Tingkat tutur ngoko. Tingkat Tutur Bahasa Jawa

12 tutur dalam konteks penuturan, 3 tingkat peringkat tindak tutur yang satu dengan tindak tutur yang lain. Berkaitan dengan permasalahan itu, Suwadji dalam Mulyani dan Dwi Hanti Rahayu, 2003: 266 menyarankan tingkat tutur bahasa Jawa disederhanakan menjadi dua tataran, krama dan ngoko. Ngoko dibedakan menjadi ngoko lugu dan ngoko alus. Demikian juga krama dibedakan menjadi krama lugu dan krama alus. Dengan demikian ada empat bentuk tingkat tutur bahasa Jawa, yaitu a ngoko lugu, b ngoko alus, c krama lugu, dan d krama alus. Penjelasan keempat bentuk tingkat tutur bahasa Jawa tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Tingkat tutur ngoko.

Tingkat tutur ngoko yaitu tingkat tutur bahasa Jawa yang berintikan leksikon ngoko. Ciri-ciri katanya terdapat afiks di-,-e dan -ake. Ragam ngoko dapat digunakan oleh mereka yang sudah akrab dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih tinggi status sosialnya daripada lawan bicara. Ragam ngoko mempunyai dua bentuk varian, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus. 1 Ngoko Lugu Ngoko lugu adalah bentuk tingkat tutur bahasa Jawa yang semua kosakatanya berbentuk ngoko dan netral leksikon ngoko dan netral tanpa terselip leksikon krama. Disusun dari kata-kata ngoko semua, adapun kata : aku, kowe, dan ater-ater: dak-, ko-, di-, juga panambang ku, -mu, -e, -ake, tidak berubah. Tingkat tutur ngoko lugu digunakan untuk : a penutur lebih tua daripada lawan tutur; b antara penjual dan pembeli sudah berlangganan; c penutur mencari kemudahan; d penutur ingin menciptakan suasana akrab; e terpengaruh lawan 13 tutur; f pimpinan terhadap bawahan; g percakapan orang-orang sederajat yang tidak memperhatikan kedudukan dan usia dan; h dipakai pada saat ngunandika, sebab yang diajak berbicara adalah diri sendiri tentu saja tidak perlu penghormatan. Contohnya: Kowe neng ngendi wae, ora tau ketok neng Mesjid? „Kamu kemana saja, tidak pernah kelihatan di Masjid?‟ Nek akeh kaya ngono rombonganne, aku ora sida melu wae. „Kalau banyak seperti itu rombongannya, aku tidak jadi ikut aja.‟ Sapa sing bisa ngganteni aku ngisi ceramah neng UIN ? „Siapa yang bisa menggantikan saya mengisi ceramah di UIN?‟ 2 Ngoko alus Ngoko alus adalah bentuk tingkat tutur yang di dalamnya bukan hanya terdiri atas leksikon ngoko dan netral saja, melainkan juga terdiri atas leksikon krama atau leksikon krama yang muncul di dalam ragam ini sebenarnya hanya digunakan untuk menghormati lawan bicara. Tingkat tutur ngoko alus disebabkan oleh faktor keinginan penutur untuk mengakrabi lawan tutur dan menghormatinya. Tingkat tutur ngoko alus digunakan untuk : a orang tua terhadap orang muda yang mempunyai derajat yang lebih tinggi; b orang yang mempunyai derajat terhadap kerabat yang lebih tua; c istri yang mempunyai pengetahuan berpendidikan terhadap suaminya dan; d orang dengan orang yang mempunyai pengetahuan berpendidikan. Contohnya: Winginane Pak Rektor tindak mrene „Kemarin dulu Pak Rektor ke sini‟ Ustad sing ngisi ceramah mau asmane sapa? „Ustad yang ngisi ceramah tadi namanya siapa?‟ Tampak bahwa pada kata tindak „pergiberangkat‟ dan asmane „namanya‟ merupakan leksikon krama yang berfungsi untuk menghormati mitra tutur. 14

b. Tingkat tutur krama