KAJIAN YURIDIS IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH NOMOR 16 TAHUN 1996 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT GIRI SUKADANA KABUPATEN WONOGIRI DALAM PERSPEKTIF

(1)

commit to user

KAJIAN YURIDIS IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN

DAERAH NOMOR 16 TAHUN 1996 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT GIRI SUKADANA KABUPATEN WONOGIRI DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1962 TENTANG PERUSAHAAN

DAERAH.

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

Arifiati Dian Mayangsari NIM E. 0005330

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

KAJIAN YURIDIS IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN

DAERAH NOMOR 16 TAHUN 1996 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT GIRI SUKADANA KABUPATEN WONOGIRI DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1962 TENTANG PERUSAHAAN

DAERAH.

Oleh

Arifiati Dian Mayangsari NIM E. 0005330

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Oktober 2010

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. DR. Jamal Wiwoho, S.H.,MHum Pujiyono, S.H., M.H


(3)

commit to user

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

KAJIAN YURIDIS IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH NOMOR

16 TAHUN 1996 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT GIRI SUKADANA KABUPATEN WONOGIRI

DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1962 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH.

Oleh

Arifiati Dian Mayangsari NIM E. 0005330

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 27 Oktober 2010

DEWAN PENGUJI

1. Anjar Sri CN., S.H., M.Hum :... Ketua

2. Pujiyono, S.H.,M.H :...

Sekretaris

3. Prof. DR. Jamal Wiwoho, S.H.,M.Hum :... Anggota

Mengetahui Dekan,

Mohammad Jamin, S.H.,M.Hum NIP.196109301986011001


(4)

commit to user

PERNYATAAN

Nama : Arifiati Dian Mayangsari

NIM : E0005330

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul “ KAJIAN YURIDIS IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH NOMOR 16 TAHUN 1996 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT GIRI SUKADANA KABUPATEN WONOGIRI DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1962 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH.’’ adalah betul-betul

karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum

(skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum

(skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Oktober 2010

yang membuat pernyataan

Arifiati Dian Mayangsari NIM. E0005330


(5)

commit to user

ABSTRAK

Arifiati Dian Mayangsari, E 0005330. 2010. KAJIAN YURIDIS IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH NOMOR 16 TAHUN 1996 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT GIRI SUKADANA KABUPATEN WONOGIRI DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1962 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH. Penulisan Hukum (skripsi), Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan dari penulisan hukum ini ialah untuk mengetahui Peran utama Pemerintah Daerah Wonogiri terhadap Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana dan fungsi utama Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana bagi Pemerintah Daerah Wonogiri.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Penulis melakukan penelitian pada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana Kabupaten Wonogiri. Jenis data yang dipergunakan yaitu data primer dan data sekunder, dengan teknik pengumpulan data yang terdiri dari teknik pengumpulan data primer dimana dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi serta teknik data sekunder melalui studi kepustakaan. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan model interaktif.

Secara ringkas permasalahan yang diteliti, menghasilkan beberapa kesimpulan,

(1) bahwa peran Pemerintah Daerah Wonogiri terhadap Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana adalah Bupati mengangkat dan memberhentikan Anggota Direksi dan Dewan Pengawas, Bupati melakukan pembinaan umum, serta sebagai pemberi dana permodalan bagi Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana itu sendiri.

(2) PD. BPR Giri Sukadana mempunyai fungsi bagi Pemerintah Daerah Wonogiri, yaitu menghimpun dana dari masyarakat, memberikan kredit, melakukan kerjasama, serta sebagai pemasukan pendapatan asli daerah. Dengan dikeluarkannya produk pelayanan berupa simpanan dan kredit sangat membantu perkembangan pendapatan laba PD BPR Giri Sukadana.

Kata kunci : Perusahaan Daerah, peran utama Pemerintah, fungsi utama Perusahaan Daerah.


(6)

commit to user

ABSTRACT

Arifiati Dian Mayangsari, E 0005330. 2010. KAJIAN YURIDIS IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH NOMOR 16 TAHUN 1996 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT GIRI SUKADANA KABUPATEN WONOGIRI DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1962 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH (The Juridicial Study of the Implementation of the Regional Governmental Regulation Point 6, 2008 About the Change of the Regional Governmental Regulation Point 16, 1996 About the Local Governmental Company of Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana in Wonogiri Regency in the Perspective of the Ordinance Point 5, 1962 About

the Local Governmental Company). Faculty of Law. Sebelas Maret University.

Surakarta.

The purpose of this legal writing is to find out the Role of the Local Government of Wonogiri Regency to the Local Governmental Company Of Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana, and also to find out the function of the Local Governmental Company of Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana for the Local Government of Wonogiri Regency.

This research is a descriptive empirical legal research. The writer carries out such a research to the Local Governmental Company of Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana, Wonogiri Regency. The data employed here are primary and secondary data. The primary data are gathered by interviews and observation, while the secondary data are collected through literature study. The analysis is carried out qualitatively in interactive model.

The results of this legal research can be concluded as follows:

(1) the Role of the Local Government of Wonogiri Regency is that The Regent appoints and dismisses the Management Board and Controller Board, the Regent also gives general establishment, and becomes the contributor of the financial aid for Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana itself;

(2) the function of the Local Governmental Company of Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana for the Wonogiri Local Government is to gather such finance from the local residents, give credits, have such a cooperation, and as the genuine local income contributor. By releasing services such as saving and credits can really help the development of income profit of PD. BPR Giri Sukadana.

Key words: Local Governmental Company, the Main Role of the Local Government, the Main Function of Local Governmental Company.


(7)

commit to user

MOTTO

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' ”

(Q. S. Al Baqarah : 45)

“Jangan pernah mengecilkan arti seseorang, suatu saat ia bisa jadi penentu kesuksesanmu ataupun kehancuranmu”

“Bahagia tidak terletak pada apa yang kita inginkan, melainkan karena kita tidak menginginkan apa yang tidak dapat kita miliki.”

“If you have nothing nice to say, say nothing at all”


(8)

commit to user

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecil ini

teruntuk :

1.

Ayah dan ibu, terima kasih atas

kasih sayang, cinta, dan

pengorbanan dalam hidupku.

2.

Chayi’ku sayang, semoga kita

berdua menjadi kebanggaan kedua

orangtua kita.


(9)

commit to user

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas penulisan hukum dengan sebaik-baiknya yang berjudul

“KAJIAN YURIDIS IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH NOMOR 16 TAHUN 1996 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT GIRI SUKADANA KABUPATEN WONOGIRI DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1962

TENTANG PERUSAHAAN DAERAH.’’.

Penulisan hukum ini penulis susun guna memenuhi dan melengkapi syarat-syarat untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penulisan hukum ini masih terdapat kekurangan maupun ketidaksempurnaan di dalamnya, karena keterbatasan pengetahuan penulis sendiri. Atas kekurangan tersebut, penulis mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun guna ke depan menjadi lebih baik lagi.

Penyusunan penulisan hukum ini juga tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari segala pihak hingga terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya yang kepada :

1. Bapak Moh. Jamin, S.H, M. Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret dan selaku Pembimbing akademik Penulis, terima kasih atas kesempatan bagi penulis belajar di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Ambar Budi S. S.H., M. Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Perdata. 3. Bapak Prof. DR. Jamal Wiwoho, S.H.,M.Hum., selaku Pembimbing I penulis

dan Bapak Pujiyono,S.H.,M.H selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan hukum ini.


(10)

commit to user

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret atas segala dedikasinya terhadap seluruh mahasiswa termasuk penulis selama menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Bapak Ibu karyawan serta staff Tata Usaha, bagian Akademik, bagian

Kemahasiswaan, bagian Transit, Bagian Keamanan, dan bagian Perpustakaan Fakultas Hukum Univertsitas Sebelas Maret.

6. Bapak Drs. Ige Budiyanto, M.S.i selaku Pimpinan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana Kabupaten Wonogiri.

7. Ibu Wiwit, yang selama penelitian membantu penulis dalam perolehan data-data penelitian beserta karyawan-karyawan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana.

8. Bapak Ibu, yang selalu menjaga, menyayangi dan mencintai penulis dengan caranya sendiri, terimakasih tak terhingga penulis ucapkan.

9. Kakakku, chayi, terimakasih untuk pengertian dan perhatiannya selama ini. 10.Kakak, Gideon Adi Nugroho, S.S, thank you 4 all....

11.Kakak, Sangga Ota Kharisma, S.STP, terimakasih....

12.Seluruh keluarga besar Fakultas Hukum UNS angkatan 2006 dan sebagian angkatan 2005, menil, ratna, vani(iting), vani, cyla, itak, ayun, rl-mate, teman ada saat kita tertawa namun seorang sahabat ada di saat kita tertawa maupun menangis, terimakasih buat kebersamaan dan persahabatannya, teman..

