Dalam kaitannya dengan preskripsi, Fauchille dan Johnson, mengemukakan beberapa syarat agar suatu preskripsi sah:
1. Pemilikan tersebut harus dilaksanakan secara a titre de
souverain. Maksudnya, yaitu bahwa pemilikan tersebut harus memperlihatkan suatu kewenangankekuasaan negara dan di
wilayah tersebut tidak ada negara yang mengklaimnya; 2.
Pemilikan tersebut harus berlangsung secara damai dan tidak ada gangguan protes dari pihak lain. Hakim Huber dalam
kasus The Palmas menggunakan istilah “terus-menerus dan damai”;
3. Pemilikan tersebut harus bersifat publik. Yang dimaksud
publik di sini yaitu yang diumumkan atau yang diketahui oleh pihak lain;dan
4. Pemilikan tersebut harus berlangsung terus.
77
3. Cessi Penyerahan
Cessi cession;transfer adalah pengalihan wilayah secara damai dari suatu negara ke negara lain dan kerapkali berlangsung dalam rangka suatu perjanjian
perdamaian setelah usainya perang.
78
Starke menyatakan bahwa “Penyerahan merupakan suatu metode penting diperolehnya kedaulatan teritorial. Metode ini
didasarkan atas prinsip bahwa hak pengalihan wilayah adalah atribut fundamental
77
Ian Brownlie, Principles of Public International Law, Oxford Univ. Press, Oxford, 1979, dalam Huala Adolf, Op.Cit., h. 111.
78
Ibid., h. 112.
dari kedaulatan suatu negara.”
79
Cessi menurut Hardiwinoto adalah proses memperoleh wilayah baru atau cara penambahan wilayah melalui suatu perjanjian
penyerahan melalui perjanjian tertulis.
80
Cessi ini bisa dilakukan dengan sukarela atau dengan paksaan akibat peperangan, sedangkan menurut penulis sendiri, cessi
diartikan sebagai transfer kedaulatan suatu wilayah dari negara yang memperoleh wilayah aslinya kepada negara penerima wilayah, dengan melalui suatu perjanjian
tertulis dan damai. Penyerahan kedaulatan melalui cessi ini, dapat pula diperoleh berdasarkan
perjanjian dari kolonial atau kekuasaan administratif kepada penduduk asli.
81
Transfer teritori ini, adalah selalu memperoleh titel turunan kepada wilayah tertentu.
82
Cessi selalu diikuti dengan perjanjian treaty, seperti misalnya dalam sebuah perjanjian damai sebagaimana berakhirnya perang dalam Treaty of
Versailles 1919 dan Treaty of Peace with Japan 1951.
83
Dalam penyerahan kedaulatan melalui cessi ini, perlu juga diperhatikan mengenai maxim nemo dat quod non habet, yang berarti tidak seorangpun
memberikan apa yang ia tidak punya.
84
Negara yang menyerahkan tidak dapat mengurangi apa yang telah ia serahkan.
85
Oleh karena itu, dalam hal ini berdasarkan suatu penyerahan wilayah perlu dialihkan semua hak-hak berdaulat
yang terkandung dalam wilayah yang diserahkannya.
86
Dengan alasan yang sama, suatu negara yang melakukan penyerahan tidak dapat mengalihkan lebih daripada
wilayah di mana ia telah melaksanakan kedaulatan; karenanya negara penerima
79
J.G. Starke, Op.Cit., h. 221.
80
Soekotjo Hardiwinoto, Op.Cit., h. 121.
81
Malcolm N. Shaw, Op.Cit., h. 421-422.
82
Rebecca M.M. Wallace, Op.Cit., h. 87.
83
Ibid.
84
Peter Malanczuk, Op.Cit., h. 148.
85
J.G. Starke, Op.Cit., h. 222.
86
Ibid.
akan mengurus wilayah yang diserahkan tunduk pada suatu pembatasan kedaulatan atau hak-hak berdaulat misalnya, berkenaan dengan suatu kawasan
khusus yang sebelumnya mengikat negara yang menyerahkan.
87
Alasan dalam transfer wilayah ini tidak menyangkut hukum.
88
Von Glahn secara terpisah menjelaskan mengenai voluntary cession cessi dengan sukarela
dan involuntary cession by conquest.
89
Menurutnya, cessi dengan sukarela membawa titel hukum kepada pemilik barunya. Menurutnya, cessi dengan cara
damai memiliki banyak ragam, seperti misalnya, pada zaman dahulu terdapat a treaty of sale [populer pada abad terdahulu, yang tidak diketahui pada zaman
sekarang, seperti Lousiana Purchase 1803; the Florida Purchase 1819; the Galsden Purchase 1853; the Alaska Purchase 1867; the purchase of the Danish
West Indies Virgin Islands tahun 1916]; pertukaran real estate kepada negara lainwilayah lain, seperti transfer Pulau Heligoland dari Inggris kepada Jerman
tahun 1890 dalam pertukaran wilayah Afrika Timur Jerman German East Africa; cessi melalui hadiah, dapat dikatakan sebagai “a royal dowry”, seperti
pernyerahan bagian batuan karang Danau Erie dari Inggris kepada Amerika Serikat tahun 1850, sedangkan involuntary cession by conquest, selalu
menggunakan kekuatan bersenjata, dengan serangan hingga mencapai kemenangan, yang kemudian didapatkan dengan penggabungan ke negara
pemenang tersebut.
90
87
Ibid.
88
Werner Levi, Op.Cit., h. 131.
89
Gerhard Von Glahn, Op.Cit., h.321-324.
90
Sebelum adanya Konvenan League of Nations dan Charter of The United Nations pun, dimungkinkan perolehan wilayah melalui penaklukan dimungkinkan secara hukum, tetapi
sekarang tidak lagi, lihat Ibid.
Namun, perolehan kedaulatan melalui cessi dengan penaklukan, saat ini dilarang, baik dalam ketentuan sebelum 1945, seperti Kellog-Briand Treaty 1928,
dan juga doktrin the Stimson Doctrine of Non-Recognition 1932 yang menyatakan apabila dalam perolehan suatu wilayah dengan menggunakan
kekerasan maka perolehan tersebut tidak akan diakui
91
; maupun sesudah 1945, yaitu dalam Article 2 4 United Nations Charter, dengan larangan penggunaan
use of force terhadap wilayah negara lain.
4. Aneksasi conquestpenaklukan