Manfaat penelitian Definisi Operasional

Universitas Sumater Utara 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian umum

Untuk mengetahui gambaran penderita karsinoma laring di RSUP Haji Adam Malik.

1.3.2 Tujuan penelitian khusus

a Untuk mengetahui distribusi proposi jumlah penderita karsinoma laring yang berobat di RSUP Haji Adam Malik, Medan. b Untuk mengetahui distribusi proposi jumlah penderita menurut usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan. c Untuk mengetahui distribusi proposi jumlah penderita menurut kebiasaan merokok dan meminum alkohol. d Untuk mengetahui distribusi proposi jumlahpenderita menurut gejala klinis. eUntuk mengetahui distribusi proposi jumlah penderita menurut klasifikasi karsinoma laring. f Untuk mengetahui distribusi proposi jumlah penderita menurut jenis pengobatan.

1.3 Manfaat penelitian

a Agar peneliti dapat lebih memahami dengan mendalam lagi mengenai kasus- kasus karsinoma laring. b Sebagai bahan informasi yang dapat memberikan pengetahuan yang mendalam kepada masyarakat. c Dapat dipakai sebagai referensi atau bahan pertimbangan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. d Sebagai tambahan informasi bagi pihak RSUP Haji Adam Malik tentang gambaran penderita karsinoma laring sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi penanganan karsinoma laring. Agar dapat memberi data kepada Dinas Kesehatan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi 2.1.1 Laring Laring adalah organ untuk produksi suara atau fonasi.Laring juga merupakan saluran udara, dan bertindak sebagai sfingter di bagian dalam dari saluran pernapasan bagian bawah.Laring atau kotak suara dikembangkan dengan baik pada manusia.Kemampuannya sangat ditingkatkan oleh besar daerah vokalisasi di bagian bawah motor korteks.Pembicaraan kita dipandu dan dikendalikan oleh korteks serebral.Laring merupakan bagian dari sistem pernapasan yang memungkinkan aliran dua arah gas.Laring terletak pada garis tengah anterior dari leher, memanjang dari akar lidah dengan trakea.Pada laki- laki dewasa, terletak dari vertebra servikalis ketiga sampai keenam, namun pada anak-anak dan wanita dewasa itu terletak pada tingkat sedikit lebih tinggi.Panjang laring adalah kira-kira 44 mm pada pria dan 36 mm pada wanita.Pada masa pubertas, laring laki-laki tumbuh dengan cepat dan menjadi lebih besar dari laring perempuan.Pertumbuhan pubertas laring perempuan diabaikan.Laring terdiri dari kerangka-kerangka tulang rawan. Kartilago dihubungkan oleh sendi, ligamen dan membran.Rongga laring dilapisi oleh selaput lender Chaurasia,2007.

2.1.2 Kartilago laring

Laring mempunyai sembilan tulang rawan, yaitu tiga yang tidak berpasangan dan tiga berpasangan. Tidak berpasangan :1 Tiroidea 2 Krikoidea Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara 3 Epiglotika Gambar 2.1.2 a Berpasangan : 1 Aritenoidea Gambar 2.1.2 b 2 Kornikulata 3 Kuneiformis Gambar 2.1.2a: Kerangka laring : Anterior view and Postrerior view Sumber: http:intranet.tdmu.edu.ua Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara Gambar 2.1.2b : Kerangka laring : Posterior view Sumber:http:oralmaxillo-facialsurgery.blogspot.com201005laryngeal- fractures.html

2.1.2.1 Kartilago tiroid

Kartilago tiroid merupakan tulang rawan terbesar menonjol di leher jakun.Kedua lamina lateralis sekering bersama di garis tengah secara berbentuk V dan ujung atas dan bawah yang berlanjut ke tanduk disebut tanduk superior dan inferior.Tulang rawan ini terhubung ke tulang hyoid oleh membran tirohyoid dan kartilago krikoid oleh membran krikotiroid. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara 2.1.2.2 Epiglottis Ini adalah daun seperti tulang rawan pipih, melekat pada sudut antara lamina tiroid oleh ligamentum tiroepiglotik.Ini proyek ke atas di belakang tulang hyoid dan marjin superior bebas.