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan penulisan hukum ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata, semoga penulisan hukum ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak. Penulis memohon maaf jika terdapat kekeliruan ataupun kesalahan dalam penyusunan penulisan hukum ini. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua.

Amiin Yaa Robbal Alamiin.

Surakarta, Oktober 2010 Penulis,


(11)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Metode Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 11

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Kerangka Teori... 13

1. Tinjauan Tentang Implementasi ... 13

a. Pengertian Implementasi ... 13

b. Teori-teori Implementasi ... 14

2. Tinjauan tentang Pemerintah Daerah ... 16


(12)

commit to user

b. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah ... 17

c. Keuangan Daerah ... 18

3. Tinjauan Tentang Perusahaan Daerah ... 19

a. Pengertian Perusahaan ... 19

b. Perusahaan Daerah ... 20

c. Pengaturan Perusahaan Daerah ... 22

d. Sifat, Tujuan dan Lapangan Usaha Perusahaan Daerah ... 23

e. Eksistensi Perusahaan Daerah di Indonesia ... 23

f. Kelebihan dan Kekurangan dari Perusahaan Daerah ... 24

g. Prosedur Pendirian Perusahaan Daerah ... 26

4. Tinjauan Tentang Bank ... 27

a. Pengertian Bank ... 27

b. Peraturan Pendirian Bank ... 28

c. Prinsip-prinsip Perbankan ... 29

d. Jenis-jenis Bank ... 30

5. Tinjauan Tentang Bank Perkreditan Rakyat ... 31

a. Definisi Bank Perkreditan Rakyat ... 31

b. Tujuan PD BPR ... 31

c. Peraturan Pendirian BPR... 32

d. Modal PD BPR ... 33

6. Tinjauan Tentang Peraturan Daerah... 34

a. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 ... 34

b. Materi Muatan Peraturan Daerah ... 35

c. Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah ... 35

B. Kerangka Pemikiran... 37

BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN... 39

A. Hasil Penelitian ... 39


(13)

commit to user

2. Peran Pemerintah Daerah Wonogiri Terhadap PD BPR Giri

Sukadana ... 51

3. Fungsi PD BPR Giri Sukadana Bagi Pemerintah Daerah Wonogiri ... 52

B. Pembahasan... 54

1. Peran Pemerintah Daerah Wonogiri Terhadap PD BPR Giri Sukadana ... 54

2. Fungsi PD BPR Giri Sukadana Bagi Pemerintah Daerah Wonogiri ... 60

PENUTUP………... 67

A. Simpulan………….. ... 67

B. Saran………... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN


(14)

commit to user

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 : Model Analisa Data Interaktif 11 Bagan 2 : Teori Implementasi Bekerjanya Hukum Robert Seidman 31

Bagan 3 : Kerangka Pemikiran 34


(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Ijin Penelitian

Lampiran II Surat Keterangan Penelitian Lampiran III Rincian Penyertaan Modal

Lampiran IV Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 210 Tahun 2008 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah

Kabupaten Wonogiri Pada PD. BPR Giri Sukadana Kabupaten Wonogiri.

Lampiran V Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 222 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah

Kabupaten Wonogiri Pada PD BPR Giri Sukadana Kabupaten Wonogiri.

Lampiran VI Peraturan Daerah Tingkat II Wonogiri Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Pendirian PD BPR Giri Sukadana Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri

Lampiran VII Keputusan Direksi PD BPR Giri Sukadana Nomor 07/SKD/I/1998 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja PD BPR Giri Sukadana Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri

Lampiran VIII Keputusan Direksi PD BPR Giri Sukadana Nomor 017/SKD/XII/2008 Tentang Penetapan dan Rencana Kerja PD BPR Giri Sukadana Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 Lampiran IX Keputusan Direksi PD BPR Giri Sukadana Nomor

010/SKD/XII/2009 Tentang Penetapan dan Rencana Kerja PD BPR Giri Sukadana Kabupaten Wonogiri Tahun 2010


(16)

commit to user


(17)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) pada Pasal 1 ayat (3) mengamanatkan Indonesia sebagai negara hukum, sehingga dalam penyelenggaraan kenegaraan harus berdasar sistem hukum. Dalam upaya mengisi kemerdekaan yang diamanatkan dalam UUD 1945 untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat salah satunya adalah meningkatkan perekonomian dalam upaya meningkatkan taraf hidup untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia. Indonesia sebagai negara berkembang dituntut untuk terus melaksanakan pembangunan sebagai sarana mewujudkan cita-cita bangsa sekaligus meningkatkan perekonomian dan taraf hidup rakyat. Tentu saja dalam pelaksanaan pembangunan tersebut harus merata di seluruh pelosok tanah air dengan mekanisme yang terencana, terprogram, terarah serta berkesinambungan.

Pembangunan nasional Indonesia merupakan usaha meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan yang dihadapi, dalam upaya merealisasikan tujuan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV, yaitu : Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Berdasarkan sistem ketatanegaraan Negara Republik Indonesia dalam upaya pelaksanaan pembangunan, maka pembangunan di Indonesia dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, baik Pemerintah Daerah Provinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan negara yaitu mensejahterakan masyarakat. Indikator suatu masyarakat sejahtera adalah terpenuhinya bidang


(18)

ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Peranan Pemerintah sangat dominan sebagai penentu dan pengambil kebijaksanaan pembangunan tingkat nasional, sementara Pemerintah Daerah merupakan bentuk panjang tangan dari Pemerintah Pusat dalam melaksanakan Pemerintahan Daerah dan pembangunan yang ada di daerah masing-masing.

Pembentukan Pemerintah Daerah berdasarkan Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Keberadaan Pemerintah Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang intinya memberikan otonomi daerah. Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 bahwa Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Pemerintah daerah adalah Gubernur bagi propinsi, Bupati pada kabupaten, atau Walikota bagi kota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah (Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008).

Pemberian otonomi bagi daerah memungkinkan bagi daerah untuk dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dalam upaya meningkatkan perekonomian. diharapkan daerah yang bersangkutan dapat lebih memahami dalam upaya memenuhi aspirasi masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tepat sasaran karena secara langsung berhubungan atau kontak dengan masyarakat.

Salah satu bagian terpenting untuk mengetahui secara nyata kemampuan Daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri adalah kemampuan dalam hal keuangan. Faktor keuangan merupakan faktor esensial sebagai barometer tingkat kemampuan Daerah melaksanakan konsep otonomi,


(19)

dengan kata lain daerah membutuhkan dana demi penyelenggaraan urusan rumah tangganya (Josef Riwu Kaho, 1997:124).

Suatu daerah untuk dapat menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri dengan baik, maka perlu adanya dana yang memadahi sebagai upaya untuk melaksanakan pembangunan dalam upaya mensejahterakan masyarakat. Mengingat ketersediaan dana sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka daerah harus mampu berupaya untuk memunculkan usaha yang dapat menjadi pemasukan daerah. Daerah tidak hanya mengandalkan bantuan dana dari Pemerintah melainkan wajib dituntut kemandiriannya untuk memperoleh dana yang merupakan hasil usaha pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.

Adapun yang menjadi sumber penerimaan asli daerah menurut Kansil dan Christine adalah (C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil, 2002: 107):

a. Hasil Pajak Daerah,

b. Hasil Retribusi Daerah,

c. Hasil Perusahaan Milik Daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan

d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, lain- lain pendapatan asli daerah yang sah antara lain hasil penjualan aset daerah dan jasa giro.

Berdasarkan hal tersebut di atas untuk meningkatkan pendapatan asli daerah, maka daerah dimungkinkan untuk mendirikan perusahaan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (UU Nomor 5 Tahun 1962). Menurut Pasal 2 UU Nomor 5 Tahun 1962 bahwa dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan Perusahaan Daerah ialah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-undang ini yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan Undang-undang.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri mendirikan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II


(20)

Wonogiri Nomor 16 Tahun 1996 Tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri (Perda Nomor 6 Tahun 2008).

B. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang akan diteliti dan dibahas pada penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah peran Pemerintah Daerah Wonogiri terhadap Perusahaan Daerah Bank

Perkreditan Rakyat Giri Sukadana?

2. Apakah fungsi Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana

bagi Pemerintah Daerah Wonogiri?

C. Tujuan Penelitian

Dalam melaksanakan suatu penelitian tentu ada tujuan atau maksud yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang dikehendaki penulis pada kegiatan ini adalah : 1. Tujuan Obyektif.

a. mengetahui peran pemerintah daerah Wonogiri terhadap Perusahaan Daerah

Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan Daerah mengingat keberadaannya sebagai salah satu dari sejumlah penerimaan asli daerah, tepatnya di Daerah Kabupaten Wonogiri.

b. mengetahui fungsi Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri

Sukadana bagi Pemerintahan Daerah Wonogiri dalam menunjang pembangunan di Daerah Kabupaten Wonogiri.

