1. Konsep Traktat
Traktat dalam pengertian luasnya adalah perjanjian antara pihak-pihak peserta atau negara-negara di tingkat internasional.
98
Werner Levi mendefinisikan traktat adalah perjanjian di bawah hukum internasional antara dua bilateral atau
diantara lebih dari dua multilateral negara untuk mencapai suatu prestasi yang terdapat dalam perjanjian tersebut.
99
John O’ Brien sebagaimana dikutip dari Jawahir Thontowi, et.al, merangkum beberapa definisi mengenai traktat, yaitu:
Pertama, traktat uncul diakibatkan oleh persetujuan. Kedua, negara
yang memberikan
persetujuan terikat
untuk memberlakukannya sebagaimana yang diinginkan oleh traktat
terhadap pihak lain. Ketiga dalam hal traktat tersebut mengkodifikasi kebiasaan, maka para negara peserta terikat oleh
traktat yang menurut prinsip-prinsip umum. Keempat, dalam hal bukan negara-peserta, yang dimaksud oleh prinsip ketiga, maka
traktat tetap mengikat berdasar pada alasan kewajibannya muncul sebagai akibat dari kebiasaan. Terakhir adalah traktat
multilateral pada umumnya, dibentuk di bawah the International Law Comission, dengan tujuan untuk terciptanya pembentukan
hukum internasional yang progresif, yang tentunya melibatkan kodifikasi atas hukum kebiasaan.
100
Definisi mengenai traktat ini sebenarnya sudah ada dalam Vienna Conventions on the Law of Treaties 1969 mulai berlaku pada tanggal 27 Januari
98
John O’Brien, International Law, Cavendish, London, 2001, h. 80, dalam Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Op.Cit., h. 56.
99
Werner Levi, Op.Cit., h. 203.
100
Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Op.Cit., h. 56-57.
1980;selanjutnya disebut Konvensi Wina 1969 dalam Article 1 huruf a, sebagaimana tertulis: “treaty means an international agreement concluded
between States in written form and governed by international law, whether embodied in a single instrument or in two or more related instruments and
whatever its particular designation.” Dari definisi tersebut, menurut penulis, ada beberapa unsur yang
menjadikan traktat sebagai hukum, yaitu perjanjian internasional, pihaknya adalah negara, berbentuk tertulis, ,diatur oleh hukum internasional, berwujud instrumen
tunggal atau dua ataupun lebih instrumen dan bentuknya bergantung pada negara yang membuat traktat tersebut. Namun, tidak semua traktat mengikat secara
hukum dan tidak diatur oleh hukum internasional, seperti contoh yang secara jelas dalam the Final Act of the Helsinki Conference on Security and Co-operation in
Europe 1975
.
101
Kata traktat digunakan dalam bidang internasional, yang menggambarkan perjanjian internasional secara umum.
102
Traktat benyak sekali macamnya, seperti pakta, konvensi, piagam, charter, deklarasi, protokol, arrangement, accord,
modus vivendi, convenant, dan lain sebagainya.
103
Pembedaan dalam penamaan traktat ini tidak memiliki pengaruh hukum, semuanya sama dan setara penerapan
hukumnya.
104
Traktat atau perjanjiian internasional adalah sarana utama yang
101
Lihat Case concerning Maritime Delimitation and Territorial Questions between Qatar and Bahrain Qatar v Bahrain Jurisdiction – First Phase, ICJ Rep. 1994 112, dalam
Martin Dixon dan Robert McCorquodale, Op.Cit., h. 61.
102
Thomas Buergenthal dan Harold G. Maier, Public International Law in a Nutshell, West Publishing Co, St. Paul Minn, 1990, h. 91.
103
Mochtar Kusumaatmadja, Op.Cit., h. 85.
104
Thomas Buergenthal dan Harold G. Maier, Op.Cit., h. 91, lihat juga Rebecca M.M Wallace, Op.Cit., h. 197.
dipunyai negara untuk memulai dan mengembangkan hubungan internasional.
105
Tiap-tiap negara pasti menjadi para pihak dari traktat dan mereka juga memastikan bahwa kepentingan mereka yang tertuang dalam traktat tersebut dapat
berjalan secara efektif, sama halnya ketika semua negara memiliki aturan yang lazim dalam kekebalan diplomatik dalam rangka memfasilitasi hubungan
diplomatik.
106
Selain itu, traktat adalah alternatif legal utama untuk menyelesaikan sengketa internasional, yang mana saat ini penggunaan kekerasan menjadi illegal
dalam penyelesaian sengketa internasional.
107
2. Metode Interpretasi Traktat