2.1.2.3 Lipatan memperluas dari epiglottis

Lipatan aryepiglotik membentang dari margin lateral pada tulang rawan arytenoid. Glossoepiglotik lipat ekstensi dari lidah untuk aspek lingual dari epiglotis, menghasilkan dua cekungan di kedua sisi disebut valecullae. Faringoepiglotik lipatan ekstensi dari margin lateral epiglotis ke dinding faring.Ruang Pra-epiglotik: Ini adalah ruang potensial di depan epiglotis yang berisi saluran limfatik. Hal ini terikat di depan tulang rawan tiroid, posterior epiglotis dan atas ligamentum hyoepiglotik. Ruang adalah penting dalam pembedahan karena sel-sel tumor mungkin melibatkan pembuluh getah bening ruang ini dan ruang ini harus dipotong bersama dengan tempat pertumbuhan.

2.1.2.4 Kartilago krikoidea

Ini adalah tulang rawan cincin yang memiliki lengkungan anterior sempit dan lamina posterior luas.Lengkungan anterior terhubung dengan batas inferior kartilago tiroid oleh membran krikotiroid.Posterior lamina memberikan lampiran ke otot dan artikular dengan kartilago arytenoid pada sendi krikoarytenoid.

2.1.2.5 Kartilago arytenoid

Ini adalah kartilago berbentuk piramida terletak di lamina piramida krikoid.Dasar piramida berartikulasi dengan segi krikoid untuk membentuk sendi krikoarytenoid.Sudut anterior piramida, yang dikenal sebagai proses vokal, memberikan lampiran ke pita suara. Proses lateral yang memberikan lampiran ke otot. Apeks memberikan lampiran ke lipatan aryepiglotik Maqbool,2001. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara Gambar 2.1.2.5: Kartilago arytenoid: pandangan axial Sumber: http:www.intelihealth.comarticlebasic-anatomy-and-physiology

2.1.3 Otot-otot laring

Otot-otot laring dibagi dalam dua kelompok.Otot ekstrinsik yang terutama bekerja pada laring secara keseluruhan, sementera otot intrinsik menyebabkan gerakan antara berbagai struktur-struktur laring sendiri.Otot ekstrinsik dapat digolongkan menurut fungsinya.Otot depresor atau otot-otot leher omohioideus, sternotiroideus, sternohioideus berasal dari bagian inferior.Otot elevator milohioideus, geniohiodeus, genioglosus, hioglosus, digastrikus dan stilohioideus meluas dari os hioideum ke mandibula, lidah dan prosesus stiloideus pada kranium.Otot tirohioideus walaupun digolongkan sebagai otot-otot leher, terutama berfungsi sebagai elevator.Melekat pada os hioideum dan ujung posterior alae kartilago tiroidea adalah otot konstriktor medius dan inferior yang melingkari faring di sebelah posterior dan berfungsi pada saat menelan.Serat-serat paling bawah dari otot konstriktor inferior berasal dari krikoid, membentuk krikofaringeus yang kuat, yang berfungsi sebagai sfingter esofagus superior. Anatomi otot-otot intrinsik laring paling baik dimengerti dengan mengaitkan fungsinya.Serat-serat otot interaritenoideus aritenoideus transversus dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara oblikus meluas di antara kedua kartilago aritenoidea. Bila berkontraksi, kartilago aritenoidea akan bergeser kearah garis tengah, mengaduksi korda vokalis. Otot krikoaritenoideus posterior meluas dari permukaan posterior lamina krikoidea untuk berinsersi ke dalam prosesus muskularis aritenoidea.Yang membentuk tonjolan korda vokalis adalah otot vokalis dan tiroaritenoideus yang hampir tidak dapat dipisahkan. Pada individu lanjut usia, tonus otot vokalis dan tiroaritenoideus agak berkurang. Otot-otot laring utama lainnya adalah pasangan otot krikotiroideus, yaitu otot yang berbentuk kipas berasal dari arkus krikoidea di sebelah anterior dan berinsersi pada permukaan lateral alae tiroid yang luas. Kontraksi otot ini menarik kartilago tiroidea ke depan, meregang dan menegangkan korda vokalis. Kontraksi ini secara pasif juga memutar arytenoid ke medial, sehingga otot krikotiroideus juga dianggap sebagai otot aduktor. Maka secara ringkas dapat dikatakan terdapat satu otot abduktor yaitu krikoaritenoideus posterior, tiga aduktor yaitu interaritenoideus, krikoaritenoideus lateralis dan krikotiroideus dan tiga otot tensor yaitu krikotiroideus eksterna, vokalis interna, tiroaritenoideus interna Boies, 2012. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara Gambar 2.1.3.a : Otot-otot laring Sumber : Atlas of Human Anatomy,5 edition Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara 2.2 Fisiologi laring Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi, fonasi Hutauruk, 2007 danfiksasi dada dalam upaya otot yang parah Colman, 1987.Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda asing masuk ke dalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara bersamaan.Terjadinya penutupan aditus laring ialah karena pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilago aritenoid bergerak ke depan akibat kontraksi m. tiroaritenoid dan m. aritenoid. Selanjutnya m. ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter.Penutupan rima glotis terjadi karena aduksi plika vokalis.Kartilago aritenoid kiri dan kanan mendekat karena aduksi otot-otot intrinsik. Selain itu, dengan refleks batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan ke luar.Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret yang berasal dari paru dapat dikeluarkan.Fungsi respirasi dari laring ialah dengan mangatur besar kecilnya rima glotis. Bila m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis kartilago aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glotis terbuka abduksi. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Dengan demikian laring berfungsi juga sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3 mekanisme, yaitu gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laringis dan mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk ke dalam laring. Laring juga mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi, seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh ketegangan plika vokalis. Bila plika vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid ke bawah dan ke depan, menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis kini dalam keadaan yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m.krikoaritenoid akan mendorong kartilago aritenoid ke depan , sehingga plika vokalis akan mengendor. Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada Hutauruk, 2007. 2.3 Karsinoma Laring 2.3.1 Definisi Karsinoma laring juga dapat dikenali sebagai kanker laring.Karsinoma laring adalah keganasan yang terdapat pada pita suara,kotak suara laring atau daerah lain yang terdapat pada tenggorokan The American Cancer Society, 2014. Kebanyakan karsinoma laring, asal-usulnya dari sel skuamosa yang membentuk mayoritas epital laring. Kanker laring dapat berproliferasi dengan lanjutan lansung ke struktur yang berdekatan, dengan cara metastasis ke kelenjar getah bening daerah leher rahim atau yang lebih jauh melewati aliran darah Romlah, 2012. Karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan laring yang paling sering terjadi 94 persen Boies, 2002.

