Universitas Sumater Utara
• Suku • Gastroesophageal reflux disease GERD American Cancer
Society, 2014.
2.3.5 Klasifikasi letak tumor
Tumor supraglotik terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglottis sampai batas atas glotis termasuk piat suara palsu dan ventrikel laring.
Tumor glotik mengenai pita suara asli.Batas inferior glotik adalah 10 mm di bawah tepi bebas pita suara, 10 mm merupakan batas inferior otot-otot
intrinsik pita suara.Batas superior adalah ventrikel laring. Oleh karena itu tumor glotik dapat mengenai 1 atau ke 2 pita suara, dapat meluas ke subglotik
sejauh 10 mm, dan dapat mengenai komisura anterior atau posterior atau prosesus vokalis kartilago aritenoid.
Tumor subglotik tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara asli sampai batas inferior krikoid.
Tumor ganas transglotik adalah tumor yang menyeberangi ventrikel mengenai pita suara asli dan pita suara palsu, atau meluas ke subglotik lebih
dari 10 mm Abdurrachman,2007
2.3.6 Gejala
Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini tumor pita suara.Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi
laring.Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita
suara.Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau peyempitan celah
glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Adanya tumor di pita suara akan
mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumater Utara
nadanya lebih rendah dari biasa.Kadang-kadang bias afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas, atau paralisis komplit.
Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak tumor.Apabila tumor tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini
dan menetap. Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian bawah plika ventrikularis, atau di batas inferior pita suara, serak akan timbul
kemudian. Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama
tidak khas dan subjektif, seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok.Tumor hipofaring jarang menimbulkan serak,
kecuali tumornya eksentif.Fiksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumam hot potato voice.
Dispnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan napas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan
jalan napas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau sekret, maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik atau transglotik terdapat kedua
gejala tersebut.Sumbatan yang terjadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh pasien.Pada umumnya dispnea dan stridor adalah tanda
prognosis yang kurang baik. Nyeri tenggorok.Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa
nyeri yang tajam. Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan
sinus piriformis.Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas postkrikoid.Rasa nyeri ketika menelan odinofagi menandakan
adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring. Batuk dan hemoptisis.Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik,
biasanya timbul dengan tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring.Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan tumor
supraglotik.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumater Utara
Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk, hemoptisis dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar
laring atau metastasis jauh. Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis
tumor ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi
supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium Hermani,2007.
2.3.7 Diagnosis