16
4. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Tutur
Pemakaian tingkat tutur bahasa Jawa merupakan bagian dari peristiwa tutur. Peristiwa tutur atau peristiwa berbahasa memiliki beberapa faktor. Dell
Hymes dalam Chaer dan Leonie Agustina, 2004: 48 menyatakan bahwa suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yang bila huruf pertamanya
dirangkaikan menjadi akronim
“SPEAKING”. Kedelapan faktor atau komponen
peristiwa tutur yakni,
S = Setting and scene
P = Participant
E = Ends : purpose and goal
A = Act sequences
K = Key : tone or spirit of act
I = Instrumentalities
N = Norm of interaction and interpretation
G
= Genre
a. Setting and scene
Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi psikologis
pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda dapat melatarbelakangi penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Dalam penelitian ini
mengambil tempat di komplek masjid Al Mujahidin UNY.
17
b. Participants
Participants merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa tutur, baik langsung maupun tidak langsung, bisa pembicara dan pendengar, penyapa
dan pesapa, atau pengirim dan penerima pesan. Dalam penelitian ini pihak-pihak yang terlibat adalah aktifis takmir, UstadKyai, dan masyarakat sekitar.
c. Ends
Ends merujuk pada maksud dan tujuan tuturan. Misalnya peristiwa tutur yang terjadi di serambi Masjid bermaksud untuk menyelenggarakan kajian
keislaman. Namun, para partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda. Ustad ingin berbagi ilmu dengan para peserta kajian, peserta kajian
ingin menambah wawasan keislamannya , sedangkan takmir berusaha untuk memandu jalannya pengajian keislaman itu dengan baik.
d. Act sequence
Act Sequence mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan
hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Misalnya bentuk ujaran dalam kuliah umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah
berbeda, begitu juga dengan isi yang dibicarakan. Sama halnya dengan contoh- contoh tersebut, bentuk ujaran dalam lingkungan Masjid pasti berbeda dengan
bentuk ujaran di tempat lainnya seperti pasar, terminal, mall, stasiun, dan sebagainya.
18
e. Key
Key mengacu pada nada, cara dan semangat suatu pesan dapat tersampaikan, baik dengan senang hati, serius, santai, akrab, singkat, sombong,
mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.
f. Instrumentalities
Instrumentalities mengacu pada sarana atau jalur bahasa yang digunakan, maksudnya dengan media apa percakapan tersebut tersampaikan, seperti jalur
lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Jalur ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek, dan register. Dalam penelitian ini
yang lebih dominan adalah bahasa lisan yang dipakai aktifis dalam komunikasi sehari-hari di komplek masjid Al Mujahidin UNY.
g. Norms of Interaction and Interpretation
Norms of Interaction and Interpretation mengacu pada norma-norma atau aturan-aturan yang harus difahami dalam berinteraksi. Misalnya, apa yang boleh
dibicarakan dan tidak boleh dibicarakan, bagaimana cara membicarakannya, halus, kasar, terbuka, dan sebagainya. Norma juga berhubungan dengan cara
berinterupsi, bertanya, dan sebagainya. h.
Genre Genre mengacu pada kategori atau jenis wacana yang disampaikan, dapat
pula mengacu pada bentuk penyampaiannya, macam-macam genre antara lain seperti narasi, puisi, pepatah, doa.
19
Kedelapan unsur tersebut merupakan faktor di luar bahasa yang dapat menentukan pilihan bahasa peserta tutur dalam suatu peristiwa tutur.
5. Fungsi Bahasa