2.3.2 Etiologi

Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti.Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan risiko tinggi terhadap karsinoma laring.Penelitian epidemiologik menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkanterjadinya karsinoma laring yang kuat ialah rokok, alkohol dan terpajan oleh sinar radioaktif. Pengumpulan data yang dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara tidak merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap Abdurrachman,2007.

2.3.3 Epidemiologi

Karsinoma laring menempati urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal.Di Departemen THT FKUI-RSCM Dr. Cipto Mangunkusumo antara tahun 1980-1985 didapatkan 144 kasus karsinoma laring dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan sebanyak 7:1. Insiden karsinoma laring meningkat sesuai dengan meningkatnya usia, dengan rata-rata usia penderita antara 50-60 tahun Munir, 2007. Selain itu, laporan dari WHO 1961yang merahap 35 negara, seperti yang dikutip oleh Batsakis 1979, menganggarkan 1.2 orang per 100.000 penduduk yang meninggal disebabkan oleh penyakit karsinoma laring Hermani, 2007. Penelitian yang diterbitkan pada bulan Desember 2011 di UK tercatat lebih dari 90 karsinoma laring berhubungan dengan gaya hidup dan faktor linkungan. Penelitian di UK pada tahun 2010 memperkirakan 79 kasus karsinoma laring disebabkan oleh rokok, 25 disebabkan oleh alkohol dan 89 efek kombinasi merokok dan konsumsi alkohol Cancer Research UK, 2012.

2.3.4 Faktor resiko

• Alkohol • Merokok • Nutrisi yang kurang • Infeksi Virus Human Papilloma HPV • Sindrom genetik • Lingkungan pekerjaan • Jenis kelamin • Umur Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara • Suku • Gastroesophageal reflux disease GERD American Cancer Society, 2014.

2.3.5 Klasifikasi letak tumor

Tumor supraglotik terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglottis sampai batas atas glotis termasuk piat suara palsu dan ventrikel laring. Tumor glotik mengenai pita suara asli.Batas inferior glotik adalah 10 mm di bawah tepi bebas pita suara, 10 mm merupakan batas inferior otot-otot intrinsik pita suara.Batas superior adalah ventrikel laring. Oleh karena itu tumor glotik dapat mengenai 1 atau ke 2 pita suara, dapat meluas ke subglotik sejauh 10 mm, dan dapat mengenai komisura anterior atau posterior atau prosesus vokalis kartilago aritenoid. Tumor subglotik tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara asli sampai batas inferior krikoid. Tumor ganas transglotik adalah tumor yang menyeberangi ventrikel mengenai pita suara asli dan pita suara palsu, atau meluas ke subglotik lebih dari 10 mm Abdurrachman,2007

2.3.6 Gejala

Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini tumor pita suara.Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring.Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara.Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau peyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Adanya tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara nadanya lebih rendah dari biasa.Kadang-kadang bias afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas, atau paralisis komplit. Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak tumor.Apabila tumor tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan menetap. Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian bawah plika ventrikularis, atau di batas inferior pita suara, serak akan timbul kemudian. Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan subjektif, seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok.Tumor hipofaring jarang menimbulkan serak, kecuali tumornya eksentif.Fiksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumam hot potato voice. Dispnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan napas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan napas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau sekret, maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik atau transglotik terdapat kedua gejala tersebut.Sumbatan yang terjadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh pasien.Pada umumnya dispnea dan stridor adalah tanda prognosis yang kurang baik. Nyeri tenggorok.Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam. Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus piriformis.Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas postkrikoid.Rasa nyeri ketika menelan odinofagi menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring. Batuk dan hemoptisis.Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring.Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan tumor supraglotik. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk, hemoptisis dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar laring atau metastasis jauh. Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium Hermani,2007.

2.3.7 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara tidak langsung menggunakan kaca laring atau langsung dengan menggunakan laringoskop. Pemeriksaan ini untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor, kemudian dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patologi anatomik. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologik. Foto toraks diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada atau proses spesifik dan metastasis di paru. CT scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor dan laring lebih seksama, misalnya penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomik dari bahan biopsi laring, dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. Dari hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa Hermani,2007.

2.3.8 Klasifikasi

Klasifikasi tumor ganas laring menurut AJCC American Joint Committee on Cancer dan UICC 1988, sebagai berikut: Tumor Primer T Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara • Supraglotis Tis Karsinoma insitu T1 Tumor terdapat pada satu sisi suara pita suara gerakan masih baik. T2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daerah supraglotis dan glotis masih bias bergerak tidak terfiksir. T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah krikoid bagian belakang, dinding medial dari sinus piriformis, dan ke arah rongga pre-epiglottis. T4 Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan lunak pada leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid • Glotis Tis Karsinoma insitu T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior. T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksasi impaired mobility. T3 Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksasi. T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring. • Subglotis Tis Karsinoma insitu T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis. T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksasi. T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksasi. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau kedua-duanya. • Penjalaran ke kelenjar limfa N Nx Kelenjar limfa tidak teraba N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba N1 Secara klinis teraba satu kelenjar limfa dengan ukuran diameter 3 cm homolateral. N2 Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3-6 cm. N2a Satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter lebih dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6 cm. N2b Multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm. N2c Metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih dari 6 cm. N3 Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm. • Metastasis Jauh M Mx Tidak terdapatterdeteksi M0 Tidak ada metastasis jauh M1 Terdapat metastasis jauh. • Staging = Stadium ST1 T1 N0 M0 STII T2 N0 M0 STIII T3 N0 M0, T1T2T3 N1 M0 STIV T4 N0N1 M0 T1T2T3T4 N2N3 T1T2T3T4 N1N2N3 M1 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara 2.3.9 Penatalaksanaan Terapi tumor ganas laring sebelum tahun 1960 adalah hanya dengan penyinaran.Pada awal tahun 1960 mulai dilakukan tindakan pengangkatan laring laringektomi di Bagian THT FKUI-RSCM Jakarta. Tindakan laringektomi ini dilakukan pada penderita tumor ganas laring stadium III dan IV.Pada penderita dengan pembesaran kelenjar leher sebagai metastasis dilakukan tindakan diseksi leher radikal. Pada penderita dengan metastasis jauh hanya diberikan terapi penyinaran dan sitostatika. Penderita yang telah dilakukan laringektomi total akan kehilangan suara dan diperlukan rehabilitasi suara Tabel 1. Tabel 1. Tumor ganas laring 1960s Tumor N0 M0 N+ M0 N+ M+ T1 Sinar RND+Laringektomi Sinar+Sitostatika T2 Laringektomi sajaSinar saja RND+Laringektomi Sinar+Sitostatika T3 Laringektomi+Sinar RND+Laringektomi Sinar+Sitostatika T4 Laringektomi+Sinar + Rekonstruksi RND+Laringektomi + Rekonstruksi Sinar+Sitostatika Munir, 2007 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Karsinoma Laring • Usia • Jenis kelamin • Pekerjaan • Pendidikan • Merokok • Alkohol • Gejala klinis • Klasifikasi • Jenis pengobatan

