2.2.5 Jenis Benda Asing
Jenis benda asing organik yang sering ditemukan pada aspirasi benda asing adalah jenis makanan seperti kacang, buncis, dan jagung. Benda-benda
asing organik ini dapat mengabsorbsi air dan membesar dalam beberapa waktu sehingga menjadi lebih mudah pecah. Karena karakteristik tersebut, benda asing
dapat lebih mudah menuju saluran nafas yang lebih jauh pada saat dilakukan endoskopi dan bisa mengakibatkan benda asing susah untuk diakses Yetim et al.,
2012. Benda-benda anorganik seperti koin, peniti, mainan-mainan kecil, plastik
juga dapat ditemukan pada kasus aspirasi benda asing Saki et al., 2009. Pada negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, benda asing berupa peniti
cukup sering dijumpai khusunya pada perempuan yang menggunakan jilbab. Insidensi benda asing berupa plastik juga masih cukup tinggi pada negara industri
Eroglu et al., 2003. Plastik dapat sukar didiagnosis secara radiologik karena bersifat non-iritatif serta radiolusen, sehingga dapat menetap di traktus
trakeobronkial dalam waktu yang lama Yunizaf, 2011. Selain benda-benda yang berasal dari luar tubuh manusia atau yang biasa
disebut dengan benda eksogen, benda asing pada saluran nafas juga dapat berasal dari dalam tubuh manusia atau yang biasa disebut dengan benda endogen. Benda
asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, dan nanah. Cairan amnion dan mekonium dapat masuk ke saluran nafas bayi pada saat proses
persalinan Yunizaf, 2011.
2.2.6 Gejala Klinis
Gejala yang timbul akibat aspirasi benda asing tergantung pada jenis, ukuran, lokasi, dan sifat iritasi benda asing terhadap mukosa Novialdi and
Rahman, 2012. Aspirasi benda asing dapat muncul tanpa gejala dan tidak terdeteksi dalam hitungan jam, bahkan sampai tahunan Fitri et al., 2012. Gejala
utama yang ditimbulkan oleh aspirasi benda asing pada anak-anak maupun orang dewasa adalah batuk. Selain batuk, gejala lain yang dapat ditimbulkan adalah
tersedak, dispnea, sianosis, mengi, stridor, demam, dan kadang-kadang tidak
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan gejala. Sianosis dan dispnea sering ditemukan pada pasien yang didiagnosis secara terlambat Saki et al., 2009. Selain itu, dapat juga terjadi suara
pernafasan yang melemah unilateral dan adanya ronkhi Orji and Akpeh, 2010.
2.2.7 Diagnosis
Diagnosis aspirasi benda asing yang tepat waktu sangatlah penting untuk menghindari komplikasi awal dan lambat yang berat. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, radiologi, dan bronkoskopi sebagai standar baku emas Fitri et al., 2012.
Anamnesis merupakan diagnosis yang cukup penting dalam kasus benda asing pada traktus trakeobronkial. Anamnesis dapat membuktikan 70-80 kasus
Petrovic et al., 2012. Riwayat mengenai tersedak perlu ditanya untuk menegakkan adanya aspirasi benda asing. Kemudian gejala seperti batuk, mengi,
dan bahkan stridor juga perlu ditanya ketika melakukan anamnesis Novialdi and Rahman, 2012.
Pada setiap pasien yang diduga mengalami aspirasi benda asing, dapat dilakukan pemeriksaan radiologik untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda
asing yang berupa radioopak dapat dibuat foto rontgen segera setelah kejadian, sedangkan pada benda yang berupa radiolusen hanya terlihat komplikasi yang
terjadi seperti emfisema atau atelektasis setelah 24 jam pertama. Pemeriksaan rontgen pada benda asing radiolusen dalam waktu kurang dari 24 jam setelah
kejadian sering menunjukkan gambaran radiologis yang belum berarti Yunizaf, 2011.
Pemeriksaan radiologik tidak hanya menunjukkan lokasi benda asing, namun dapat juga menunjukkan jumlah dan ukuran benda asing. Selain itu,
komplikasi yang terjadi juga dapat terlihat Ambe et al., 2012. Bronkoskopi harus dilakukan pada pasien aspirasi benda asing pada
saluran nafas jika benda asing tidak dapat didiagnosis melalui pemeriksaan radiologik. Pemeriksaan bronkoskopi perlu dilakukan dengan cepat, karena
semakin cepat pemeriksaan dilakukan semakin sedikit komplikasi yang akan terjadi. Selain sebagai sarana diagnosis, pemeriksaan bronkoskopi juga dilakukan
Universitas Sumatera Utara
sebagai terapi pada pasien dengan kasus benda asing pada saluran nafas Saki et al., 2009.
2.2.8 Penatalaksanaan