Mengusahakan Keberhasilan Menyusui bagi Ibu yang Bekerja Menyediakan Fasilitas Menyusui di Tempat Umum

g. Jangan memberikan kempengdot pada bayi

Cara menghisap dari puting sangat berbeda dengan menghisap dari dot. Bila bayi telah diberi minum dari dot, maka dia tidak akan pandai menyusu dari ibu bingung putting. Bila bayi tidak dapat menyusu pada ibu oleh karena suatu hal maka pemberian ASI atau minuman lain diberikan dengan sendok, pipet, atau cangkir kecil Sidi, et al. 2004. Hal 4.

h. Mempunyai fasilitas klinik laktasi

Klinik ini mengatasi semua masalah yang berhubungan dengan laktasi, dengan begitu sasarannya adalah ibu hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan, pelayanan medis terutama adalah bimbingan persiapan menyusui yang pada prinsipnya mempersiapkan psikis dan fisik ibu. Persiapan psikis meliputi informasi manfaat ASI serta kerugian penggunaan susu formula, manfaat rawat gabung, menghilangkan mitos yang salah agar ibu termotivasi untuk menyusui. Persiapan fisik meliputi pengawasan kehamilan, pemeriksaan putting susu, dan penyuluhan gizi. Pada masa menyusui diberikan pengawasan pemberian ASI, pertumbuhan bayi dan konseling bila ada masalah Sidi, et al. 2004. Hal 4.

i. Membina kelompok pendukung ASI

Kelompok ini terdiri dari ibu-ibu yang telah berpengalaman dan berhasil menyusui bayinya sendiri dan secara sukarela ingin membantu ibu-ibu lain agar dapat berhasil menyusui juga Sidi, et al. 2004. Hal 5.

3. Mengusahakan Keberhasilan Menyusui bagi Ibu yang Bekerja

Salah satu kendala mensukseskan program ASI eksklusif adalah meningkatnya tenaga kerja wanita, sedangkan cuti melahirkan hanya 12 minggu, itupun 4 minggu harus diambil sebelum melahirkan. Untuk menanggulangi ini perlu disiapkan hal-hal Universitas Sumatera Utara berikut; cuti melahirkan diperpanjang menjadi paling kurang 4 bulan untuk ibu yang menyusui, dengan jaminan gaji penuh selama cuti dan pekerjaan masih tetap terbuka bila cuti selesai; selama cuti ibu hanya memberi ASI, jangan memperkenalkan susu formula dengan alasan agar terbiasa karena akan ditinggal kerja; tempat bekerja disiapkan menjadi mother-friendly working place di mana terdapat fasilitas untuk memerah dan menyimpan ASI; Bila fasilitas mengizinkan disediakan tempat penitipan bayi Sidi, et al. 2004. Hal 5.

