tatanan hukum yaitu titik mula dalam penyelesaian masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan internasional.
Hal-hal mengenai wilayah, terdapat preskripsi pada kasus the Island Palmas Case, dengan pihaknya yaitu Amerika Serikat dan Belanda. Mengacu pada
arbitrator Max Huber dalam the Island Palmas Case tahun 1928, kedaulatan teritorial adalah ‘Teritorial sovereignty may defined as “right to exercise therein,
to the exclusion of any other State, the functions of a State’, yang berarti bahwa kedaulatan teritorial dapat didefinisikan sebagai hak untuk melaksanakan di
dalamnya, terlepas dari negara lain, fungsi-fungsi suatu negara.
32
Kedaulatan teritorial juga memiliki aspek negatif dan positif. Aspek positif yang dimaksud adalah berkaitan dengan sifat hak ekslusif kompetensi suatu
negara terhadap wilayahnya.
33
Aspek negatif kedaulatan teritorial ini adalah adanya kewajiban untuk tidak mengganggu hak negara-negara lain.
34
C. Kedaulatan Yurisdiksional jurisdictional sovereignty
Di samping kedaulatan teritorial, negara juga melaksanakan kedaulatan yurisdiksional atas wilayahnya. Yurisdiksi pula merupakan refleksi dari
kedaulatan yang mana merupakan salah satu prinsip dalam hubungan internasional dan jurisdiksi merupakan hal yang vital dan sentral dari kedaulatan
suatu negara, untuk melaksanakan kewenangan yang mungkin mengubah atau menciptakan atau mengakhiri hubungan-hubungan legal dan kewajiban-
32
Pendapat dari Arbitrator Max Huber dalam the Island of Palmas Case, Permanent Court of Arbitration, 2 R.I.A.A. 829 at 838 1928, dalam Rebecca M.M. Wallace, Op.Cit., h. 81,
lihat juga D.J. Harris, Op.Cit., h. 190.
33
Huala Adolf, Op.Cit., h. 101.
34
Ibid.
kewajiban.
35
Kedaulatan yurisdiksional, dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan kedaulatan yang meliputi kegiatan administrasi, yudisial, eksekutif, dan legislatif
yang dilakukan negara.
36
Pelaksanaan kedaulatan terhadap perorangan dan properti benda-benda oleh negara, diperlukan tindakan dalam skopa nasional,
yaitu melalui legislatur, police force, dan pengadilan.
37
Sebagai bahan perbandingan, dalam § 401 Categories of Jurisdiction dari American Law
Institute, dalam restatement Third Foreign Relations Law of the United States 1987, menjelaskan mengenai kedaulatan yurisdiksional ini:
Under international law, a state is subject to limitations on di bawah hukum internasional, negara adalah subyek pembatasan
pada: a
Jurisdiction to prescribe, i.e., to make its law applicable to the activities, relations, or status of
persons, or the interests of person in things, whether by legislation, by executive act or order, by
administrative rule or regulation, or by determination of a court yurisdiksi dalam hal menentukan, seperti
membuat hukum yang diterapkan pada aktivitas, hubungan, atau status perorangan, atau kepentingan
perorangan terhadap sesuatu, apakah itu dengan legislasi, tindakan atau tatanan eksekutif, aturan atau
peraturan administratif, atau penentuan pengadilan;
35
Malcolm N. Shaw, Op.Cit., h. 572.
36
Martin Dixon dan Robert McCorquodale, Op.Cit., h. 281.
37
Ibid.
b Jurisdiction to adjudicate, i.e., to subject persons or
things to the process of its courts or administrative tribunals, whether in civil or in criminal proceedings,
whether or not the state is a party to the proceedings yurisdiksi dalam hal adjudikasi, seperti kepada
subyek perorangan atau hal terhadap proses persidangan atau peradilan administrasi, apakah itu
berupa dalam proses persidangan sipil atau kriminal, atau negara dapat ikut atau tidak sebagai pihak dalam
proses persidangan; c
Jurisdiction to enforce, i.e., to induce or compliance or to punish noncompliance with its laws or
regulations, whether through the courts or by use of executive, administrative, police, or other nonjudicial
action yurisdiksi
dalam hal
penyelenggaraanpelaksanaan, seperti keturutsertaan atau pemenuhan atau menghukum ketidakpemenuhan
dengan hukum yang bersangkutan atau aturan, apakah itu melalui pengadilan atau menggunakan
tindakan eksekutif, administrasi, kepolisian, atau tindakan bukan yudisial yang lainnya.
38
Dilihat dari restatement tersebut, Amerika Serikat menggunakan tiga prinsip kedaulatan yurisdisional, yaitu, yurisdiksi untuk menentukan penerapan
38
Ibid., h. 284.
hukumnya; yurisdiksi untuk adjudikasi; dan yurisdiksi untuk menyelenggarakan regulasi hukumnya.
Perlu diperhatikan pula bahwa kaitannya dengan kedaulatan jurisdiksional, terdapat prinsip “par in parem non habat imperium” yang secara harfiah dapat
diartikan seseorang tidak dapat melaksanakan kewenangannya terhadap kesetaraan.
39
Maksud dari prinsip ini bahwa suatu negara, pada prinsipnya adalah sama dan tiada satupun negara yang melaksanakan jurisdiksinya tanpa izin.
40
Prinsip ini sebenarnya memiliki kesamaan dengan apa yang dikemukakan oleh Malanzscuk di atas mengenai prinsip dari kedaulatan teritorial, yang mana suatu
negara tidak dapat melakukan tindakan pemerintahan di wilayah negara lain tanpa izin.
D. Cara Perolehan Kedaulatan