d.  Garam dan Mineral ASI mengandung garam dan mineral lebih rendah dibanding susu sapi. Bayi yang
mendapat susu sapi atau susu  formula yang tidak dimodifikasi dapat menderita tetani otot kejang karena hipokalamia. Kadar kalsium dalam susu sapi lebih tinggi dibanding
ASI, tetapi kadar garamnya jauh lebih tinggi, sehingga mengganggu penyerapan kalsium dan juga magnesium Sidi, et al. 2004. Hal 4.
e.   Zat Besi ASI dan susu sapi mengandung zat besi dalam kadar yang tidak terlalu tinggi, tetapi
zat  besi dalam  ASI lebih mudah diserap dan lebih banyak  dari 50. Dalam badan bayi terdapat cadangan zat besi, di  samping  itu ada zat besi yang berasal dari eritrosit,
bila  ditambah dengan zat besi yang berasal dari ASI, maka bayi akan mendapat cukup zat besi sampai usia 6 bulan. Zat besi pada makanan lain bisa lebih tinggi namun kurang
diserap dengan baik, hanya sekitar 10 Sidi, et al. 2004. Hal 4. f.  Vitamin
ASI mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K berfungsi sebagai pembantu pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang mudah
diserap Sidi, et al. 2004. Hal 4. 2.
Mengandung Zat Protektif
a. Laktobasilus bifidus
Laktobasilus bifidus benfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kadar asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga
menghambat pertumbuhan mikroorganisme bakteri seperti E.coli  yang sering menyebabkan diare pada bayi, shigela, dan jamur. Laktobasilus  mudah tumbuh cepat
dalam usus bayi yang mendapat ASI, karena ASI mengandung polisakarida  yang
Universitas Sumatera Utara
berkaitan dengan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan Laktobasilus bifidus Sidi, et al. 2004. Hal 4.
b. Laktoferin Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi. Konsentrasinya dalam
ASI sebesar 100 mg100ml tertinggi diantara semua cairan biologis. Dengan mengikat zat besi, maka laktoferin  bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman tertentu,
yaitu  Stafilokokus  dan  E.coli  yang juga memerlukan zat besi untuk pertumbuhannya, kecuali menghambat bakteri tersebut,  laktoferin  dapat juga menghambat pertumbuhan
jamur kandida Sidi, et al. 2004. Hal 5. c. Lisozim
Lisozim  adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri bakteriosidal dan antiinflamantori, bekerja bersama peroksida dan  askorbat  untuk menyerang E.coli  dan
sebagian keluarga salmonella.  Lisozim  stabil dalam cairan dengan pH rendah seperti cairan lambung, sehingga masih banyak dijumpai lisozim  dalam tinja bayi.  Keunikan
lisozim  lainnya adalah bila faktor protektif lain menurun kadarnya sesuai tahap lanjut ASI, maka lisozim  justru meningkat pada 6  bulan pertama setelah kelahiran. Hal ini
merupakan keuntungan karena setelah 6 bulan bayi mulai mendapatkan makanan padat dan  lisozim  merupakan faktor protektif terhadap kemungkinan serangan bakteri
pathogen dan penyakit diare pada periode ini Sidi, et al. 2004. Hal 5. d. Komplemen C
3
dan C
4
Walaupun kedua kadar komplemen ini kadarnya dalam ASI rendah, mempunyai daya opsonik, anafilaktoksik, dan kemotektik, yang bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan
IgE yang juga terdapat dalam ASI Sidi, et al. 2004. Hal 5. e.  Faktor antistreptokokus
Universitas Sumatera Utara
Dalam ASI terdapt faktor antistreptokokus  yang melindungi bayi terhadap infeksi kuman tersebut Sidi, et al. 2004. Hal 5.
f. Antibodi
Antibodi  dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan  bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik  saluran pencernaan dan membuat lapisan
pada mukosnya sehingga mencegah bakteri pathogen  dan  enterovirus  masuk kedalam mukosa usus. Dalam tinja bayi yang mendapat ASI terdapat antibodi  terhadap bakteri
E.coli  dalam konsentrasi  yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli  dalam tinja bayi tersebut juga rendah Sidi, et al. 2004. Hal 5.
g. Tidak menimbulkan alergi
Pada bayi baru lahir system IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan
mengundang aktivasi system ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan
efek..  pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi ini Sidi, et al. 2004. Hal 6.
3. Mempunyai Efek Psikologi yang Menguntungkan
Waktu menyusu kulit bayi akan  menempel pada kulit ibu. Payudara ibu yang menyusui lebih hangat dibandingkan payudara ibu yang tidak menyusui. Kontak kulit
yang dini ini akan besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak. Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih sayang yang besar dengan memberikan susu formula, tetapi
menyusui sendiri akan memberikan efek psikologis yang besar Sidi, et al. 2004. Hal 6. 4.
Menyebabkan Pertumbuhan yang Baik Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah
lahir,  pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas. Frekuensi menyusui yang sering tidak dibatasi juga dibuktikan bermanfaat,
Universitas Sumatera Utara
karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak, sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit Sidi, et al. 2004. Hal 7.
5. Mengurangi Kejadian Karies Dentis
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot
terutama pada waktu tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi, dan ada anggapan
bahwa kadar selenium  yang tinggi dalam ASI akan mencegah karies dentis  Sidi, et al. 2004. Hal 7.
6. Mengurangi Kejadian Maloklusi
Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang  didorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot  Sidi, et al. 2004.
Hal 7.
B.  Manfaat ASI Bagi Ibu