2. Tujuan Subyektif.

a. memperkaya pengetahuan dan membuka wawasan akan hal ikhwal

pembiayaan pembangunan dengan alokasi dana dari hasil Perusahaan Daerah, khususnya Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana di Kabupaten Wonogiri.


(21)

b. memperoleh data yang akan penulis pergunakan dalam menyusun skripsi sebagai prasyarat untuk dapat mencapai gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum di Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang penulis harapkan sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis.

a. sebagai salah satu referensi atau acuan bagi penelitian berikutnya di masa

yang akan datang.

b. sebagai kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada

umunya, khususnya ilmu hukum. 2. Manfaat Praktis.

a. sebagai wahana informasi bagi masyarakat pada umumnya dan bagi para

pembaca pada khususnya.

b. sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis dalam bidang ilmu hukum

perdata, khususnya perihal seluk beluk perusahaan daerah di Kabupaten Wonogiri.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis ialah penelitian hukum empiris, dimana pada penelitian hukum empiris ini yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder kemudian dilanjutkan pada data primer di lapangan atau terhadap masyarakat (Soerjono Soekanto, 2007 : 52). Data sekunder yaitu berupa Peraturan Daerah yang mengatur mengenai Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana yang


(22)

kemudian dilanjutkan dengan data primer yaitu melakukan wawancara langsung dengan Direksi PD. BPR Giri Sukadana, Staff Bagian Umum PD. BPR Giri Sukadana, dan salah satu nasabah PD. BPR Giri Sukadana.

2. Lokasi Penelitian

Penulis mengambil penelitian di Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadan Kabupaten Wonogiri karena pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan tersedianya data yang penulis perlukan untuk penelitian.

3. Sifat Penelitian

Laporan penelitian adalah penelitian deskriptif, yaitu pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek peneliti sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. (Hadari Nawawi dan Mimi Martini, 1994 : 73). Kemudian dari faktor-faktor yang ada penulis menganalisis berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku berkaitan dengan obyek yang diteliti sehingga pada akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan umum. Disamping itu, hasil penelitian ini memberikan gambaran yang merupakan jawaban dari permasalahan-permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini mengulas lebih jauh mengenai peran Pemerintah Daerah Wonogiri terhadap Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana serta fungsi Perusahaan Daerah Giri Sukadana bagi pemerintah Daerah Wonogiri.

4. Jenis Data

Data adalah hasil dari penelitian, baik berupa fakta-fakta atau angka-angka yang dapat dijadikan bahan suatu sumber informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan. Jenis data yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah:


(23)

a. Data Primer

Data primer adalah data atau fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama, atau melalui penelitian lapangan, yaitu berupa hasil wawancara dengan Direktur utama PD. BPR Giri Sukadana, Staff Bagian Umum PD. BPR Giri Sukadana, dan beberapa nasabah PD. BPR Giri Sukadana.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli, yang memuat informasi atau data tersebut. Data sekunder ini mencakup dokumen- dokumen resmi (Surat Keputusan Bupati Wonogiri dan Direksi PD BPR Giri Sukadana) buku-buku literatur lainnya, surat kabar, peraturan perundang-undangan dan internet (terlampir).

5. Sumber Data

Sumber data juga digunakan dalam penelitian ini yakni sumber data sekunder. Dalam penelitian ini, sumber data sekunder adalah sejumlah data keterangan atau fakta-fakta yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung melalui studi pustaka yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sumber data sekunder di bidang hukum dapat diperoleh dari bahan-bahan hukum yang dibedakan menjadi :

a. Bahan hukum primer

Merupakan bahan hukum yang utama dalam penelitian ini, meliputi :

1) Undang-Undang Dasar 1945;

2) Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri Nomor 16 Tahun 1996 Tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri;


(24)

3) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 yang telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

4) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah.

b. Bahan Sekunder.

Merupakan bahan hukum yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu memahami dan menganalisa bahan hukum primer. Bahan hukum Sekunder meliputi :

1) buku-buku ilmiah di bidang hukum;

2) makalah dan hasil-hasil karya ilmiah para srajana. c. Bahan Hukum Tersier.

Merupakan bahan hukum yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tersier dalam penelitian ini meliputi :

1) surat kabar 2) internet

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan tehnik pengumpulan data yang berupa :

a. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada sumber data primer mengenai masalah yang diteliti. Wawancara dilakukan pada subjek yang dipilih sebagai responden, dilakukan secara mendalam dan terarah dengan menggunakan daftar pertanyaan agar diperoleh data yang sesuai dengan masalah yang diteliti.


(25)

b. Observasi

Merupakan upaya memperoleh data dengan melihat atau mengamati obyek yang diteliti serta melakukan pencatatan terhadap gejala yang ada.

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan sebagai metode pengumpulan data dengan jalan menggali data dari dokumen-dokumen resmi, literatur-literatur, peraturan perundangan dan lainnya.

7. Tehnik Analisis Data.

Tekhnik analisis data yang dipergunakan penulis adalah dengan

analisis isi (content analysis). Adapun model analisa yang digunakan

adalah analisa kualitatif model interaktif (interactive model of analysis)

yaitu dilakukan dengan cara interaksi, baik antara komponennya, maupun dengan proses pengumpulan data, dalam proses yang berbentuk siklus. Dalam bentuk ini, peneliti tetap bergerak di antara tiga komponen analisis dengan proses pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung. Sesudah pengumpulan data berakhir, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisisnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa bagi penelitian berakhir. (H.B. Sutopo, 2002:94-95). Adapun ketiga komponen tersebut adalah :

a. Reduksi Data.

Reduksi data adalah bagian analisis, berbentuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal- hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. Menurut HB. Soetopo (1992:12), reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data dari field not. Proses ini berlangsung sejak awal penelitian dan pada saat pengumpulan data. Reduksi data ini dilakukan dengan membuat singkatan, coding, memusatkan tema, menulis memo dan menentukan batas- batas permasalahan. Proses seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan dan


(26)

abstraksi data dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tulis di lapangan. Reduksi data langsung terus- menerus sepanjang pelaksanaan riset sampai laporan akhir lengkap tersusun.

b. Penyajian Data.

Suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Selain itu, penyajian data sebagai kumpulan informasi tersususn yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian- penyajian yang lebih merupakan suatu cara yang utama bagi

analisis kualitatif yang valid (Mattew B. Miles dan A. Michael Huberman

dalam Tjejep Rohendi Rohidi, 1992:17).

Sajian data sebaik- baiknya berbentuk tabel, gambar, matriks, jaringan kerja, dan kaitan kegiatan, sehingga memudahkan peneliti untuk mengambil kesimpulan. Peneliti diharapkan dari awal dapat memahami arti berbagai hal yang ditemui sejak awal penelitian, Dengan demikian dapat menarik kesimpulan yang terus dikaji dan diperiksa seiring dengan perkembangan penelitian yang dilakukan. Proses analisis dengan 3 (tiga) komponen diatas dilakukan secara bersamaan merupakan model analisis

mengalir (flow model of analysis). Metode analisis inilah yang digunakan

dalam penelitian ini. Reduksi data dilakukan sejak proses sebelum pengumpulan data yang belum dilakukan, diteruskan pada waktu pengumpulan data dan bersamaan dengan dua komponen yang lain. Tiga komponen tersebut masih mengalir dan tetap saling menjalin pada waktu kegiatan pengumpulan data sudah berakhir sampai dengan proses penulisan penelitian selesai.

c. Penarikan Kesimpulan.

Kesimpulan merupakan sebagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan- kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung (Mattew B. Miles dan A. Michael Huberman dalam Tjejep Rohendi, 1992:19). Dengan penggunaan data kualitatif ini maka akan didapat


(27)

gambaran yang lengkap dan menyeluruh terhadap keadaan yang nyata sesuai dengan penelitian yang diteliti.

Teknik analisis yang meliputi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan seperti yang telah diuraikan diatas, dalam penelitian ini oleh peneliti telah diusahakan untuk dapat dilaksanakan sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian.

Bagan . 1

Model analisa data interaktif

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan mengenai sistematika penulisan hukum serta untuk mempermudah pemahaman berkaitan seluruh isi penulisan hukum ini, maka penulis menyajikan sistematika penulisan hukum ini yang terdiri dari empat Bab. Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Kesimpulan


(28)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari subbab-subbab yaitu latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum. Bab pertama ini merupakan awal yang menjadi dasar, bahan pertimbangan, serta patokan dari karya ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Meliputi Kerangka Teori yang berisi Tinjauan Umum tentang Pemerintahan Daerah, Tinjauan Umum tentang Perusahaan Daerah, Tinjauan Umum tentang Badan Perkreditan Rakyat; serta Kerangka Pemikiran yang berupa bagan untuk mempermudah membaca alur dari penelitian hukum.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan bab inti dan paling penting. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang berisikan tentang peran Pemerintah Daerah Wonogiri terhadap Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana. serta fungsi Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana bagi Pemerintah Daerah Wonogiri.

