Faktor yang berpengaruh Terhadap Keberhasilan Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Lengau Seprang Kec.Tanjung Morawa

(1)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA LENGAU SEPRANG

KEC. TANJUNG MORAWA

DIAN ANDRIYANI SYAFITRI SIREGAR

105102018

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA LENGAU SEPRANG KEC. TANJUNG MORAWA

Karya Tulis Ilmiah

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diajukan dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2011


(4)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Dian Andriyani Syafitri Siregar

Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif di desa Lengau Seprang Kec.Tanjung Morawa

x + 48 hal + 5 tabel + 1 skema + 8 lampiran

ABSTRAK

Upaya peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) berperan sangat besar terhadap pencapaian angka kematian bayi dan menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak balita. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif. Desain penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan besar sampel 26 responden dengan metode pengambilan sampel total sampling. Hasil penelitian ini mayoritas responden usia 26-30tahun sebanyak 10 orang (38,5%), mayoritas pendidikan responden pendidikan menengah sebanyak 19 orang (73,1%), mayoritas responden sebagai IRT sebanyak 20 orang (76.9%), mayoritas responden berpenghasilan <1.000.000 sebanyak 22 orang (84.6%), dan mayoritas paritas anak satu sebanyak 17 (65.4%). Analisa data menggunakan product moment. Dari hasil uji statistic product moment dapat disimpulkan bahwa faktor tatalaksana ditempat bersalin yang mendukung ASI dan menyediakan fasilitas menyusui ditempat umum adalah faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Hubungan tatalaksana di tempat bersalin yang mendukung ASI dan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai r = 0.458 yang berarti hungan antara kedua variabel mempunyai hubungan yang cukup, dan diperoleh nilai P = 0.019, berarti ada pengaruh yang signifikan. Dan untuk hubungan menyediakan fasilitas menyusui di tempat umum dan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai r = 0.394 yang berarti kedua variabel mempunyai hubungan yang cukup, dan diperoleh nilai P = 0.047 yang berarti ada pengaruh yang signifikan.

Daftar Pustaka : 19 ( 1999 – 2010 )


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah swt karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Lengau Seprang Kec. Tanjung Morawa.

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna baik dari isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yaitu :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara dan selaku dosen pembimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang telah membimbing hingga karya tulis ilmiah ini selesai dan juga selaku dosen pembimbing akademik.

3. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Ayahanda dan Ibunda serta Abangda yang telah memberikan dukungan, semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

5. Teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada peneliti sehingga karya tulis ilmiah ini selesai.

6. Semua pihak yang mendukung peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata peneliti ucapkan terimahkasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat anugerah dari Allah swt. Amin Ya Robbal Alamin.

Medan, Mei 2011


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….……… i

KATA PENGANTAR……….………...ii

DAFTAR ISI……….iv

DAFTAR TABEL………...………viii

DAFTAR SKEMA………....ix

DAFTAR LAMPIRAN………..x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………..1

B. Perumusan Masalah………...…………...4

C. Tujuan Penelitian...4

1. Tujuan Umum………...………..4

2. Tujuan khusus………...…………..4

D. Manfaat Penelitian………...……….4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI eksklusif...………...………..6

1. Definisi...….……….……..………....6

2. Manfaat ASI……….………...……….……..7

A. Manfaat ASI bagi Bayi ………...……….7


(8)

C. Manfaat ASI bagi Keluarga ………...………14

D. Manfaat ASI bagi Negara ………..14

B. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Menyusui…..…..15

1. Memberikan Informasi yang Benar tentang ASI…....………..………...15

2. Tatalaksana ditempat bersalin yang mendukung ASI (Rumah Sakit Sayang Bayi) ………...………….…...17

a. Bayi segera berikan kepada ibu ………..…...17

b. Merawat bayi bersama ibunya (ada fasilitas rawat gabung) …...…..17

c. Mengajarkan teknik menyusui yang benar ………18

d. Mengajarkan mengeluarkan ASI secara manual ………...18

e. Jangan memberikan makanan prelakteal ………...19

f. Jangan menjadwalkan pemberian ASI ………..19

g. Jangan memberikan kempeng/dot pada bayi ………19

h. Mempunyai fasilitas klinik laktasi ……….……20

i. Membina kelompok pendukung ASI ……….…20

3. Mengusahakan keberhasilan menyusui bagi ibu bekerja….……….…...20

4. Menyediakan fasilitas menyusui di tempat umum ……….…….21

C. Teknik Menyusui ………...21

1. Langkah-langkah Menyusui yang Benar …………...………..21

2. Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar ………....22

3. Lama dan Frekuensi Menyusui ………..……….23


(9)

