Kejang demam sederhana merupakan 80 di antara seluruh kejang demam Saharto et al., 2009.
2. Kejang demam kompleks Complex febrile seizure Kejang demam yang berlangsung selama lebih dari 15 menit, kejang yang
berbentuk fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial. Kejang demam jenis ini berulang lebih dari 1 kali dalam waktu 24
jam Saharto et al., 2009.
2.4. Faktor Risiko
Faktor utama timbul bangkitan kejang demam adalah demam. Perubahan kenaikan temperatur tubuh suhu rektal 38°C berpengaruh terhadap nilai
ambang kejang dan eksitabilitas neural, karena kenaikan suhu tubuh berpengaruh pada kanal ion dan metabolisme seluler serta produksi ATP. Setiap kenaikan suhu
tubuh 1 ˚C akan meningkatkan metabolisme karbohidrat 10 -15, sehingga
dengan adanya peningkatan suhu akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan glukosa dan oksigen. Pada demam tinggi akan mengakibatkan hipoksia jaringan
termasuk jaringan otak. Kenaikan suhu tubuh yang mendadak menyebabkan kenaikan kadar asam glutamat dan menurunkan kadar glutamin. Perubahan
glutamin menjadi asam glutamat dipengaruhi oleh kenaikan suhu tubuh. Asam glutamat merupakan eksitator, sedangkan GABA sebagai inhibitor yang tidak
dipengaruhi oleh kenaikan suhu tubuh yang mendadak Fuadi et al., 2010. Faktor genetik juga merupakan salah satu faktor terjadinya kejang demam
pada anak. Ditemukan pada 25-40 kasus bahwa seorang anak yang mengalami kejang demam mempunyai riwayat keluarga yang pernah menderita kejang
demam Seinfeld dan Pellock, 2013. Komplikasi ibu selama kehamilan, kelahiran prematur, dan berat lahir
yang rendah telah dihubungkan dengan peningkatan risiko kejang demam. Merokok dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan janin dan memicu kepada
peningkatan risiko kejadian kejang demam pada anak. Tingkat pertumbuhan janin berkurang jika golongan ibu terus merokok selama kehamilan dan tampaknya juga
Universitas Sumatera Utara
meyebabkan perubahan stuktur kecil di otak. Merokok dapat menyebabkan peningkatan risiko kejang demam melalui perkembangan otak yang tidak optimal
Visser et al., 2010. Seterusnya adalah faktor usia, sebagian besar kejadian kejang demam
adalah pada usia kurang dari dua tahun. Pada usia ini, keadaan otak belum matang reseptor untuk asam glutamat. Sebaliknya reseptor GABA Gamma Amino
Buteric Acid sebagai inhibitor kurang aktif, sehingga otak yang belum matang eksitasi lebih dominan dibanding inhibisi corticotropin releasing hormone CRH
yang merupakan neuropeptida eksitator, berpotensi sebagai prokonvulsan. Pada otak yang belum matang kadar CRH tinggi dan berpotensi untuk terjadi bangkitan
kejang apabila terpicu oleh demam Fuadi et al., 2010.
2.5. Manifestasi klinis