BAB IV : PENUTUP

Bab Penutup adalah bab terakhir. Bab ini menerangkan dari keseluruhan uraian yang telah dipaparkan ke dalam bentuk kesimpulan dan juga memuat saran-saran apa yang sesuai dengan yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(29)

commit to user

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Implementasi. a. Pengertian implementasi

Kamus Besar Bahasa Indonesia, memberikan pengertian dari implemetasi ialah pelaksanaan; penerapan. Sehubungan dengan judul yang penulis ambil, maksud dari implementasi dalam judul penulisan hukum (skripsi) ini adalah pelaksanaan. Jadi, bagaimana pelaksanaan Peraturan Daerah tentang PD BPR Kabupaten Wonogiri ini dalam perspektif UU Perusahaan Daerah.

Kamus Webster dalam Wahab, dalam Joko Widodo (2008:86), mengungkapkan bahwa :

“Implementasi diartikan sebagai “to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)”. Implementasi berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu tertentu”

Implementasi menurut Van Meter dan Van Horn (1975) dalam Solichin Abdul Wahab 2001: 65, yaitu :

“Those action by public or private individuals (or group) that are directed the achivement of objectives set forth in prior policy decisions”. (tindakan – tindakan yang dilakukan baik oleh individu – individu atau pejabat – pejabat atau kelompok – kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan – tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan)

Lebih lanjut Daniel. A Mazmanian dan Paul Sabatier (1979) dalam Solichin Abdul Wahab 2001 : 65 menjelaskan makna implementasi sebagai berikut :

“Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian


(30)

implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian – kejadian dan kegiatan – kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman – pedoman kebijakanaan negara, yang mencakup baik usaha – usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian – kejadian.”

b. Teori Implementasi

Teori Implementasi, menurut Robert Seidman, bekerjanya hukum, yaitu setiap peraturan memberitahukan bahwa bagaimana seorang pemegang peranan (role occupant) itu diharapkan bertindak; bagaimana seorang itu akan bertindak sebagai respons terhadap peraturan merupakan fungsi peraturan-peraturan yang ditujukan kepadanya, sanksi-sanksinya, aktifitas dari lembaga-lembaga pelaksana serta keseluruhan komplek sosial, politik dan lain-lainnya mengenai dirinya; bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak sebagai respons terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan hukum yang ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan komplek begitu juga kekuatan sosial, politik dan lain-lainnya yang mengenali diri mereka serta umpan balik yang datang dari pemegang peranan; dan bagaimana para pembuat undang-undang itu akan bertindak merupakan fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan komplek kekuatan sosial, politik, ideologis dan lain-lainnya yang mengenai diri mereka serta umpan balik yang datang dari pemegang peranan serta birokrasi.

(http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&biw=1280&bih=638&q=TE ORI+implementasi+%27robert+seidman%27&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs _rfai=&fp=bfb8fcd9b9a5acfd 31 Oktober 2010, Pukul 16.30 WIB)


(31)

BAGAN 2.

TEORI IMPLEMENTASI BEKERJANYA HUKUM ROBERT SEIDMAN

Secara umum sudut pandang yang digunakan dalam memahami pengertian implementasi dan tahapan dari implementasi dijelaskan oleh Wahab (2004:84), sebagai berikut :

1) Dalam implementasi sebagian batas program pemerintah pasti akan melibatkan sejumlah pembuat kebijakan yang berusaha keras mempengaruhi perilaku-perilaku birokraasi atau pejabat-pejabat lapangan dalam rangka pemberian pelayanan atau jasa kepada masyarakat atau mengatur perilaku dari suatu atau lebih kelompok sasaran.

2) Implementasi dilihat sebagai suatu kegiatan di lapangan berfokus kepada tindakan/perilaku para pejabat dan instansi –instansi di

Bidang kerjanya kekuatan sosial

Birokrasi dan penegak hukum

Lembaga pembuat peraturan

Bidang bekerjanya kekuatan sosial

Aktifitas penerapan sanksi

Pemegang peranan

Bidang bekerjanya kekuatan sosial Umpan balik

norma norma

Umpan

balik Umpan


(32)

lapangan, dalam upaya untuk menanggulangi gangguan-gangguan yang terjadi pada wilayah kerjanya yang disebabkan oleh usaha-usaha pejabat di luar instansi demi mencapai berhasilnya suatu kebijakan baru.

3) Implementasi dapat pula dilihat sebagai usaha yang dilakukan pada kelompok sasaran dalam hal ini adalah masyarakat dimana pandangan mereka mungkin saja serupa dengan pandangan dan persepsi pejabat pusat. Persepsi kelompok sasaran tersebut sangat penting artinya bagi pejabat-pejabat pusat oleh karena dapat mengantisipasi umpan balik perilaku yang mendasari penyusunan setiap program atau kebijakan.

Pada dasarnya implementasi terdiri dari lima tahapan, yaitu : 1) Output kebijakan (keputusan-keputusan) dari badan-badan pelaksana. 2) Kepatuhan–kepatuhan kelompok sasaran terhadap kebijakan tersebut. 3) Dampak nyata keputusan tersebut.

4) Persepsi terhadap dampak keputusan-keputusan tersebut.

5) Evaluasi sistem politik terhadap undang-undang, baik berupa

perbaikan mendasar atau upaya untuk melaksanakan perbaikan dalam hal isinya.

2. Tinjauan Tentang Pemerintah Daerah. a. Pengertian Pemerintah Daerah

Definisi Pemerintah Daerah menurut Pasal 1 ayat (2) Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip motonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menurut Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan peangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.


(33)

Menurut Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Menurut Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan mayarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa asas-asas penyelenggaraan Pemerintah Daerah ada 3 (tiga) yaitu :

1) Asas Desentralisasai

Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah).

2) Asas Dekonsentrasi

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu (Pasal 1 ayat (8) Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah).


(34)

3) Asas Pembantuan

Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/ kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/ kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu (Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah).

c. Keuangan Daerah

Pengertian keuangan daerah sebagai bagian penting dalam Pemerintah Daerah, dapat diambil dari Pasal 155 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut :

1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah.

2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

Pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara.

3) Administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpisah dari administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Selain itu, menurut Pasal 157 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Sumber pendapatan daerah terdiri atas: 1) Pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu:

a) hasil pajak daerah; b) hasil retribusi daerah;


(35)

d) lain-lain PAD yang sah; (jasa giro, sumbangan pihak ketiga, askes, bunga pinjaman/dana bergulir)

2) Dana Perimbangan (pusat, provinsi); dan

3) Lain-lain Pendapatan daerah yang sah (hibah, bantuan provinsi, bagi hasil dengan provinsi pajak bahan bakar, bantuan keuangan dari provinsi).

3. Tinjauan Tentang Perusahaan Daerah. a. Pengertian Perusahaan

Perusahaan menurut Pasal 1 huruf (b) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982): Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997) bahwa Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan memperoleh keuntungan dan atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

Menurut Molengraaff, Perusahaan adalah ”keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar, untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang atau mengadakan perjanjian perdagangan (Abdulkadir, 2002:7).”

Menurut Polak, ”Memandang perusahaan dari sudut komersial, artinya baru dapat dikatakan perusahaan apabila diperlukan perhitungan laba dan rugi yang dapat diperkirakan dan dicatat dalam pembukuan (Abdulkadir, 2002:8).”


(36)

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka unsur-unsur perusahaan adalah (Abdulkadir, 2002:10-12):

1) badan usaha;

2) kegiatan dalam bidang perekonomian; 3) Terus-menerus;

4) Bersifat tetap; 5) Terang-terangan;

6) Keuntungan dan atau laba; dan

7) Pembukuan;

b. Perusahaan Daerah

Salah satu kewenangan pemerintah daerah adalah dapat memiliki Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Menurut Pasal 177 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, Pemerintah daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan perda yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan Perusahaan Daerah ialah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-undang ini yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 dan Perturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat Pemerintah Daerah Wonogiri mendirikan Perusahaan Daerah.

Salah satu bentuk Perusahaan Daerah milik Pemerintah Daerah adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang di atur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah (Permendagri Nomor 22 Tahun 2006). Menurut Pasal 1 ayat (5) Permendagri Nomor 22 Tahun


(37)

2006, Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut BPR Daerah adalah Bank Perkreditan Rakyat yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimilki oleh daerah melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan.