4. Menyediakan Fasilitas Menyusui di Tempat Umum

Masyarakat kita masih sungkan untuk menyusui di depan umum. Agar bayi tidak terganggu menyusu maka perlu disediakan fasilitas menyusui di tempat umum misalnya, di stasiun kareta api, bandara, mal, dan sebagainya Sidi, et al. 2004. Hal 5. C. Teknik Menyusui Cara menghisap bayi pada payudara ketika menyusui berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui bayi, walaupun sudah dapat menghisap tetapi dapat mengakibatkan puting terasa nyeri. Selain itu mungkin masih ada masalah lain, terutama pada minggu pertama setelah persalinan. Saat ini ibu secara emosional lebih pekasensitif Sidi, et al. 2004. Hal 6. 1. Langkah- langkah menyusui yang benar a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu Sidi, et al. 2004. Hal 7. . b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu payudara Universitas Sumatera Utara Ibu duduk dan berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak terganggu dan punggung ibu bersandar pada sandaran; Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu; satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu lagi didepan; perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara tidak hanya membelokkan kepala bayi; telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus; ibu menatap bayi dengan kasih sayang Sidi, et al. 2004. Hal 8. c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menahan putting susu atau areolanya saja Sidi, et al. 2004. Hal 8. d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut rooting reflex dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi Sidi, et al. 2004. Hal 8. e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi Sidi, et al. 2004. Hal 9. 2. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar Universitas Sumatera Utara Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, perhatikan: bayi tampak tenang; badan bayi menempel pada perut ibu; mulut bayi terbuka lebar; dagu bayi menempel pada payudara ibu; sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi, areola bagian bawah lebih banyak yang masuk; bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan; puting susu ibu tidak terasa nyeri; telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus; kepala agak menengadah; melepas isapan bayi. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan, jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan kebawah; menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan yang dihisap terakhir; setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya; menyendawakan bayi yang bertujuan mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Caranya bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan Sidi, et al. 2004. Hal 9. 3. Lama dan Frekuensi Menyusui Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan disetiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain kencing, kepanasankedinginan. atau sekedar ingin didekap atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 Universitas Sumatera Utara menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan Sidi, et al. 2004. Hal 10. 4. Kerugian air susu buatan Air susu buatan formula mempunyai beberapa kerugian yaitu a. Pengenceran yang salah Pengenceran yang salah dapat diartikan 2 hal, yaitu melarutkan susu formula lebih encer dari seharusnya, atau lebih pekat dari seharusnya. Keduanya akan menimbulkan masalah pada bayi dan anak. Penyebabnya adalah aturan yang tertera pada label kaleng susu formula tidak dapat dimengerti oleh ibu-ibu Sidi, et al. 2004. Hal 11. b. Kontaminasi mikroorganisme Pembuatan susu formula di rumah tidak menjamin bebas dari kontaminasi mikroorganisme patogen. Penelitian menunjukkan bahwa banyak susu formula terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen Sidi, et al. 2004. Hal 11. c. Menyebabkan alergi Kejadian alergi susu sapi bukannya tidak jarang, tetapi tidak banyak petugas yang menyadarinya. Walaupun alergi susu sapi dapat menghilang secara spontan dalam Universitas Sumatera Utara waktu 1-2 tahun, tetapi gejalanya kadang-kadang berat bahkan dapat mengakibatkan rejatan, sehingga perlu mendapatkan perhatian Sidi, et al. 2004. Hal 11. Gejalanya dapat berlangsung secara cepat yaitu terjadi anafilaksis atau eksaserbasi dari eksema atau uktikaria atau kombinasi dalam ketiganya terjadi dalam 45 menit pertama setelah minum sedikit susu sapi. Reaksi sedang berupa muntah, diare, atau keduanya yang terjadi dalam waktu beberapa jam setelah minum susu dalam jumlah yang lebih banyak. Reaksi lambat berupa eksema, bronchitis atau diare atau kombinasi dari gejala ini terjadi dalam waktu 24-72 jam setelah minum susu dalam jumlah yang wajar Sidi, et al. 2004. Hal 11. d. Susu sapi dapat menyebabkan diare kronis Diare akut dapat berlanjut menjadi kronis pada anak yang minum susu sapi diduga kerusakan mukosa usus yang terjadi pada diare akut menyebabkan terjadianya diare kronis melalui mekanisme peningkatan absorbs antigen melalui mukosa yang rusak yang selanjutnya terjadi sensitisasi terhadap protein susu sapi dan terjadi retinopati yang akhirnya akan memperberat mukosa Sidi, et al. 2004. Hal 12. e. Penggunaan susu formula dengan indikasi yang salah Banyak susu formula yang beredar di pasaran. Ada diantaranya yang digunakan untuk penyakit tertentu atau keadaan tertentu. Sering terjadi kekeliruan penggunaan jenis susu formula tertentu, karena ketidaktahuan penggunaannya Sidi, et al. 2004. Hal 12. f. Tidak mempunyai manfaat seperti ASI Susu formula tidak mempunyai manfaat seperti halnya ASI. Jadi air susu buatan formula: teksturnya tidak sesempurna ASI; Tidak mengandung zat protektif; Tidak menimbulkan alergi; Lebih mudah menimbulkan karies dentis; Lebih mudah Universitas Sumatera Utara menimbulkan maloklusi; Tidak menimbulkan efek psikologis yang menguntungkan; Tidak merangsang involusi rahim, Tidak berefek menjarangkan kehamilan; Tidak mengurangi insiden karsinoma mammae; tidak praktis; tidak ekonomis; bagi Negara menambahkan beban anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli susu formula, biaya perawatan ibu dan anak Sidi, et al. 2004. Hal 12. Universitas Sumatera Utara

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah hubungan antara variabel yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan Notoadmodjo, 2003, hlm.69. Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan variabel dependen adalah pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini terdiri dari 1 kelompok yang diidentifikasi berdasarkan faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Hasil yang diharapkan adalah keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif. Variabel Independen Variabel Dependen Skema 1. Skema Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. Ada pengaruh informasi yang benar tentang ASI dan pemberian ASI eksklusif Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui: 1. Mendapatkan informasi yang benar tentang ASI 2. Tata laksana di klinik yang mendukung ASI 3. Mengusahakan keberhasilan menyusui bagi ibu yang bekerja 4. Menyediakan fasilitas menyusui di tempat umum Pemberian ASI eksklusif Universitas Sumatera Utara