BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kedaulatan
Hukum internasional mendasarkan pada konsep dari hubungan internasional international relations. Kemudian, sudah barang tentu bahwa yang mengadakan
hubungan internasional ini adalah negara yang juga memiliki kedaulatan karena hal demikian sangat mendasar dalam hubungan internasional dan diterima sebagai
prinsip yang sangat sakral.
1
Kedaulatan ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kepentingannya asal
saja kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional.
2
Kedaulatan menciptakan hukum internasional, dan hukum mengakui kedaulatan sebagai prinsip dasar dan utama.
3
Kedaulatan merupakan salah satu prinsip dasar bagi terciptanya hubungan internasional yang damai.
4
Secara historis, konsep tentang kedaulatan, digagas pertama oleh Jean Bodin.
5
Ia melihat kedaulatan sebagai kekuasaan mutlak dan abadi dari sebuah republik, dan sebuah republik merupakan sebuah pemerintahan yang dilandaskan
1
R.P. Anand, International Law and Developing Countries, Banyan Publications, New Delhi, 1986, h. 72.
2
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Alumni, Bandung, 2000, h. 24.
3
R.P. Anand, Op.Cit., hl. 95.
4
Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer, Refika Aditama, Bandung, 2006, h. 169.
5
Jean Bodin adalah sarjana Perancis abad XVI yang merumuskan pengertian kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi untuk menentukan hukum dalam suatu negara, yang
sifatnya tunggal, asli, abadi, dan tidak dapat di bagi-bagi. Karena jasa tersebut, ia dijuluki Bapak Teori Kedaulatan, dalam Dossy Iskandar dan Bernard L. Tanya, Ilmu Negara Beberapa Isu Utama,
Srikandi, Surabaya, 2005, h. 123.
pada hukum alam.
6
Konsep kedaulatan erat pula kaitannya dengan negara yang berkembang developing state dan masyarakat yang berkembang developing
community, sebagaimana yang dijelaskan oleh Dixon dan McCorquodale: “The concept of sovereignty originated in the closer association of the developing state
and the developing community which became inecitable when it was discovered that power had to be shared between them”.
7
Sebenarnya, secara historis dalam kasus-kasus yang terkenal pada tahun 1923, PCIJ Permanent Court of International Justice sudah mendefinisikan
kedaulatan sebagai “relative matter”, bergantung pada hubungan internasional.
8
Kedaulatan pula tercantum dalam Charter of United Nations selanjutnya disebut Piagam PBB, yang menyatakan bahwa “the Organization is based on the
principle of the sovereign equality of all its member”.
9
Dalam kaitannya pula dengan kedaulatan, Declaration on the Rights and Duties of States,
mendeklarasikan bahwa: “Every state has the right to independence and hence to exercise freely, without dictation of any other state, all its legal powers, including
the choice of its own from of government” setiap negara memiliki hak kemerdekaan dan oleh karenanya dilaksanakan secara bebas, tanpa dikteperintah
dari negara lain, segara kekuasaan hukumnya, termasuk pilihan sendiri atas pemerintahannya.
10
Kedaulatan mempunyai pengertian negatif dan positif. Pengertian negatif dari kedaulatan yaitu a Kedaulatan dapat berarti bahwa negara tidak tunduk pada
6
Carl J. Friedrick, The Philosophy of Law, h. 72, dalam Ibid.
7
H. Hinsley, Sovereignty, 2
nd
edn, 1986, h. 222-225, dalam Martin Dixon dan Robert McCorquodale, Cases and Material on International Law, Blackstone Press Limited, London,
2001, h. 248.
8
Martti Koskenniemi, “What Use for Sovereignty Today?”, Asian Journal International Law, Cambrigde Journals, 2011, h. 61.
9
Piagam PBB, Article 2, par. 1.
10
Piagam PBB, Article 1.
ketentuan-ketentuan hukum internasional yang mempunyai status yang lebih tinggi, dan b Kedaulatan berarti bahwa negara tidak tunduk pada kekuasaan
apapun dan dari manapun datangnya tanpa persetujuan negara yang bersangkutan, sedangkan pengertian positifnya adalah a Kedaulatan memberikan kepada
titulernya yaitu negara pimpinan tertinggi atas warga negaranya. Ini yang dinamakan wewenang penuh dari suatu negara dan b Kedaulatan memberikan
wewenang kepada negara untuk mengeksploitasi sumber-sumber alam wilayah nasional bagi kesejahteraan umum masyarakat banyak. Ini yang disebut
kedaulatan permanen atas sumber-sumber kekayaan alam.
11
Kedaulatan, pula berarti negara memiliki kekuasaan yang berhubungan dengan teritori dari yurisdiksi wilayah negara tersebut, semisal dalam hak
sweeping.
12
Namun demikian, kedaulatan bukannya tak terbatas dan sebebas- bebasnya freedom oleh suatu negara. Kedaulatan yang absolut dan sempurna di
mana tidak ada larangan oleh kewajiban-kewajiban yang ditentukan oleh semisal, suatu perjanjian adalah tidak mungkin dan tidak diketahui dalam prakteknya.
13
Tidak ada negara saat ini yang dapat bertahan tanpa manfaat dari sebuah perjanjian, dan tanpanya perjanjian-perjanjian tersebut, tidak akan mungkin
untuk mengadakan perdagangan internasional, komunikasi, hubungan diplomatik, pariwisata, dan segi-segi kehidupan yang lain
14
, yang dari sinilah kedaulatan memiliki konsep relatif.