3.2 Definisi Operasional

a Usia adalah jumlah tahun hidup pasien penderita karsinoma laring sejak lahir sampai ulang tahun terakhir yang sesuai dengan rekam medis. b Jenis kelamin adalah jenis kelamin pasien penderita karsinoma laring baik laki-laki ataupun perempuan yang sesuai dengan rekam medis. c Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas sehari-harian yang dilakukan oleh pasien penderita karsinoma laring sesuai dengan rekam medis.Pekerjaan yang dimaksudkan adalah pekerjaan yang berhubungan dengan paparan bahan berbahaya di lingkungan kerjanya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara d Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal pasien sesuai yang tercatat pada rekam medis. e Status merokok adalah riwayat mengenai perilaku merokok pada pasien sesuai yang tercatat pada rekam medis, yang dikategorikan atas: 1. Bekas Perokok selama 1 bulan 2. Perokok minimal satu batang atau lebih secara rutin dalam sehari 3. Bukan Perokok Penentuan derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman IB, yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokokdalam tahun, sesuai yang tercatat pada rekam medis, yang dikategorikan atas: 1. Derajat ringan : 0-200 batang 2. Derajat sedang: 200-600 batang 3. Derajat berat : 600 batang f Alkohol adalah kebiasaan pasien mengkonsumsi minuman yang mengandung etanol, peminum ringan adalah pasien yang mengkonsumsi 1 atau kurang dari 1 botol per hari, peminum sedang adalah pasien yang mengkonsumsi 1-4 botol per hari dan peminum berat adalah pasien yang mengkonsumsi lebih dari 4 botol per hari. g Gejala klinis adalah tanda-tanda atau simptom yang didapatkan dari keluhan yang diutarakan pasien karsinoma laring sesuai dengan data rekam medis. h Klasifikasi adalah stadium pasien sesuai dengan datarekam medis. i Pengobatan adalah tindakan medis yang diberikan kepada pasien karsinoma laring oleh dokter yang bersangkutan dan sesuai dengan data rekam medis. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara Cara menilai: Dilakukan dengan melihat rekam medis pasien karsinoma laring di bagian THT-KL RSUP HAM Medan. Alat Ukur: Observasi dengan lembar isian Hasil Pengukuran: Hasil disajikan dalam bentuk tabel. a. Usia: 31, 31-40, 41-50, 51-60, 61-70, 71-80, 80 b. Jenis kelamin: laki-laki atau perempuan c. Pekerjaan: petani, pegawai swasta, pegawai negeri, wiraswasta, buruh, IRT, pensiun dan belum bekerja. d. Pendidikan : Tidak Sekolah, SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi e. Merokok:Bekas Perokok, perokok, bukan perokok. Derajat ringan batang: 0-200, Derajat sedang: 200-600 batang, Derajat berat : 600 batang. f. Minum alkohol: minum alkohol atau tidak minum g. Keluhan: serak yatidak, dispneu yatidak, batuk yatidak dan benjolan di leher yatidak h. Lokasi: supraglotis, glotis, dan subglotis i. Stadium: stadium I, II, III dan IV j. Terapi: bedah, radioterapi dan kemoterapi Skala Pengukuran a. Usia diukur dengan menggunakan skala interval. b. Jenis kelamin, merokok, minum alkohol, keluhan, lokasi karsinoma laring, stadium berdasarkan TNM serta pengobatan diukur dengan menggunakan skala nominal. c. pendidikan diukur dengan menggunakan skala ordinal. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumater Utara BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian