Deskripsi lukisan berjudul “Calm down”
68
merah-putih. Keranda tersebut dilukiskan sedang diangkat oleh banyak orang. Penggambaran objek dalam lukisan ini diposisikan dengan prinsip keseimbangan
balance informal atau asimetris, yaitu komposisi dengan keseimbangan yang tidak sama berat disetiap sisi-sisinya. Gus Dur yang digambarkan dengan proporsi ukuran
yang paling besar di sebelah kiri dan disebelah kanan ditambahkan bentuk pengulangan melalui penggambaran orang-orang yang sedang mengangkut keranda
sebagai penyeimbang. Kesan ruang juga dihadirkan dengan menggunakan perspektif pada pengulangan objek manusia di sekitar keranda.
Harmoni dalam lukisan ini juga dicapai dengan Penggambaran sosok manusia di sekitar keranda yang digambarkan secara berulang-ulang menibulkan irama rhythm
dalam lukisan, sehingga dengan irama tersebut Harmoni dapat dicapai. Selain itu harmoni juga dicapai dengan penggunaan warna yang senada atau dominan biru.
Sedangkan pada keranda digambarkan dengan warna bendera merah putih. Penggunaan warna merah di sini terlihat menonjol, sehingga aksentuasi point of
interest didapatkan dengan adanya kontras warna pada bendera merah-putih pada keranda tersebut. Pada bagian background digambarkan dengan warna kombinasi
merah dan biru. Backround tersebut digambarkan dengan teknik aquarel dan dikolaborasikan dengan minyak guna menghasilkan tekstur pada lukisan ini.
Penggunaan warna biru gelap pada lukisan ini dimaksudkan sebagai simbol kedamaian dan hari berkabung bagi seluruh masyarakat Indonesia. Figur Gus Dur
juga digambarkan dengan warna monochrome biru untuk mengimbangi warna background sekaligus untuk mendapatkan kesan kesederhanaan simplicity.
69
Lukisan yang berjudul “Rhyme in Peace” ini menggambarkan peristiwa
meninggalnya Gus Dur pada 30 desember 2009 pada usia 69 tahun. Berita duka ini member inspirasi penulis untuk menuangkannya ke dalam kanvas dikarenakan berita
duka ini menunjukkan respon masyarakat Indonesia yang sangat merasa kehilangan akan sosok berpengaruh di negeri ini. Banyak orang yang merasa sedih, bukan hanya
dari kelompok NU, tapi juga dari kelompok agama lain hingga kaum lain yang minoritas juga merasa kehilangan. Bahkan hingga saat ini, masih banyak orang yang
mengenang dan melayatinya. Hal ini dapat menjadi gambaran bagaimana ketokohan dan kebaikan Gus Dur selama masa hidupnya.
70