuan dalam lukisan ini. Penempatan letak
atau komposisi dalam lukisan ini menggunakan prinsip keseimbangan balance informal atau asimetris, yaitu keseimbangan yang tidak memiliki berat sama di setiap
sisi-sisinya. Lukisan ini menggambarkan beberapa simbol di dalamnya. Simbol di dalam
lukisan ini diantaranya yaitu, Gus Dur yang dilukiskan sedang menikmati secangkir kopi yang berada di tangan Gus Dur, cangkir kopi tersebut menggambarkan
ketenangan sosok seorang Gus Dur. Selanjutnya, penggambaran burung-burung kicau yang ada di sekitar Gus Dur. Makna dari burung-burung kicau tersebut adalah sebagai
bentuk simbolik dari kicauan-kicauan atau komentar-komentar orang lain terhadap masalah yang dihadapi Gus Dur.
Proporsi dalam lukisan dilakukan dengan ukuran paling besar pada figur Gus Dur. selain figur Gus Dur ditampilkan juga objek lain dengan ukuran yang lebih
kecil. Dengan adanya perbedaan ukuran akan menciptakan kontras besar-kecil sehingga aksentuasi point of interest juga tercapai dan tertuju pada objek dengan
proporsi yang paling besar. Sedangkan pada bagian background ditampilkan irama rhythm berupa pengulangan tekstur gelembung yang berukuran kecil.
Harmoni dalam lukisan ini dicapai dengan kombinasi warna merah dan biru yang dominan. Gus Dur digambarkan dengan warna kulit ochre, burnt sienna, burnt
66
umber, dan putih. Sedangkan warna objek tambahan lainnya berupa manusia dan gedung DPR pada lukisan ini digambarkan dengan warna yang menyerupai
background. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai kesederhanaan simplicity. Background sendiri digambarkan dengan perpaduan warna merah dan biru dengan
teknik aquarel yang dipadukan dengan minyak guna mendapatkan tekstur pada lukisan.
Lukisan yang berjudul “Calm down” ini menceritakan tentang ketenangan Gus
Dur dalam menghadapi masalah-masalahnya yang selalu menjadi kontoversi dalam beberapa kalangan masyarakat di Indonesia. Gus Dur adalah sosok yang selalu tenang
dan santai menghadapi segala hal, Gus Dur seringkali mengatakan ‘gitu aja kok
repot..’ sebagai tanggapan atas segala permasalahan yang Gus Dur hadapi, terlebih masalahnya dengan DPR-RI saat itu. Dalam pidato di hadapan wakil rakyat Gus Dur
dengan lantang menyebut DPR seperti taman kanak-kanak. Oleh karena gagasan tersebut Gus Dur mendapat banyak kritik. Tidak hanya sampai disitu, Gus Dur juga
berusah untuk membekukan DPR serta MPR melalui kebijakan presiden. Tetapi kebijakan tersebut ditolak oleh MPR yang dianggap melanggar aturan sebagai badan
eksekutif negara, sehingga MPR mencabut Gus Dur sebagai Presiden melalui sidang istimewa MPR dan melantik Megawati sebagai presiden kelima Indonesia.
67