Universitas Sumater Utara Gambar 2.1.2.5:
Kartilago arytenoid: pandangan axial Sumber: http:www.intelihealth.comarticlebasic-anatomy-and-physiology
2.1.3 Otot-otot laring
Otot-otot laring dibagi dalam dua kelompok.Otot ekstrinsik yang terutama bekerja pada laring secara keseluruhan, sementera otot intrinsik menyebabkan
gerakan antara berbagai struktur-struktur laring sendiri.Otot ekstrinsik dapat digolongkan menurut fungsinya.Otot depresor atau otot-otot leher
omohioideus, sternotiroideus, sternohioideus berasal dari bagian inferior.Otot elevator milohioideus, geniohiodeus, genioglosus, hioglosus,
digastrikus dan stilohioideus meluas dari os hioideum ke mandibula, lidah dan prosesus stiloideus pada kranium.Otot tirohioideus walaupun digolongkan
sebagai otot-otot leher, terutama berfungsi sebagai elevator.Melekat pada os hioideum dan ujung posterior alae kartilago tiroidea adalah otot konstriktor
medius dan inferior yang melingkari faring di sebelah posterior dan berfungsi pada saat menelan.Serat-serat paling bawah dari otot konstriktor inferior
berasal dari krikoid, membentuk krikofaringeus yang kuat, yang berfungsi sebagai sfingter esofagus superior.
Anatomi otot-otot intrinsik laring paling baik dimengerti dengan mengaitkan fungsinya.Serat-serat otot interaritenoideus aritenoideus transversus dan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumater Utara
oblikus meluas di antara kedua kartilago aritenoidea. Bila berkontraksi, kartilago aritenoidea akan bergeser kearah garis tengah, mengaduksi korda
vokalis. Otot krikoaritenoideus posterior meluas dari permukaan posterior lamina krikoidea untuk berinsersi ke dalam prosesus muskularis
aritenoidea.Yang membentuk tonjolan korda vokalis adalah otot vokalis dan tiroaritenoideus yang hampir tidak dapat dipisahkan. Pada individu lanjut
usia, tonus otot vokalis dan tiroaritenoideus agak berkurang. Otot-otot laring utama lainnya adalah pasangan otot krikotiroideus, yaitu otot yang berbentuk
kipas berasal dari arkus krikoidea di sebelah anterior dan berinsersi pada permukaan lateral alae tiroid yang luas. Kontraksi otot ini menarik kartilago
tiroidea ke depan, meregang dan menegangkan korda vokalis. Kontraksi ini secara pasif juga memutar arytenoid ke medial, sehingga otot krikotiroideus
juga dianggap sebagai otot aduktor. Maka secara ringkas dapat dikatakan terdapat satu otot abduktor yaitu krikoaritenoideus posterior, tiga aduktor
yaitu interaritenoideus, krikoaritenoideus lateralis dan krikotiroideus dan tiga otot tensor yaitu krikotiroideus eksterna, vokalis interna, tiroaritenoideus
interna Boies, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumater Utara
Gambar 2.1.3.a : Otot-otot laring
Sumber : Atlas of Human Anatomy,5 edition
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumater Utara 2.2 Fisiologi laring
Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi, fonasi Hutauruk, 2007 danfiksasi dada dalam upaya otot yang parah
Colman, 1987.Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda asing masuk ke dalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring
dan rima glotis secara bersamaan.Terjadinya penutupan aditus laring ialah karena pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring.
Dalam hal ini kartilago aritenoid bergerak ke depan akibat kontraksi m. tiroaritenoid dan m. aritenoid. Selanjutnya m. ariepiglotika berfungsi sebagai
sfingter.Penutupan rima glotis terjadi karena aduksi plika vokalis.Kartilago aritenoid kiri dan kanan mendekat karena aduksi otot-otot intrinsik.
Selain itu, dengan refleks batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan ke luar.Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret
yang berasal dari paru dapat dikeluarkan.Fungsi respirasi dari laring ialah dengan mangatur besar kecilnya rima glotis. Bila m.krikoaritenoid posterior
berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis kartilago aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glotis terbuka abduksi. Dengan terjadinya
perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Dengan demikian laring berfungsi juga
sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3
mekanisme, yaitu gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laringis dan mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak
mungkin masuk ke dalam laring. Laring juga mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi, seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumater Utara
Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh
ketegangan plika vokalis. Bila plika vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid ke bawah dan ke depan, menjauhi kartilago
aritenoid. Pada saat yang bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis kini dalam
keadaan yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m.krikoaritenoid akan mendorong kartilago aritenoid ke depan , sehingga
plika vokalis akan mengendor. Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada Hutauruk, 2007.
2.3 Karsinoma Laring 2.3.1 Definisi
Karsinoma laring juga dapat dikenali sebagai kanker laring.Karsinoma laring adalah keganasan yang terdapat pada pita suara,kotak suara laring atau
daerah lain yang terdapat pada tenggorokan The American Cancer Society, 2014. Kebanyakan karsinoma laring, asal-usulnya dari sel skuamosa yang
membentuk mayoritas epital laring. Kanker laring dapat berproliferasi dengan lanjutan lansung ke struktur yang berdekatan, dengan cara metastasis ke
kelenjar getah bening daerah leher rahim atau yang lebih jauh melewati aliran darah Romlah, 2012. Karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan laring
yang paling sering terjadi 94 persen Boies, 2002.
2.3.2 Etiologi
Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti.Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang
dengan risiko tinggi terhadap karsinoma laring.Penelitian epidemiologik menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkanterjadinya karsinoma
laring yang kuat ialah rokok, alkohol dan terpajan oleh sinar radioaktif. Pengumpulan data yang dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo
menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang
Universitas Sumatera Utara