Latar Belakang Tingkat Pengetahuan Ibu yang Berkunjung ke Poliklinik Anak RSUP Haji Adam Malik Medan Tentang Kejang Demam pada Anak

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh suhu rektal diatas 38°C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Selain itu, kejang demam ini paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu Soetomenggolo, 1999. Kejang jenis ini merupakan paling umum dan terjadi pada 2 sampai 5 dari golongan anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun, terutama pada usia 2 tahun Seinfeld dan Pellock, 2013. Menurut The International League Againts Epilepsy Commision on Epidemiology and Prognosis, 1993, definisi kejang demam adalah kejang yang terjadipada masa anak-anak setelah usia satu bulan, yang dikaitkan dengan terjadinya penyakit demam yang tidak disebabkan oleh infeksi sistem saraf pusat SSP. Anak dengan diagnosis kejang demam tidak memiliki riwayat kejang neonatal sebelumnya, kejang tak beralasan sebelumnya atau memenuhi kriteria untuk kejang simtomatik akut lainnya. Definisi yang dinyatakan oleh National Institutes of Health Consensus Conference 1980, adalah mirip dengan ILAE kecuali bahwa batas umur yang lebih tinggi dari definisi ILAE. Kejang demam yang didefinisikan oleh NIH adalah bangkitan yang biasanya terjadi antara 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam, tetapi tanpa bukti infeksi intrakranial atau penyebab yang jelas. Faktor risiko terjadinya kejang demam pada anak antara usia 6 bulan hingga 5 tahun adalah suhu yang tinggi dan lamanya demam, usia kurang dari dua tahun, riwayat kejang demam pada keluarga, usia ibu saat hamil, usia kehamilan, as fiksia, dan bayi berat lahir rendah Fuadi et al., 2010. Namun, faktor risiko utama terjadinya kejang demam pada anak adalah riwayat keluarga Siqueira, 2010. Hampir 3 dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam Ngastiyah, 2005. Universitas Sumatera Utara Sekitar 30 dari pasien kejang demam yang mengalami kekambuhan adalah yang berusia 6 bulan hingga 3 tahun. Menurut Nelson dan Ellenberg, dalam waktu enam bulan pertama, sebanyak 50 anak-anak mengalami kejang demam kedua, 75 dalam waktu satu tahun dan 90 dalam waktu dua tahun dari episode pertama. Dari seluruh populasi umum, sebanyak 2 sampai 7 anak-anak yang mengalami kejang demam berkemungkinan besar mengalami epilepsi Siqueira, 2010. Lumbantobing telah melaporkan bahwa 5 6,5 di antara pasien kejang demam di indonesia menjadi epilepsi Soetomenggolo, 1999. Secara epidemiologi, kejadian kejang demam terjadi tiap tahun di Amerika, hampir sebanyak 1,5 juta dan sebagian besar lebih sering terjadi pada anak berusia 6 hingga 36 bulan 2 tahun, terutama pada usia 18 bulan. Insidensi kejadian kejang demam berbeda di berbagai negara. Angka kejadian kejang demam per tahun mencatat 2-4 di daerah Eropa Barat dan Amerika, sebesar 5-10 di India dan 8,8 di Jepang. Kejang demam sederhana merupakan 80 diantara seluruh kejang demam Gunawan dan Saharso, 2012. Pengetahuan dan kesadaran ibu-ibu mengenai kejang demam penting bagi mencegah kejadian kejang demam pada anak. Dari hasil penelitian oleh Parmar pada 140 orangtua dari anak-anak dengan kejang demam, mendapati bahwa 59,3 orangtua tidak menyadari penyakit ini dan hanya 20 dari mereka yang mengetahui tingkat suhu tubuh normal pada anak. Kebanyakan orangtua yang tidak menyadari tindakan segera yang perlu diambil untuk mencegah kejang demam atau komplikasinya Najimi et al., 2013. Suatu penelitian di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta, Indonesia telah dijalankan untuk mengevaluasi faktor risiko yang berperan dalam terjadinya rekurensi kejang demam pada anak. Antara faktor yang mempengaruhi rekurensi kejang demam adalah suhu pasien ketika kejang, riwayat keluarga, usia pertama kali kejang dan jenis kejang demam pasien. Hasil dari penelitian ini dapat memberi pengetahuan pada orangtua untuk mencegah rekurensi kejang demam pada anak Dewanti et al., 2012. Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah