Deskripsi lukisan berjudul “Rhyme in Peace”
71
digambarkan pula bendera Indonesia dibagian bawah sebagai penyeimbang serta untuk memberikan kesan kesatuan dalam lukisan ini. Komposisi yang digunakan
dalam lukisan ini yaitu melalui prinsip keseimbangan balance informal atau asimetris, yaitu keseimbangan dengan berat yang tidak sama berat di setiap sisinya.
Sosok Gus Dur digambarkan menjadi Gus Dur yang berbeda. Masing-masing sosok Gus Dur tersebut menyimbolkan berbagai agama di Indonesia, yaitu Hindu,
Budha, Katolik, Protestan, Islam, dan Kong Hu Chu. Agama-agama yang ditampilkan tersebut disimbolkan dengan pemakaian busana ibadah yang lazim dipakai oleh
masing-masing agama. Busana tersebut digambarkan dengan warna yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Harmoni dalam lukisan ini dicapai dengan membuat pengulangan pada penggambaran Gus Dur dengan proporsi dan versi berbeda-beda. Harmoni juga
dicapai dengan menampilkan warna dominan merah dan violet, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kesan harmonis. Warna pada figur Gus Dur sendiri dihadirkan
dengan warna monochrome yang berbeda-beda. Aksentuasi point of interest juga dihadirkan dengan perbedaan kontras warna pada figur Gus Dur asli sebagai muslim.
Sehingga diperoleh pusat perhatian point of interest. Pada bagian bendera digambarkan dengan pemberian volume dan draperitekstur kain. Selanjutnya,
background dibuat dengan warna merah, violet, dan burnt umber yang dibuat dengan teknik aquarel dan dikolaborasikan dengan minyak untuk mendapatkan tekstur yang
juga mnghasilkan irama rhythm.
72
Lukisan yang berjudul “Semua Satu” ini terinspirasi dari pemikiran Gus Dur
tentang pluralisme dan demokrasi. Pemikiran tersebutlah yang mendorong Gus Dur untuk mempersatukan masyarakat indonesia, untuk membela hak-hak kaum
monoritas, termasuk membela agama minoritas di Indonesia. Gus Dur lahir dan tinggal di negara Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim, Gus Dur
juga seorang tokoh muslim ternama. Akan tetapi Gus Dur selalu membela dan mendukung hak-hak dari penganut agama lain yang menjadi minoritas di Indonesia.
Karena tindakannya tersebut, Gus Dur seringkali mendapat kritik dari pemuka agama ataupun masyarakat yang mayoritas adalah muslim.
73