Berdasarkan amanat ketentuan Pasal 177 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 yang telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang perusahaan daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 1984 tentang tata cara pembinaan dan pengawasan perusahaan daerah di lingkungan Pemerintah Daerah, Peraturan Menteri dalam Nageri Nomor 4 Tahun 1993 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 tahun 2006 tentang pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat milik Pemerintah Daearah, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 tahun 1999 tentang kepengurusan Badan Usaha Milik Daerah, Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri Nomor 16 Tahun 1996 Tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri (Perda Nomor 6 Tahun 2008) maka Pemerintah Daerah Wonogiri mendirikan Badan Usaha Milik Daerah berupa Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana. Adapun yang dimaksud, Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disingkat PD BPR, adalah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana milik Pemerintah Daerah yang modalnya baik seluruhnya maupun sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan [Pasal 1 ayat (6) Perda Nomor 6 Tahun 2008]. Untuk selanjutnya penulisan Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana akan disingkat BPR Giri Sukadana.


(38)

Menurut Yuniarto dalam bukunya yang berjudul pemerintahan di daerah menyebutkan bahwa penggolongan Perusahaan Daerah, adalah sebagai berikut (Prabawa Utama, 1991: 62):

1) Perusahaan Daerah yang bersifat menyelenggarakan kepentingan

umum, yakni perusahaan yang dibentuk oleh Pemerintah daerah dengan prinsip pokok mencari keun tungan untuk mengisi Kas Daerah akan tetapi perlu juga diperhatikan kesejahteraan dan ketentraman penduduk, dengan menjaga jangan sampai penduduk dengan adanya perusahaan itu malah menjadi tidak tentram.

2) Perusahaan daerah bersifat ekonomi, artinya perusahaan ini tidak melayani kepentingan penduduk secara langsung dan berorientasi untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.

c. Pengaturan Perusahaan Daerah.

Dalam Pasal 4 Undang-Undang Perusahaan Daerah ditentukan, Perusahaan Daerah didirikan dengan peraturan daerah atas kuasa undang-undang ini. Perusahaan Daerah tersebut adalah badan hukum yang

kedudukannya sebagai badan hukum diperoleh dengan berlakunya

peraturan daerah yang yang bersangkutan.

Peraturan Daerah tentang pendirian Perusahaan Daerah itu mulai berlaku setelah mendapat pengesahan instansi atasan. Menurut ketentuan Pasal 1 huruf (d) Undang-Undang Perusahaan daerah instansi atasan adalah Menteri Dalam Negeri bagi Propinsi dan Gubernur bagi Kabupaten. Menurut Pasal 3 Undang-Undang Perusahaan Daerah, dengan tidak mengurangi ketentuan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya, maka terhadap badan hukum yang dimaksudkan dalam undang-undang ini (Undang-Undang Perusahaan Daerah) berlaku segala macam hukum Indonesia.


(39)

d. Sifat, Tujuan dan Lapangan Usaha Perusahaan Daerah

Menurut Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Perusahaan Daerah, Perusahaan Dearah merupakan badan usaha pemberi jasa, penyelenggara kemanfaatan umum; dan memupuk pendapatan. Perusahaan Daerah bertujuan untuk turut serta melaksanakan pembangunan Daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya dalam rangka ekonomi terpimpin untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan ketenteraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Selanjutnya Pasal 5 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Perusahaan Daerah menentukan Perusahaan Daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut peraturan-peraturan yang mengatur pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Daerah dan yang menguasai hajat hidup orang banyak di Daerah yang bersangkutan diusahakan oleh Perusahaan Daerah yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan.

e. Eksistensi Perusahaan Daerah di Indonesia

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 menyebutkan bahwa 1) perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan.

2) cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan , berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.


(40)

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

Berdasarkan pasal 33 UUD 1945 diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pelaku perekonomian di Indonesia terdiri dari pemerintah, swasta dan koperasi. Perusahaan merupakan salah satu wujud dari keterlibatan pemerintah, dalam hal ini pemerintah daerah, dalam kegiatan perekonomian.

Dalam rangka pemberian isi otonomi yang riil dan luas kepada daerah dengan mengingat kemampuan daerah masing-masing perlu ditetapkan dasar-dasar untuk mendirikan perusahaan daerah. Hasil Perusahaan Daerah adalah salah satu daripada pendapatan pokok dari daerah. Perusahaan yang didirikan oleh daerah dewasa ini pada umumnya merupakan perusahaan yang tidak mengutamakan mencari keuntungan semata-mata melainkan khususnya ditujukan kepada terwujudnya fungsi sosialnya daripada perusahaan itu terhadap penduduk daerah.

Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut peraturan perundangan yang mengatur pokok-pokok pemerintahan daerah. Titik berat dari semua kegiatan Perusahaan Daerah harus ditujukan ke arah pembangunan daerah, khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umunya dalam rangka ekonomi terpimpin untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan ketentraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat adil dan makmur.

f. Kelebihan dan Kekurangan dari Perusahaan Daerah Dibandingkan dengan Perusahaan Swasta.

Berdasarkan ketentuan hukum pada Pasal 4 Undang- undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, Perusahaan Daerah didirikan dengan suatu Peraturan Daerah. Peraturan Daerah tersebut merupakan dasar hukum atas berdirinya suatu Perusahaan Daerah. Selanjutnya Perusahaan Daerah tersebut pada Pasal 5 menyebutkan bahwa Perusahaan


(41)

Daerah merupakan badan usaha yang bersifat memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum, dan memupuk pendapatan. Dengan demikian, disamping menyelenggarakan sebagian dari tugas dan kewenangan pemerintah Daerah yakni menyediakan pelayanan dasar dan pelayanan umum, keuntungan dari Perusahaan Daerah yaitu dapat menghasilkan pendapatan atau laba yang dapat dikontribusikan dalam Pendapatan Asli Daerah, menyediakan jasa-jasa bagi masyarakat dalam bentuk pinjaman modal usaha dan tabungan serta merupakan sarana untuk melaksanakan pembangunan.

Untuk Perusahaan Daerah, terdapat beberapa kekurangan yang sering dihadapi, antara lain : permodalan, tarif, peralatan, dan sumber daya manusia. Kekurangan- kekurangan ini dijumpai secara bersama- sama dalam satu perusahaan atau hanya salah satu dari beberapa kekurangan tersebut. Perusahaan yang bersifat pelayanan atau jasa biasanya kerap menemui masalah tarif, sedangkan pada perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang perbankan tidak jarang di hadapkan pada masalah perbankan. Masalah permodalan ini akan dapat diatasi antara lain dengan mengubah struktur pemegang saham Perusahaan Daerah. Selain itu kekurangan yang sering dijumpai terkait dengan aturan birokrasi yang sejumlah besar aturan tersebut dapat menghambat pengembangan perusahaan daerah.

Pemerintah Daerah lebih memilih mendirikan Perusahaan Daerah daripada Perusahaan Swasta yang lain, karena, Perusahaan Swasta, yang modalnya dimiliki oleh swasta, umumnya berbentuk PT (atau salah satu dari bentuk-bentuk usaha yang ada berdasarkan peraturan perundang-undangan), dimana PT berorientasi pada keuntungan dan atau laba yang sebesar-besarnya, sedangkan Perusahaan Daerah, yang modalnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, bertujuan untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah di segala bidang pada khususnya dan pembangunan ekonomi nasional pada umumnya.guna memenuhi


(42)

kebutuhan rakyat, serta sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

g. Prosedur Pendirian Perusahaan Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, mengenai pendirian Perusahaan Daerah, disebutkan bahwa :

1) Perusahaan Daerah didirikan dengan Peraturan Daerah atas kuasa Undang-Undang ini,

2) Perusahaan Daerah termaksud pada ayat (1) adalah badan hukum yang kedudukannya sebagai badan hukum diperoleh dengan berlakunya Peraturan Daerah tersebut,

3) Peraturan Daerah termaksud pada ayat (1) mulai berlaku setelah mendapat pengesahan instansi atasan.

Dalam UU Perusahaan Daerah ini ditetapkan, bahwa Perusahaan Daerah itu adalah suatu badan hukum berdasarkan Undang-Undang Perusahaan Daerah. Kedudukannya sebagai badan hukum diperoleh dengan berlakunya Peraturan Daerah yang mengatur pendirian Perusahaan Daerah tersebut.

Pendirian Perusahaan Daerah menyangkut kepentingan yang lebih luas, yaitu dalam hubungannya dengan pembangunan daerah terhadap pembangunan nasional. Maka sesuai dengan sistem desentralisasi, (system Desentralisasi yaitu : penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah) ), berdasarkan Peraturan Perundangan yang berlaku, dalam UU Perusahaan Daerah ditegaskan, bahwa Peraturan Daerah yang mengatur tentang pendirian Perusahaan Daerah itu mulai berlaku setelah mendapat pengesahan instansi atas.


(43)

4. Tinjauan Tentang Bank a. Pengertian Bank

Apabila berbicara tentang Lembaga Keuangan Bank, ada dua istilah yang perlu dijelaskan terlebih dahulu, yaitu Perbankan dan Bank. Perbankan diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 juncto Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998. Menurut Ketentuan Pasal 1 angka (1) UU Nomor 20 Tahun 1998, Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Pada angka (2) pasal tersebut ditentukan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pengertian Perbankan itu lebih luas dibandingkan dengan pengertian Bank. Pengertian Perbankan merupakan rumusan umum yang abstrak mencakup 3 (tiga) aspek utama, yaitu :

1) kelembagaan bank, 2) kegiatan usaha bank,

3) cara dan proses pelaksanaan kegiatan usaha bank.

Sedangkan pengertian Bank merupakan rumusan khusus yang konkret mencakup 2 (dua) aspek utama, yaitu :

1) badan usaha Bank (corporate company) 2) kegiatan usaha Bank (business activities).

Sebagai lembaga yang menjalankan usaha di bidang jasa keuangan, Bank bukanlah sembarang badan usaha, melainkan yang secara hukum memiliki status yang kuat dengan kekayaan sendiri yang mampu melayani kebutuhan masyarakat. Berdasarkan rumusan definisi bank, dapat dipahami pula bahwa kegiatan usaha Bank pada pokoknya meliputi 3 (tiga) bentuk kegiatan, yaitu :


(44)

2) menyalurkan dana, dan 3) memberikan jasa keuangan.

Bank adalah tulang punggung pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, pengawasan dan pembinaan terhadap Bank oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral sangat menentukan. Semuanya ini diatur dalam Undang-Undang Perbankan.

Badan usaha Bank adalah badan hukum. Menurut ketentuan Pasal 21 Undang-Undang Perbankan, bentuk hukm Bank Umum dan Bank Perkreditan Rajyat adalah salah satu dari Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi.

b. Peraturan Pendirian Bank

Pendirian bank pada umumnya diatur dalam undang-undang maupun dalam beberapa peraturan pelaksanaan, antara lain :

1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 yang telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. 2) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia.

3) Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Badan Usaha Milik

Negara.

4) Peraturan Bank Indoneia No.2/27/PBI/2000 tentang Bank Umum. 5) Peraturan Bank Indonesia No.6/24/PBI/2004 tanggal 14 Oktober 2004

tentang Bank Umum yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

6) Peraturan Bank Indonesia No.6/22/PBI/2004 tanggal 9 Agustus 2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat.

7) Peraturan Bank Indonesia No.6/17/PBI/2004 tanggal 1 Juli 2004

tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.

8) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutab Izin Usaha, Pembubaran, dan Likuidasi Bank.

9) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang Merger,


(45)

10)Badan Hukum Bank yang berupa Perseroan Terbatas tunduk pada ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

11)Badan Hukum Bank yang berupa Perusahaan Daerah tunduk pada

ketentuan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962.

12)Badan Hukum Bank yang berupa Koperasi tunduk pada ketentuan

Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. 13)Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

c. Prinsip-Prinsip Perbankan

Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya harus menerapkan prinsip- prinsip yang berlaku dalam perbankan. Undang- undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mengatur prinsip dalam perbankan, yaitu prinsip kehati- hatian dan prinsip syariah.

Selain prinsip kehati- hatian dan prinsip syariah, dalam perbankan juga dikenal dengan prinsip mengenal nasabah (know your customer). Prinsip mengenal nasbah adalah prinsip yang diterapkan oleh bank untuk mengetahui sejauh mungkin identitas nasabah serta memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk kegiatan pelaporan terhadap transaksi yang mencurigakan. Penerapan prinsip mengenal nasabah ini meliputi, baik nasabah bank biasa maupun nasabah bank tanpa berhadapan fisik, seperti nasabah yang melakukan transaksi melalui telepon, surat- menyurat, dan electronic banking (Munir Fuady, 2001 : 207).


(46)

d. Jenis-Jenis Bank

Jenis Bank menurut Pasal 5 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, adalah :

1) Bank Umum

Berdasarkan Pasal 1 angka 3 (tiga) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, pengertian Bank Umum adalah Bank yang melaksanakn kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Pengertian jasa dalam lalu lintas pembayaran menunjukkan bahwa bank umum menjalankan usaha di bidang jasa yang bersifat umum meliputi seluruh jasa perbankan sebagai lembaga keuangan.

2) Bank Perkreditan Rakyat

Berdasarkan Pasal 1 angka 4 (empat) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, pengertian Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Pengertian tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran meliputi tidak menerima simpanan berupa giro yang tunduk pada lalu lintas pembayaran, baik secara tunai maupun dengan surat berharga atau pemindahbukuan. Pembatasan tersebut dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan fungsi Bank Perkreditan Rakyat yang ditujukan hanya untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat ekonomi lemah.


(47)

5. Tinjauan Tentang Bank Perkreditan Rakyat a. Definisi Bank Perkreditan Rakyat

Wujud dari Perusahaan Daerah salah satunya adalah Bank Perkreditan Rakyat yang keberadaannya berbadan hukum dengan kedudukan dan berkantor pusat di daerah. Bank Perkreditan Rakyat diatur menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah (Permendagri Nomor 22 Tahun 2006). Menurut Pasal 1 (5) Permendagri Nomor 22 Tahun 2006, Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut BPR Daerah adalah bank perkreditan rakyat yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh daerah melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan.

Berdasarkan Permendagri Nomor 22 Tahun 2006, Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri mendirikan Perusahaan Daerah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri yaitu Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana (BPRGS) yang didirikan berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2008. Menurut Pasal 1 (6) Perda Nomor 6 Tahun 2008, Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disingkat PD BPR adalah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadan milik Pemerintah Daerah yang modalnya baik seluruhnya maupun sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.

b. Tujuan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat

Dalam Era otonomi daerah menghadapkan daerah untuk memacu kemajuan daerah sejalan diberikannya otonomi guna meningkatkan pendapatan daerah. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemandirian daerah di bidang keuangan adalah mendirikan lembaga keuangan berbentuk Perusahaan Daerah. Tujuan didirikannya PD. BPR sebagai lembaga keuangan milik daerah adalah untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan Daerah di segala bidang


(48)

serta sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat (Pasal 4 Perda Kabupaten Wonogiri Nomor 6 Tahun 2008).

Menurut Pasal 34 Perda Kabupaten Wonogiri Nomor 6 Tahun 2008: 1) Laba Bersih Perusahaan Daerah BPR setelah dikurangi pajak yang

disahkan oleh Bupati ditetapkan sebagai berikut:

a) Bagian Laba untuk Daerah sebesar 55 % (lima puluh lima per seratus);

b) Cadangan Umum sebesar 12,5 % (duabelas koma lima per seratus);

c) Cadangan Tujuan sebesar 12,5 % (duabelas koma lima per

seratus);

d) Dana Kesejahteraan sebesar 10 % (sepuluh perseratus); e) Jasa Produksi sebesar 10 % (sepuluh perseratus).

2) Bagian Laba untuk Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dianggarkan dalam ayat Penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran berikutnya.

3) Dana Kesejahteraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d antara lain untuk Dana Pensiun Direksi dan Pegawai serta perumahan pegawai, sosial dan sejenisnya.

4) Pengguna Jasa Produksi ditetapkan Direksi dengan persetujuan Bupati. Adanya PD. BPR Pemerintah Daerah bermaksud meningkatkan partisipasinya terhadap lembaga keuangan milik Pemerintah Daerah, khususnya melalui PD.BPR, guna meningkatkan PAD.

c. Peraturan Pendirian Bank Perkreditan Rakyat

Pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) diatur dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan jo. Undang-Undang-Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang Penyempurnaan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 dan Undang No. 5 Tahun 1962. Aturan Pelaksana Undang-Undang Perbankan tersebut adalah Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun


(49)

1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Peraturan pendirian BPR terdapat juga dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 22 Tahun 2006.

Menurut ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992, BPR dapat didirikan dan dimiliki oleh: 1) warga negara Indonesia;

2) badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya adalah warga negara Indonesia;

3) pemerintah daerah;

4) warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia dan/atau pemerintah daerah.

d. Modal Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat

Menurut Pasal 7 Perda kabupaten Wonogiri Nomor 6 Tahun 2008:

1) Modal Dasar Perusahaan Daerah BPR ditetapkan sebesar Rp.

15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).

2) Untuk memenuhi modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Pemerintah Daerah menambah modal yang disetor secara bertahap setiap tahun yang besarannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati yang telah dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah dan atau dari sumber keuangan lainnya yang sah dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun.

3) Modal PD. BPR merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Menurut Pasal 7 ayat (3) Perda Nomor 6 Tahun 2008: modal PD. BPR merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, berarti PD. BPR merupakan badan usaha berbadan hukum.