15
11
Jean Charpentier, Institutiones Internationales, 13 edition, 1997, Momentos Dallozz, Paris, h. 25-26, dalam Boer Mauna, Op.Cit., h. 24-25.
12
Antonio Cassese, International Law in a Divided World, Clarendon Press, Oxford, 1994, h. 130.
13
Joint Dissenting Opinion dari tujuh hakim dalam kasus Custom Regime, PCIJ series AB, no. 41, p. 77, dalam R.P. Anand, Op.Cit., h. 64.
14
Ibid.
15
G. Schwarzenberger, International Law, London, 1957, h. 114, dalam Ibid.
Berkaitan pula mengenai kedaulatan bahwa kedaulatan sebagai sebuah konsep memiliki ketidakjelasan, yang oleh karenanya Dixon dan McCorquodale
menyebutnya sebagai ‘a nebulous concept’
16
, yang mana Allot mengomentari kedaulatan sebagai fakta tetapi sebagai teori.
17
Kedaulatan negara sekarang ini diartikan bersifat mutlak sepanjang dilaksanakan kepada negara sendiri dalam
batas-batas wilayah.
18
Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa pelaksanaan kedaulatan secara mutlak kepada warga negara sendiripun sudah tidak
dimungkinkan lagi, semisal dalam politik Apartheid yang pernah dilakukan oleh Afrika Selatan, yang mempraktekkan pembedaan perlakuan kepada penduduknya
antara kulit putih dan kulit hitam diskriminasi.
19
Menurut penulis, dari beberapa pendapat dan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kedaulatan bermakna dalam arti terbatas, yang mana erat
kaitannya dengan kemerdekaan dan paham persamaan derajat, sebagaimana Kusumaatmadja berpendapat:
Suatu akibat paham kedaulatan dalam arti yang terbatas ini, selain kemerdekaan independence juga paham persamaan
derajat equality. Artinya bahwa negara-negara yang berdaulat itu selain masing-masing merdeka, artinya yang satu bebas dari
yang lainnya, juga sama derajatnya satu dengan yang lainnya. Dilihat secara demikian maka ketiga konsep atau pengertian
kedaulatan ini yaitu kedaulatan, kemerdekaan, dan kesamaan
16
Martin Dixon dan Robert McCorquodale, Cases and Material on International Law, Oxford University Press, New York, 2003, hal 268, dalam Jawahir Thontowi dan Pranoto
Iskandar, Op.Cit., h. 172.
17
Philip Allot, Eunomia: New Order for a New World, Oxford University Press, Oxford, 2001, h. 302, dalam Ibid.
18
Sulaiman Nitiatma, Unsur Kajian Hukum Internasional, CV Indriajaya, Semarang, 1994, h. 61.
19
Ibid.
derajat tidak bertentangan satu dengan yang lainnya bahkan kemerdekaan dan persamaan derajat negara merupakan bentuk
perwujudan dan pelaksanaan pengertian kedaulatan dalam arti yang wajar.
20
Beliau juga mengemukakan bahwa pentingnya tunduk pada kedaulatan, yang juga mencerminkan tunduknya suatu negara pada hukum internasional,
sebagaimana dikemukakan: Tunduknya suatu negara yang berdaulat atau tunduknya paham
kedaulatan kepada
kebutuhan pergaulan
masyarakat internasional demikian merupakan syarat mutlak bagi
terciptanya suatu masyarakat internasional yang teratur. Mengingat bahwa kehidupan suatu masyarakat internasional
yang teratur
hanya mungkin
dengan adanya
hukum internasional, maka keharusan tunduknya negara-negara kepada
hukum internasional yang mengatur hubungan antara negara- negara yang berdaulat itu merupakan kesimpulan yang tak dapat
dielakkan lagi.
21
Sesuai dengan konsep hukum internasional, kedaulatan memiliki tiga aspek utama
22
, yaitu: 1.
Aspek ekstern kedaulatan adalah hak bagi setiap negara untuk secara bebas menentukan hubunganya dengan berbagai negara
20
Mochtar Kusumaatmadja, Op.Cit., h. 13.
21
Ibid., h. 14.
22
Nkambo Mugerwa, Subject of International Law, ed. Max Sorensen, Mac Millan, New York, 1968, h. 253, dalam Boer Mauna, Op.Cit., h. 24, lihat juga R.P. Anand, Op.Cit., h. 79.
atau kelompok-kelompok lain tanpa kekangan, tekanan atau pengawasan dari negara lain.
2. Aspek intern kedaulatan ialah hak atau wewenang eksklusif
suatu negara untuk menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja lembaga-lembaga tersebut dan hak untuk membuat
undang-undang yang diinginkannya serta tindakan-tindakan untuk mematuhi.
3. Aspek teritorial kedaulatan berarti kekuasaan penuh dan
eksklusif yang dimiliki oleh negara atas individu-individu dan benda-benda yang terdapat dalam wilayah tersebut.
Salah satu unsur pokok status kenegaraan adalah penguasaan suatu wilayah teritorial, di dalam wilayah mana berlaku hukum negara tersebut. Terhadap
wilayah ini otoritas tertinggi berada di negara terkait.
23
Apabila suatu negara melaksanakan yurisdiksi atau kekuasaan atas suatu wilayah, maka negara tersebut
mempunyai kedaulatan sovereignty atas wilayah itu.
24
Kedaulatan di sini bukan menunjuk hubungan antara orang dengan orang atau kemerdekaan negara, tetapi
kepada sifat-sifat atas wilayah.
25
B. Konsep Kedaulatan Teritorial