(50)

6. Tinjauan Tentang Peraturan Daerah a. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008

Dalam Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah, Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut dengan Perda, pengertiannya adalah peraturan perundang- undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama kepala daerah. Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah provinsi/kabupaten/kota dan tugas pembantuan. Perda merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan khas masing-masing daerah, dan juga dalam Perda, kebijakan daerah dimaksud tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan/ atau peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi.

Peraturan daerah yang penulis maksud di sini adalah Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Wonogiri Nomor 16 Tahun 1996 Tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri. Sebagaimana yang telah dijabarkan, dalam rangka mewujudkan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana, sebagai lembaga keuangan yang sehat dan mampu memberikan pelayanan yang optimal dalam penghimpunan dana maupun penyaluran kredit kepada masyarakat, maka dipandang perlu menambah modal dasar guna menyesuaikan dengan perkembangan yang ada. Keterangan lebih lanjut mengenai modal, akan penulis jelaskan pada bab III.

b. Materi Muatan Peraturan Daerah

Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan


(51)

Perundang-undangan yang lebih tinggi. Asas yang terkandung dalam materi muatan Peraturan Daerah, yaitu :

1) Pengayoman;

2) Kemanusiaan;

3) Kebangsaan; 4) Kekeluargaan; 5) Kenusantaraan; 6) Bhineka Tunggal Ika; 7) Keadilan;

8) Kebersamaan kedudukan dalam hukum dan Pemerintahan;

9) Ketertiban dan kepastian hukum; dan/ atau 10)Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

Berdasarkan dengan asas yang tersebut di atas, maka pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri mengeluarkan Peraturan Daerah mengenai Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat.

c. Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah

Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 perubahan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 1996 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyt Giri Sukadana Kabupaten Wonogiri. Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Nomor 6 Tahun 2008 perubahan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 1996 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rayat Giri Sukadana Kabupaten Wonogiri, berasal dari kepala daerah dalam hal ini Bupati Wonogiri. Raperda yang disiapkan oleh Kepala Daerah disampaikan kepada DPRD kabupaten Wonogiri.

Pembahasan Raperda dilakukan oleh DPRD Kabupaten Wonogiri bersama Bupati Wonogiri. Pembahasan bersama tersebut melalui tingkat-tingkat pembicaraan, dalam rapat komisi/panitia/alat kelengkapan DPRD Kabupaten Wonogiri yang khusus menangani legislasi, dan dalam rapat paripurna.


(52)

Raperda yang telah disetujui bersama oleh DPRD Kabupaten Wonogiri dan Bupati Wonogiri disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Gubernur Jawa Tengah dalam jangka waktu paling lambat 7 hari sejak tanggal persetujuan bersama. Raperda tersebut disahkan BupatiWonogiri dengan menandatangani dalam jangka waktu 30 hari sejak Raperda tersebut disetujui oleh DPRD dan Gubernur.


(53)

B. Kerangka Pemikiran

Bagan. 3 Kerangka Pemikiran

Keterangan:

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 setiap Pemerintah Daerah berhak mendirikan Perusahaan Daerah dengan Peraturan Daerah. Pemerintah Daerah diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, menurut Pasal 177 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, Pemerintah Daerah dapat memiliki BUMD.

Pemerintah Daerah berhak mendirikan perusahaan daerah, salah satunya dapat berupa BPR berdasarkan Permendagri Nomor 22 Tahun 2008. Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut Pemerintah Daerah Wonogiri mendirikan PD. BPR Giri Sukadana berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2008 perubahan Peraturan Daerah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962

Pemerintah Daerah Kab. Wonogiri

Fungsi

Perda Nomor 6 Tahun 2008 PD BPR Giri Sukadana Kabupaten


(54)

Nomor 16 Tahun 1996 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rayat Giri Sukadana Kabupaten Wonogiri.

Mengingat suatu perusahaan memerlukan modal dan bertujuan mencari untung, maka modal PD. BPR adalah milik Pemerintah Daerah Wonogiri berupa kekayaan daerah yang dipisahkan. Sedangkan keuntungan berupa laba yang diperoleh dimasukkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dipergunakan untuk pembangunan daerah Wonogiri dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


(55)

commit to user

39 BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi PD BPR Giri Sukadana.

a. Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana

Gedung yang kini ditempati oleh Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana (PD.BPR Giri Sukadana), dahulu adalah kantor Dinas Pertanian Pangan dan Hortikultura Kabupaten Wonogiri yang lama terbengkalai. BPR Giri Sukadana sendiri masih harus mengeluarkan biaya untuk gedung bisa dikatakan layak pakai. Total menghabiskan dana Rp 337,5 juta. Sementara tanah seluas 1.000 meter persegi itu beserta gedungnya adalah milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri sebagai penyertaan modal dari Pemkab untuk BPR. Namun hingga kini belum ada peralihan sertifikat dari Pemkab kepada PD. BPR Giri Sukadana. Dengan kata lain, masih hak guna pakai dan diwajibkan membayar sewa tanah dan bangunan sebesar Rp 8,5 juta per tahunnya.

Direktur PD. BPR Giri Sukadana, Satiman, S.E., M.M.mengemukakan bahwa “BPR Giri Sukadana memiliki aset Rp 12 miliar. Itu di luar aset tidak bergerak tanah dan bangunan. Untuk aset tanah dan bangunan, baru Rp 1,2 miliar yang diinvestasikan pada kami. Harapan kami aset ke depan akan makin bertambah. Target kami meningkat rata-rata sepuluh persen per tahun,”

PD. BPR Giri Sukadana mulai beroperasi tanggal 15 Oktober 1993. Dengan alamat kantor Jalan Sri Rejeki Baturetno Kabupaten Wonogiri telp (0273) 461148. Jumlah kantor yaitu 1 (satu) buah kantor pusat yang berkedudukan di Jalan Diponegoro No. 222 Pokoh, Wonoboyo, Wonogiri, No telp (0273) 32044. Sedangkan untuk Kantor Baturetno yang beralamat di Jalan Sri Rejeki Baturetno, Wonogiri, telp (0273) 461148.


(56)

PD. BPR Giri Sukadana mempunyai visi perusahaan yaitu “Menjadi BPR yang Kuat, Kompetitif, dan Produktif”. Sedangkan untuk misi perusahaan dari PD. BPR Giri Sukadana adalah :

1) Tumbuh dan berkembang bersama UMKM. 2) Penyedia jasa keuangan yang handal bagi UMKM. 3) Pelayanan dengan sepenuh hati.

4) Berpartisipasi dalam pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri dan sebagai salah satu penyumbang PAD.

5) Taat pada perundang- undangan yang berlaku.

PD. BPR Giri Sukadana ini adalah perusahaan daerah milik pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri yang didirikan dengan dasar hukum sebagai berikut :

1) Persetujuan Prinsip Pendirian BPR dari Menteri Keuangan tanggal 11 Nopember 1991 No. 8 – 1940/MK.13/1991.

2) Ijin Usaha dari Menteri Keuangan tanggal 11 Juli 1993 No. Kep –

142/KM.17/1993.

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri No. 5 Tahun 1992 tanggal 11 Juli 1992 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri yang telah diubah dalam Perda No. 16 Tahun 1996 tanggal 24 September 1996 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri.

b. Kedudukan dan Tugas Pokok

PD. BPR Giri Sukadana merupakan badan hukum berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri Nomor 16 Tahun 1996 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri, dengan dipimpin oleh Direksi, paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 3 (tiga) orang. Direksi terdiri dari Direktur Utama dan Direktur. Apabila Anggota Direksi terdiri


(57)

dari 2 (dua) atau 3 (tiga) Direktur, salah seorang diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama. Tugas Pokok dari PD. BPR Giri Sukadana adalah mengembangkan perekonomian dan menggerakkan Pembangunan Daerah melalui kegiatan sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

c. Fungsi

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, PD. BPR Giri Sukadana mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Tabungan dan

Deposito Berjangka.

2) Memberikan kredit dan melakukan pembinaan khususnya terhadap

Pengusaha Kecil.

3) Melakukan kerjasama antar PD. BPR dan dengan Lembaga Perbankan

atau Keuangan lainnya.

4) Menjalankan usaha Perbankan lainnya, sepanjang tidak bertentangan dengan Perundang- undangan yang berlaku.

Fungsi PD BPR Giri Sukadana diatas menunjukkan kesesuaian dengan fungsi perbankan hal ini dapat dilihat dalam ketentuan pasal 3 Undang-Undang Perbankan yang menyatakan bahwa, “Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat”. Dari ketentuan ini tercermin PD BPR Giri Sukadana sebagai penghubung atau parantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (locks of funds).

d. Susunan Organisasi

Susunan Organisai PD. BPR Giri Sukadana meliputi :

1) Dewan Pengawas.

Anggota Dewan Pengawas sebanyak- banyaknya 3(tiga) orang dan sekurang- kurangnya 2(dua) orang, salah satu diangkat sebagai Ketua Dewan Pengawas.


(58)

2) Direksi terdiri : a) Direktur Utama, b) Direktur.

3) Satuan Pengawas Intern (SPI).

4) Bagian Umum.

5) Bagian Dana. 6) Bagian Kredit. 7) Bagian Kas.


(1)

commit to user

usaha Perbankan lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Bentuk pelayanan jasa yang di berikan PD BPR Giri Sukadana dibagi menjadi 2 (dua) bentuk yaitu simpanan dan kredit. Simpanan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu :

a. simpanan Suka Sejahtera

b. si Gatra (simpanan keluarga sejahtera) c. Deposito sukadana

Sedangkan kredit dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu :

a. Kredit Umum (pertanian, perdagangan, industri, jasa transportasi) b. Kredit Pegawai Profesi (PNS dan Karyawan Perusahaan)

c. Kredit kelompok.

Hasil wawancara penulis dengan Direktur Utama PD BPR Giri Sukadana, Bapak H. Satiman, SE, MM, berdirinya PD BPR Giri Sukadana membawa kemanfaatan. Baik kemanfaatan untuk PD. BPR Giri Sukadana itu sendiri, pemerintah daerah, ataupun bagi masyarakat Wonogiri dan sekitarnya. Kemanfaatan tersebut misalnya, PD BPR Giri Sukadana tumbuh dan berkembang bersama Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), menghimpun dana, memberikan kredit; Pemerintah Daerah mendapatkan tambahan pemasukan pendapatan asli daerah; dan bagi masyarakat, memberikan jasa perbankan baik bagi masyarakat pedesaan dan juga masyarakat golongan ekonomi lemah daerah perkotaan..

Kurun 2 (dua) tahun terakhir PD BPR Giri Sukadana memberikan keuntungan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri pada tahun 2008 sejumlah Rp. 195. 945. 300 ( seratus sembilan puluh lima juta sembilan ratus empat puluh lima ribu tiga ratus rupiah) dan pada tahun 2009 sejumlah Rp. 275. 717. 842 ( dua ratus tujuh puluh lima juta tujuh ratus tujuh belas ribu delapan ratus empat puluh dua rupiah). Keterangan ini diperoleh penulis dari Bapak Satiman Direktur Utama PD BPR Giri Sukadana.

Hal ini menunjukan bahwa PD. BPR Giri Sukadana juga turut serta dalam usaha membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan Daerah Kabupaten Wonogiri. Di samping itu, PD. BPR


(2)

commit to user

mempunyai fungsi yang utama bagi Pemerintah Daerah Wonogiri, yaitu sebagai pemasukan pendapatan laba daerah. Sehingga, fungsi PD. BPR Giri Sukadana disamping menjalankan fungsinya sebagai layaknya bank, yaitu intemediasi keuangan, yaitu menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit, penyaluran kredit merupakan fungsi utama dari bank dan merupakan sumber pendapatan yang utama pada umumnya, juga sebagai pemasukan pendapatan laba daerah bagi Pemerintah Kabupaten Wonogiri.

PD. BPR merupakan salah satu alat kelengkapan Otonomi Daerah dibidang keuangan/perbankan dan menjalankan usahanya sebagai Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dengan menyelenggarakan usaha sebagai berikut:

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan

deposito berjangka dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

2) Memberikan kredit dan melakukan pembinaan khususnya terhadap

pengusaha golongan ekonomi lemah.

3) Melakukan kerja sama antar PD. BPR dan dengan Perbankan atau

keuangan lainnya.

4) Menjalankan usaha-usaha Perbankan lainnya sepanjang tidak

bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Di samping uraian tersebut di atas, berdirinya PD. Bank Perkreditan Rakyat Giri Sukadana Kabupaten Wonogiri juga dapat membantu usaha Pemerintah Daerah untuk meningkatkan taraf hidup warganya yang bekerja sebagai pedagang kecil. Melalui pemberian kredit untuk modal usaha dengan syarat yang mudah dan dengan prosedur yang sederhana, bunga yang diberikan relatif rendah, yang nantinya akan memberikan peluang dan kesempatan yang lebih luas kepada para pedagang kecil untuk mengembangkan dan memperlancar usahanya, dengan berkembangnya usaha para pedagang, maka keuntungan yang diperoleh meningkat pula, sehingga dapat menambah penghasilan ataupun pendapatan bagi para pedagang kecil,


(3)

commit to user

dan dapat meningkatkan pemasukan pendapatan laba daerah bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri itu sendiri.


(4)

commit to user

67

PENUTUP

A.

Simpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1.

Peran Pemerintah Daerah Wonogiri terhadap PD. BPR Giri Sukadana seperti yang

tercantum dalam Perda No.6 Tahun 2008 tentang PD. BPR Giri Sukadana

Kabupaten Wonogiri, yaitu :

a)

Bupati melantik anggota Direksi;

b)

Bupati dapat mengangkat dan memberhentikan Anggota Direksi dan Anggota

Dewan Pengawas;

c)

Bupati menyetujui ketentuan kepegawaian PD. BPR Giri Sukadana yang

ditetapkan dengan keputusan direksi setelah mendapatkan persetujuan dewan

pengawas;

d)

Bupati melakukan pembinaan umum terhadap PD. BPR Giri Sukadana dalam

rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna PD. BPR sebagai alat

kelengkapan Otonomi Daerah sehingga dapat beroperasi secara sehat, madiri,

dan efisien;

e)

Dan peran utama Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri terhadap PD. BPR

Giri Skadana adalah sebagai pemberi dana permodalan dasar bagi PD. BPR

Giri Sukadana itu sendiri secara bertahap setiap tahun yang besarannya

ditetapkan dengan keputusan Bupati yang telah dianggarkan dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD )sesuai dengan kemampuan

keuangan daerah dan atau dari sumber keuangan lainnya yang sah dalam

kurun waktu 10 (sepuluh) tahun.


(5)

commit to user

2.

PD. BPR Giri Sukadana mempunyai fungsi bagi Pemerintah Daerah Wonogiri,

yaitu :

a)

Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito

berjangka dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu,

b)

Memberikan kredit dan melakukan pembinaan khususnya terhadap pengusaha

golongan ekonomi lemah,

c)

Melakukan kerja sama antar PD. BPR dan dengan Perbankan atau keuangan

lainnya,

d)

Menjalankan usaha-usaha Perbankan lainnya sepanjang tidak bertentangan

dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

,

e)

sebagai pemasukan pendapatan asli daerah merupakan fungsi utama PD. BPR


(6)

commit to user

1.

meningkatkan kualitas karyawan PD BPR Giri Sukadana dalam menjalankan

aktifitas usaha termasuk menganalisis kelayakan kredit, memahami karakteristik

nasabah yang dihadapi, kualitas pelayanan melalui pelatihan. Sertifikasi untuk

manajer PD BPR Giri Sukadana. Serta dapat melakukan pengembangan produk

pelayanan PD BPR Giri Sukadana sehingga dapat menarik jumlah dana yang lebih

besar dan menyalurkan jumlah kredit yang lebih besar. Produk yang mungkin

dapat diluncurkan misalnya tabungan haji, tabungan pelajar dan ibu rumah tangga,

penerimaan jasa pembayaran seperti listrik, air, telefon dan Pajak Bumi Bangunan

(PBB). Disamping itu untuk penyaluran kredit seperti kredit untuk TKI, kredit

untuk siswa dan mahasiswa.

2.

Perlunya mensosialisaikan keberadaan BPR Kepada nasabah potensial dengan

menekankan kepada keunggulan yang dimiliki oleh BPR yaitu prosedur yang

cepat dan mudah untuk mendapatkan pembiayaan. Hal ini dapat dilakukan oleh

PD BPR Giri Sukadana maupun oleh pemerintah daerah sebagai

stakeholder

yang

sangat berkepentingan dengan PD BPR Giri Sukadana. Cara promosi yang dapat

dilakukan dengan menggunakan media lokal seperti radio, Koran dan sarana

komunikasi lainnya seperti melakukan penerangan di mushala atau surau serta

tempat lainnya yang menjadi pusat perhatian masyarakat seperti balai pertemuan

desa dan kecamatan.


Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : Per-09/MBU/2012 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di Lingkungan Int

3 148 90

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame (Studi Tentang Penerbitan Izin Reklame di Kota Medan)

7 150 212

Implementasi Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 7 Tahun 2011 tentang Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

6 111 114

Peran DPRD Dalam Fungsi Pembentukan Peraturan Daerah (Studi pada DPRD Provinsi Sumatera Utara Priode 2010 – 2011)Kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara

1 40 115

Analisis Penerapan Penuh Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual (Kasus Pada Pemerintah Kota Medan)

18 162 123

Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Perusahaan Daerah Pasar Yaahowu Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

6 93 138

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Izin Optikal

0 0 4

Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Daerah Bojonegoro

0 0 26

Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu

0 0 4

PERDA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT

0 0 36