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep………...………27

B. Hipotesis ………...………….28

C. Defenisi Operasional………..………28

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian………...……….31

B. Populasi penelitian………..……...31

1. Populasi………...……….31

2. Sampel………...………...32

C. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian……….……..………32

1. Tempat Penelitian………...………..32

2. Waktu Penelitian………..………....32

D. Etika Penelitian………...…………32

E. Instrumen Penelitian…..………..………..33

F. Uji Validitas dan Uji Reabilitas ………...………..…...34

1. Uji Validitas………..………...34

2. Uji Reabilitas………...……….34

G. Prosedur Pengumpulan Data………...……...34

H. Analisis Data………..……….…...35

1. Univariat……….………...36


(10)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian………...37

1. Analisis Univariat………...………..37

2. Analisis Bivariat………...………39

B. Pembahasan

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil.………..………...………42 2. Keterbatasan Penelitian………...………...………..45 3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan………..………..………46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………...47

B. Saran ………48


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu yang Berhasil Memberikan ASI Eksklusif di Desa Lengau Seprang……...…..………...…………...31

Tabel 5.2.1 Hubungan Informasi yang Benar tentang ASI dan Pemberian ASI

Eksklusi………32 Tabel 5.2.2 Hubungan tatalaksana di Tempat Bersalin yang Mendukung ASI dan

pemberian ASI Eksklusif……….……….41

Tabel 5.2.3 Hubungan Mengusahakan Keberhasilan Menyusui bagi ibu yang bekerja dan Pemberian ASI Eksklusif………...42

Tabel 5.2.4 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dan Menyediakan Fasilitas


(12)

DAFTAR SKEMA


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Kuesioner

Lampiran 3 : Lembar Content Validity Indeks

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 : Surat Izin Balasan Penelitian

Lampiran 6 : Lembar konsultasi


(14)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Dian Andriyani Syafitri Siregar

Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif di desa Lengau Seprang Kec.Tanjung Morawa

x + 48 hal + 5 tabel + 1 skema + 8 lampiran

ABSTRAK

Upaya peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) berperan sangat besar terhadap pencapaian angka kematian bayi dan menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak balita. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif. Desain penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan besar sampel 26 responden dengan metode pengambilan sampel total sampling. Hasil penelitian ini mayoritas responden usia 26-30tahun sebanyak 10 orang (38,5%), mayoritas pendidikan responden pendidikan menengah sebanyak 19 orang (73,1%), mayoritas responden sebagai IRT sebanyak 20 orang (76.9%), mayoritas responden berpenghasilan <1.000.000 sebanyak 22 orang (84.6%), dan mayoritas paritas anak satu sebanyak 17 (65.4%). Analisa data menggunakan product moment. Dari hasil uji statistic product moment dapat disimpulkan bahwa faktor tatalaksana ditempat bersalin yang mendukung ASI dan menyediakan fasilitas menyusui ditempat umum adalah faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Hubungan tatalaksana di tempat bersalin yang mendukung ASI dan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai r = 0.458 yang berarti hungan antara kedua variabel mempunyai hubungan yang cukup, dan diperoleh nilai P = 0.019, berarti ada pengaruh yang signifikan. Dan untuk hubungan menyediakan fasilitas menyusui di tempat umum dan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai r = 0.394 yang berarti kedua variabel mempunyai hubungan yang cukup, dan diperoleh nilai P = 0.047 yang berarti ada pengaruh yang signifikan.

Daftar Pustaka : 19 ( 1999 – 2010 )


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) berperan sangat besar terhadap pencapaian dua dari empat sasaran tersebut, yaitu menurunnya angka kematian bayi dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health Organization/United Nations Children’s Fund (WHO/UNICEF), pada tahun 2003 melaporkan bahwa 60% kematian balita langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan praktek pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak. Oleh karena itu penting sekali penerapan pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak (Depkes RI, 2007. Hlm.1).

Pada masa modern seperti saat ini sebagian ibu muda merasa enggan menyusui. Sebenarnya, budaya tersebut sudah membudaya sekian lama terutama di kota-kota besar. Semula itu dilakukan oleh para ibu muda di Eropa dan Amerika pada awal abad ke-20. Tindakan ini menyebabkan anak mudah terserang penyakit, karena daya tahan tubuhnya lemah (Prasetyono, 2009. Hal 11).

Ternyata, fenomena yang menunjukkan bahwa sebagian ibu muda tidak menyusui anaknya tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara berkembang, misalnya Indonesia. Promosi susu formula sangat mempengaruhi


(16)

pemikiran para ibu yang kurang memiliki pengetahuan yang luas tentang ASI (Prasetyono, 2009. Hal 11).

UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah 5 tahun. Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics menunjukkan 16% kematian bayi dapat dicegah dengan pemberian ASI sejak pertama kelahirannya. Angka ini naik 22% jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi (Prasetyono, 2009. Hal. 41).

Dalam hal pemberian ASI secara eksklusif, Departemen Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No: 450/Menkes/SK/IV/2004 telah menetapkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia adalah sejak lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan, dan semua tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI secara eksklusif (Depkes RI, 2007. Hal. 1).

Upaya peningkatan pemberian ASI selama ini mulai memberikan hasil yang menggembirakan. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2005 dan 2006 menunjukkan telah terjadi peningkatan cakupan pemberian ASI secara eksklusif sampai 6 bulan. Jika pada tahun 2005 cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 18,1%, cakupan tersebut meningkat menjadi 21,2% pada tahun 2006. Sedangkan cakupan ASI eksklusif pada seluruh bayi di bawah 6 bulan (0–6 bulan) meningkat dari 49,0% pada tahun 2005 menjadi 58,5% pada tahun 2006. Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menetapkan target cakupan pemberian ASI secara eksklusif pada tahun 2010 pada bayi 0-6 bulan sebesar 80% (Depkes RI, 2007. Hal. 2).


(17)

Dari penelitian yang dilakukan oleh Tarkka. Paunonen, dan Laippala. (1999), yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai faktor keberhasilan menyusui dari hari pertama kelahiran sampai anak berusia 3 bulan. Metode yang digunakan, adalah dengan pengumpulan data yang didistribusikan antara Maret dan September 1995. Sampel terdiri atas 271 para ibu yang menyelesaikan kuesioner ketika bayi mereka berusia 3 bulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan menyusui dari hari pertama kelahiran sampai bayi berusia 3 bulan adalah karena sumber daya ibu itu sendiri dan sikap untuk memberian ASI, serta dukungan dari keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif.

Di kota-kota besar, para ibu yang aktif seperti bekerja di kantor atau pabrik, berwirausaha serta berkecimpung dalam kegiatan sosial yang menyita banyak waktu di luar rumah, memilih untuk menggunakan susu formula karena dianggap lebih menguntungkan dan membantu para ibu. Dengan adanya susu formula, mereka tidak perlu memberikan ASI kepada anak , dan dapat menghabiskan banyak waktu bermain bersama anak tanpa menyusui. (Prasetyono, 2009. Hal 13).

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan sepuluh ibu yang menyusui didapat empat ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan pada bulan ketujuh ibu tetap memberikan ASI sampai ASI-nya habis yang diberikan bersamaan dengan bubur atau makanan pendamping ASI (MP ASI) lainnya. Lima ibu memberikan ASI hanya sampai tiga bulan saja dan ditambah dengan susu formula, diantaranya empat ibu beralasan bahwa para ibu tidak mempunyai banyak waktu di rumah (bekerja) jadi hanya menyusui bayinya selama 1-2 bulan saja, satu ibu beralasan ASI tidak banyak keluar (ASI sedikit) dan menyusui hanya satu minggu dan satu ibu yang memberikan


(18)

ASI sampai delapan bulan tetapi tidak diberikan secara eksklusif karena diberikan bergantian bersama susu formula dari hari pertama kelahiran bayi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik demografi responden penelitian

b. Mengidentifikasi faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat Khususnya Para Ibu

Penelitian ini digunakan juga untuk penyuluhan pemberian ASI eksklusif sehingga para ibu dan keluarga menyadari dan memahami pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.

2. Bagi Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pelayanan kebidanan untuk peningkatan cakupan program ASI eksklusif pemberian ASI eksklusif dan lebih


(19)

meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan memberikan informasi tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi terutama faktor-faktor pendukung suksesnya pemberian ASI eksklusif.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Kebidanan Khususnya Asuhan Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan pengetahuan dan informasi serta pengembangan bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor penyebab suksesnya ibu memberikan ASI eksklusif.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI Eksklusif 1. Definisi

ASI merupakan suatu cairan hidup, yang berubah dan berespon terhadap kebutuhan bayi seiring dengan pertumbuhannya. ASI mengandung zat antiinfeksi penting yang membantu bayi melawan infeksi dan penyakit. ASI juga membuat respon instan terhadap infeksi dengan cara memproduksi satu set baru immunoglobulin ampuh yang mempercepat sistem imun bayi dengan cara membunuh bakteri dan virus (Pitaloka, 2008. Hal 11).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi lahir sampai sekitar usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air putih. Pemberian ASI secara benar dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan, tanpa makanan pendamping (Sujiatini, Nurjanah, Kurniati, 2010. Hal 40).

Menyusui berarti memberikan ASI yang memang diperuntukkan bagi bayi. Susu lain yang biasa diberikan kepada bayi umumnya dibuat dari susu sapi atau kadang susu kambing atau kedelai, dan disebut susu formula.(Pitaloka, 2008. Hal 10).

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat setelah bayi lahir. Pada jam pertama, bayi berhasil menemukan payudara ibunya.


(21)

Inilah awal hubungan menyusui antara bayi dan ibunya, yang akhirnya berkelanjutan dalam kehidupan ibu dan bayi (Prasetyono. 2009).

ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan. Diantaranya ialah menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan, dan infeksi telinga. ASI juga bisa menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit noninfeksi, seperti penyakit alergi, obesitas, kekurangan gizi, asma, dan eksem. Selain itu, ASI dapat pula meningkatkan IQ dan EQ anak (Prasetyono, 2009. Hal 27).

2. Manfaat ASI

A. Manfaat ASI Bagi Bayi

1. Nutrien (Zat Gizi) yang Sesuai untuk Bayi a. Lemak

Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50% kalori ASI berasaldari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5 - 4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar kolesterol dalam ASI lebih tinggi dari pada susu sapi, sehingga bayi yang mendapat ASI seharusnya mempunyai kadar kolesterol darah lebih tinggi. Diperkirakan bahwa pada masa bayi diperlukan kolesterol pada kadar tertentu untuk merangsang pembentukan enzim protektif yang membuat metabolisme kolesterol menjadi efektif pada usia dewasa (Sidi, et al. 2004. Hal 3).

Di samping kolesterol, ASI mengandung asam lemak esensial: asam linoleat (Omega 6) dan asam linoleat (Omega 3). Disebut esensial karena tubuh manusia tidak dapat


(22)

membentuk kedua asam ini dan harus diperoleh dari konsumsi makanan. Kedua asam lemak tersebut adalah precursor (pembentuk) asam lemak tidak jenuh rantai panjang disebut docosahexaenoic acid (DHA) berasal dari Omega 3 dan arachidonic acid (AA) berasal dari Omega 6, yang fungsinya sangat penting untuk pertumbuhan otak anak (Sidi, et al. 2004. Hal 3).

Kadar lemak ASI matur dapat berbeda menurut lama menyusui. Pada permulaan menyusu (5 menit pertama) disebut foremilk di mana kadar lemak ASI rendah (1-2g/dl) dan lebih tinggi pada hindmilk (ASI yang dihasilkan pada akhir menyusu, setelah 15-20 menit). Kadar lemak bisa mencapai tiga kali dibandingkan dengan foremilk (Sidi, et al. 2004. Hal 3).

b. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya lebih tinggi dibanding susu mamalia lain (7g%). mudah diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa mempunyai manfaat lain, yaitu mempertinggi absorbs kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobasillus bifidus (Sidi, et al. 2004. Hal 3).

c. Protein

Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar 0,9%, 60% diantaranya adalah whey, yang lebih mudah dicerna dibanding kasein (protein utama susu sapi). Dalam ASI terdapat dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatic, sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak. Sebenarnya sistin dan taurin dapat diperoleh dari penguraian tirosin, tetapi pada bayi enzim tirosin ini belum ada (Sidi, et al. 2004. Hal 3).


(23)

d. Garam dan Mineral

ASI mengandung garam dan mineral lebih rendah dibanding susu sapi. Bayi yang mendapat susu sapi atau susu formula yang tidak dimodifikasi dapat menderita tetani (otot kejang) karena hipokalamia. Kadar kalsium dalam susu sapi lebih tinggi dibanding ASI, tetapi kadar garamnya jauh lebih tinggi, sehingga mengganggu penyerapan kalsium dan juga magnesium (Sidi, et al. 2004. Hal 4).

e. Zat Besi

ASI dan susu sapi mengandung zat besi dalam kadar yang tidak terlalu tinggi, tetapi zat besi dalam ASI lebih mudah diserap dan lebih banyak (> dari 50%). Dalam badan bayi terdapat cadangan zat besi, di samping itu ada zat besi yang berasal dari eritrosit, bila ditambah dengan zat besi yang berasal dari ASI, maka bayi akan mendapat cukup zat besi sampai usia 6 bulan. Zat besi pada makanan lain bisa lebih tinggi namun kurang diserap dengan baik, hanya sekitar 10% (Sidi, et al. 2004. Hal 4).

f. Vitamin

ASI mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K berfungsi sebagai pembantu pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang mudah diserap (Sidi, et al. 2004. Hal 4).

2. Mengandung Zat Protektif

a. Laktobasilus bifidus

Laktobasilus bifidus benfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kadar asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme bakteri seperti E.coli yang sering menyebabkan diare pada bayi, shigela, dan jamur. Laktobasilus mudah tumbuh cepat dalam usus bayi yang mendapat ASI, karena ASI mengandung polisakarida yang


(24)

berkaitan dengan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan Laktobasilus bifidus (Sidi, et al. 2004. Hal 4).

b. Laktoferin

Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi. Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100ml tertinggi diantara semua cairan biologis. Dengan mengikat zat besi, maka laktoferin bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman tertentu, yaitu Stafilokokus dan E.coli yang juga memerlukan zat besi untuk pertumbuhannya, kecuali menghambat bakteri tersebut, laktoferin dapat juga menghambat pertumbuhan jamur kandida (Sidi, et al. 2004. Hal 5).

c. Lisozim

Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri (bakteriosidal) dan antiinflamantori, bekerja bersama peroksida dan askorbat untuk menyerang E.coli dan sebagian keluarga salmonella. Lisozim stabil dalam cairan dengan pH rendah seperti cairan lambung, sehingga masih banyak dijumpai lisozim dalam tinja bayi. Keunikan lisozim lainnya adalah bila faktor protektif lain menurun kadarnya sesuai tahap lanjut ASI, maka lisozim justru meningkat pada 6 bulan pertama setelah kelahiran. Hal ini merupakan keuntungan karena setelah 6 bulan bayi mulai mendapatkan makanan padat dan lisozim merupakan faktor protektif terhadap kemungkinan serangan bakteri pathogen dan penyakit diare pada periode ini (Sidi, et al. 2004. Hal 5).

d. Komplemen C3 dan C4

Walaupun kedua kadar komplemen ini kadarnya dalam ASI rendah, mempunyai daya opsonik, anafilaktoksik, dan kemotektik, yang bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI (Sidi, et al. 2004. Hal 5).


(25)

Dalam ASI terdapt faktor antistreptokokus yang melindungi bayi terhadap infeksi kuman tersebut (Sidi, et al. 2004. Hal 5).

f. Antibodi

Antibodi dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosnya sehingga mencegah bakteri pathogen dan enterovirus masuk kedalam mukosa usus. Dalam tinja bayi yang mendapat ASI terdapat antibodi terhadap bakteri E.coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli dalam tinja bayi tersebut juga rendah (Sidi, et al. 2004. Hal 5).

g. Tidak menimbulkan alergi

Pada bayi baru lahir system IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan mengundang aktivasi system ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek.. pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi ini (Sidi, et al. 2004. Hal 6).

3. Mempunyai Efek Psikologi yang Menguntungkan

Waktu menyusu kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Payudara ibu yang menyusui lebih hangat dibandingkan payudara ibu yang tidak menyusui. Kontak kulit yang dini ini akan besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak. Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih sayang yang besar dengan memberikan susu formula, tetapi menyusui sendiri akan memberikan efek psikologis yang besar (Sidi, et al. 2004. Hal 6).

4. Menyebabkan Pertumbuhan yang Baik

Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas. Frekuensi menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat,


(26)

karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak, sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit (Sidi, et al. 2004. Hal 7).

5. Mengurangi Kejadian Karies Dentis

Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi, dan ada anggapan bahwa kadar selenium yang tinggi dalam ASI akan mencegah karies dentis (Sidi, et al. 2004. Hal 7).

6. Mengurangi Kejadian Maloklusi

Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang didorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot (Sidi, et al. 2004. Hal 7).

B. Manfaat ASI Bagi Ibu 1. Aspek Kesehatan Ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin dapat membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi (Sidi, et al. 2004. Hal 9). 2. Aspek Keluarga Berencana

Menyusui secara murni (eksklusif) dapat menjarangkan kehamilan. Ditemukan rata-rata jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja menekan


(27)

hormon ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. Ibu yang sering hamil kecuali menjadi beban bagi ibu sendiri, juga merupakan resiko tersendiri bagi ibu untuk mendapatkan penyakit seperti anemia, risiko kesakitan dan kematian akibat persalinan (Sidi, et al. 2004. Hal 9).

3. Aspek Psikologis

Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia (Sidi, et al. 2004. Hal 9).

C. Manfaat ASI bagi Keluarga 1. Aspek Ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keprluan lain dan penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat (Sidi, et al. 2004. Hal 9).

2. Aspek Psikologis

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana hati ibu lebih baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dan keluarga (Sidi, et al. 2004. Hal 10).

3. Aspek Kemudahan

Menyusui sangat praktis sehingga bisa diberikan di mana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyediakan air masak, botol, dan dot yang harus selalu dibersihkan dan tidak perlu meminta pertolongan orang lain (Sidi, et al. 2004. Hal 10).


(28)

D. Manfaat ASI bagi Negara

1. Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Anak

Adapun faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik, serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare dan infeksi pernapasan akut bagian bawah (Sidi, et al. 2004. Hal 10).

2. Mengurangi Subsidi untuk Rumah Sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapatkan ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapat susu formula (Sidi, et al. 2004. Hal 10).

3. Mengurangi Devisa untuk Membeli Susu Formula

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui, diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk mensubsidi susu formula (Sidi, et al. 2004. Hal 10).

4. Meningkatkan Kualitas Generasi Penerus Bangsa

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal, sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin (Sidi, et al. 2004. Hal 10).


(29)

B. Faktor - faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Menyusui 1. Memberikan Informasi yang Benar tentang ASI

Informasi tentang ASI perlu diberikan kepada siapa saja dan sedini mungkin agar terjadi lingkungan yang mendukung pemberian ASI. Pemberian informasi untuk usia kanak-kanak. Anak sekolah Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar diperkenalkan tentang pemberian ASI dengan cara memperlihatkan dan menjelaskan bahwa semua makhluk yang melahirkan akan menyusui bayinya sendiri. Dengan demikian mereka akan tahu bahwa bayi manusia sewajarnya juga mendapat ASI ibunya sebagaimana sapi menyusui anak sapi (Sidi, et al. 2004. Hal 2).

Pemberian informasi untuk usia remaja. Pada usia ini para remaja melalui pelajaran anatomi dan biologi yang diajarkan di SMP dan SMA diperkenalkan dengan anatomi dan fungsi payudara. Dijelaskan pada para remaja bahwa fungsi utama payudara adalah sebagai kelenjar endokrin yang akan menghasilkan ASI untuk bayi yang dilahirkan (Sidi, et al. 2004. Hal 2).

Pemberian informasi untuk petugas kesehatan. Di dalam kurikulum untuk petugas kesehatan selain anatomi payudara dan fisiologi laktasi, perlu dimasukkan materi mengenai manajemen laktasi dan teknik konseling untuk dapat membantu ibu yang bermasalah dalam menyusui, ibu hamil dan ibu menyusui (Sidi, et al. 2004. Hal 2).

Untuk ibu dan calon ibu perlu diinformasikan mengenai keunggulan ASI sebagai makanan untuk bayi, kerugian memberikan susu formula, manfaat ASI untuk bayi, ibu dan keluarga. Juga cara menyusui yang baik dan benar dengan posisi yang benar dan kapan waktunya memberikan makanan pendamping ASI. Hal ini dapat diberikan berupa


(30)

seminar atau kursus ibu atau pada pelayanan di fasilitas tempat bersalin (Sidi, et al. 2004. Hal 2).

Keluarga (suami, nenek, bibi, dan sebagaimananya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui, misalnya dengan menggantikan untuk sementara tugas rumah tangga ibu seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Ibu dan bayi memerlukan waktu untuk berkenalan (baby-moon) (Sidi, et al. 2004. Hal 2).

Majikan yang mengetahui tentang pentingnya ASI akan memberikan kesempatan dan fasilitas untuk para pekerja wanitanya yang masih menyusui untuk memerah dan menyimpan ASInya pada waktu bekerja (Sidi, et al. 2004. Hal 2).

2. Tatalaksana di Tempat Bersalin yang Mendukung ASI (Rumah Sakit Sayang Bayi)

Setiap tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan ibu dan perawatan bayi baru lahir seharusnya mempunyai pedoman tertulis tentang menyusui, yang mencakup perawatan calon ibu, ibu yang baru melahirkan serta ibu yang menyusui. Pedoman ini hendaknya memperhatikan dan memasyarakatkan peraturan/perundangan yang mendukung program peningkatan penggunaan ASI. Para petugas perlu menyadari sepenuhnya pentingnya menyusui dan untuk ini harus dibekali pengetahuan tentang manfaat menyusui serta keterampilan penatalaksanaan laktasi agar dapat melaksanakan tugas penyuluhan dan tata laksana laktasi yang baik dan benar (Sidi, et al. 2004. Hal 3).

Peranan tatalaksana di tempat bersalin sangat penting. Tatalaksana yang menunjang keberhasilan menyusui harus dilaksanakan, seperti:


(31)

Reflex hisap yang paling kuat adalah pada jam-jam pertama setelah lahir. Setelah itu bayi mengantuk. Bila bayi lahir tidak bermasalah maka sesegera mungkin (dalam waktu 30 menit) setelah bayi lahir diberikan kepada ibunya untuk merangsang payudara. Rangsangan payudara ini akan mempercepat timbulnya refleks prolaktin dan mempercepat produksi ASI (Sidi, et al. 2004. Hal 3).

b. Merawat bayi bersama ibunya (ada fasilitas rawat gabung)

Kontak dini antara ibu dan bayi yang telah dibina dari kamar bersalin harus tetap dipertahankan dengan meletakkan bayi di samping ibunya, apakah satu tempat tidur atau di boks di samping tempat tidur ibunya sehingga mudah diraih ibu (Sidi, et al. 2004. Hal 3).

Keuntungannya adalah: mempererat hubungan ibu dan bayi; memberi kesempatan bayi menyusu sesering mungkin; mempercepat keluarnya ASI; mengurangi infeksi uterus; mengurangi infeksi nosokomial; memberi kesempatan ibu belajar merawat bayi sendiri; memberi kesempatan petugas melakukan tugas penyuluhan (Sidi, et al. 2004. Hal 3).

c. Mengajarkan teknik menyusui yang benar

Teknik menyusui yang salah dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, malah bisa terjadi penyumbatan saluran dan radang payudara. Untuk mengetahui apakah bayi telah menyusu dengan teknik yang benar dapat dilihat: bayi tampak tenang; perut dan badan bayi menempel pada perut ibu; mulut bayi terbuka lebar; dagu bayi menempel pada payudara ibu; sebagian besar areola terutama yang bagian bawah masuk kedalam mulut bayi; bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan tanpa mengeluarkan bunyi selain bunyi menelan; puting susu ibu


(32)

tidak terasa nyeri; telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus; kepala tidak menengadah (Sidi, et al. 2004. Hal 3).

d. Mengajarkan mengeluarkan ASI secara manual

Bila bayi harus dirawat terpisah dari ibunya karena memerlukan perawatan khusus atau ibunya harus sudah mulai bekerja maka tidak adanya hisapan bayi yang merangsang puting akan menurunkan produksi ASI. Untuk itu ibu perlu diajarkan untuk memerah ASI setiap 3 jam. Pengosongan payudara akan merangsang pembentukan ASI. ASI yang dikeluarkan dengan cara demikian dapat disimpan dalam suhu ruangan antara 6-8jam dalam lemari pendingin selama 24-48 jam (Sidi, et al. 2004. Hal 4).

e. Jangan memberikan makanan prelakteal

Sering kali bila ASI belum keluar, bayi diberikan makanan prelakteal berupa air gula atau susu formula. Hal ini sangat merugikan karena akan menghilangkan rasa haus bayi sehingga bayi malas menyusu. Selain itu susu formula berasal dari susu sapi yang berupa protein asing yang dapat merangsang reaksi alergi bayi. Dalam keadaan normal, cadangan tenaga dan air dalam tubuh bayi baru lahir cukup untuk pertahanan bayi pada hari-hari pertama sebelum proses menyusui menjadi mantap (Sidi, et al. 2004. Hal 4).

f. Jangan menjadwalkan pemberian ASI

Biarkan bayi menyusui setiap dia ingin menyusu. Penjadwalan ketat akan membuat bayi frustasi. Perlu diberitahu kepada ibu bahwa keinginan bayi sering menyusu bukan karena ASI kurang, tetapi memang karena ASI cepat dicerna sehingga pengosongan lambung bayi setelah minum ASI terjadi dalam waktu 1-2 jam (Sidi, et al. 2004. Hal 4).


(33)

g. Jangan memberikan kempeng/dot pada bayi

Cara menghisap dari puting sangat berbeda dengan menghisap dari dot. Bila bayi telah diberi minum dari dot, maka dia tidak akan pandai menyusu dari ibu (bingung putting). Bila bayi tidak dapat menyusu pada ibu oleh karena suatu hal maka pemberian ASI atau minuman lain diberikan dengan sendok, pipet, atau cangkir kecil (Sidi, et al. 2004. Hal 4).

h. Mempunyai fasilitas klinik laktasi

Klinik ini mengatasi semua masalah yang berhubungan dengan laktasi, dengan begitu sasarannya adalah ibu hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan, pelayanan medis terutama adalah bimbingan persiapan menyusui yang pada prinsipnya mempersiapkan psikis dan fisik ibu. Persiapan psikis meliputi informasi manfaat ASI serta kerugian penggunaan susu formula, manfaat rawat gabung, menghilangkan mitos yang salah agar ibu termotivasi untuk menyusui. Persiapan fisik meliputi pengawasan kehamilan, pemeriksaan putting susu, dan penyuluhan gizi. Pada masa menyusui diberikan pengawasan pemberian ASI, pertumbuhan bayi dan konseling bila ada masalah (Sidi, et al. 2004. Hal 4). i. Membina kelompok pendukung ASI

Kelompok ini terdiri dari ibu-ibu yang telah berpengalaman dan berhasil menyusui bayinya sendiri dan secara sukarela ingin membantu ibu-ibu lain agar dapat berhasil menyusui juga (Sidi, et al. 2004. Hal 5).

3. Mengusahakan Keberhasilan Menyusui bagi Ibu yang Bekerja

Salah satu kendala mensukseskan program ASI eksklusif adalah meningkatnya tenaga kerja wanita, sedangkan cuti melahirkan hanya 12 minggu, itupun 4 minggu harus diambil sebelum melahirkan. Untuk menanggulangi ini perlu disiapkan hal-hal


(34)

berikut; cuti melahirkan diperpanjang menjadi paling kurang 4 bulan untuk ibu yang menyusui, dengan jaminan gaji penuh selama cuti dan pekerjaan masih tetap terbuka bila cuti selesai; selama cuti ibu hanya memberi ASI, jangan memperkenalkan susu formula dengan alasan agar terbiasa karena akan ditinggal kerja; tempat bekerja disiapkan menjadi mother-friendly working place di mana terdapat fasilitas untuk memerah dan menyimpan ASI; Bila fasilitas mengizinkan disediakan tempat penitipan bayi (Sidi, et al. 2004. Hal 5).

4. Menyediakan Fasilitas Menyusui di Tempat Umum

Masyarakat kita masih sungkan untuk menyusui di depan umum. Agar bayi tidak terganggu menyusu maka perlu disediakan fasilitas menyusui di tempat umum misalnya, di stasiun kareta api, bandara, mal, dan sebagainya (Sidi, et al. 2004. Hal 5).

C. Teknik Menyusui

Cara menghisap bayi pada payudara ketika menyusui berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui bayi, walaupun sudah dapat menghisap tetapi dapat mengakibatkan puting terasa nyeri. Selain itu mungkin masih ada masalah lain, terutama pada minggu pertama setelah persalinan. Saat ini ibu secara emosional lebih peka/sensitif (Sidi, et al. 2004. Hal 6).

1. Langkah- langkah menyusui yang benar

a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu (Sidi, et al. 2004. Hal 7).


(35)

Ibu duduk dan berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak terganggu dan punggung ibu bersandar pada sandaran; Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu; satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu lagi didepan; perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi); telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus; ibu menatap bayi dengan kasih sayang (Sidi, et al. 2004. Hal 8).

c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menahan putting susu atau areolanya saja (Sidi, et al. 2004. Hal 8).

d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi (Sidi, et al. 2004. Hal 8).

e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi (Sidi, et al. 2004. Hal 9).


(36)

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, perhatikan: bayi tampak tenang; badan bayi menempel pada perut ibu; mulut bayi terbuka lebar; dagu bayi menempel pada payudara ibu; sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi, areola bagian bawah lebih banyak yang masuk; bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan; puting susu ibu tidak terasa nyeri; telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus; kepala agak menengadah; melepas isapan bayi. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan, jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan kebawah; menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terakhir); setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya; menyendawakan bayi yang bertujuan mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Caranya bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan (Sidi, et al. 2004. Hal 9).

3. Lama dan Frekuensi Menyusui

Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan disetiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan. atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7


(37)

menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.

Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan (Sidi, et al. 2004. Hal 10).

4. Kerugian air susu buatan

Air susu buatan / formula mempunyai beberapa kerugian yaitu

a. Pengenceran yang salah

Pengenceran yang salah dapat diartikan 2 hal, yaitu melarutkan susu formula lebih encer dari seharusnya, atau lebih pekat dari seharusnya. Keduanya akan menimbulkan masalah pada bayi dan anak. Penyebabnya adalah aturan yang tertera pada label kaleng susu formula tidak dapat dimengerti oleh ibu-ibu (Sidi, et al. 2004. Hal 11).

b. Kontaminasi mikroorganisme

Pembuatan susu formula di rumah tidak menjamin bebas dari kontaminasi mikroorganisme patogen. Penelitian menunjukkan bahwa banyak susu formula terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen (Sidi, et al. 2004. Hal 11).

c. Menyebabkan alergi

Kejadian alergi susu sapi bukannya tidak jarang, tetapi tidak banyak petugas yang menyadarinya. Walaupun alergi susu sapi dapat menghilang secara spontan dalam


(38)

waktu 1-2 tahun, tetapi gejalanya kadang-kadang berat bahkan dapat mengakibatkan rejatan, sehingga perlu mendapatkan perhatian (Sidi, et al. 2004. Hal 11).

Gejalanya dapat berlangsung secara cepat yaitu terjadi anafilaksis atau eksaserbasi dari eksema atau uktikaria atau kombinasi dalam ketiganya terjadi dalam 45 menit pertama setelah minum sedikit susu sapi. Reaksi sedang berupa muntah, diare, atau keduanya yang terjadi dalam waktu beberapa jam setelah minum susu dalam jumlah yang lebih banyak. Reaksi lambat berupa eksema, bronchitis atau diare atau kombinasi dari gejala ini terjadi dalam waktu 24-72 jam setelah minum susu dalam jumlah yang wajar (Sidi, et al. 2004. Hal 11).

d. Susu sapi dapat menyebabkan diare kronis

Diare akut dapat berlanjut menjadi kronis pada anak yang minum susu sapi diduga kerusakan mukosa usus yang terjadi pada diare akut menyebabkan terjadianya diare kronis melalui mekanisme peningkatan absorbs antigen melalui mukosa yang rusak yang selanjutnya terjadi sensitisasi terhadap protein susu sapi dan terjadi retinopati yang akhirnya akan memperberat mukosa (Sidi, et al. 2004. Hal 12).

e. Penggunaan susu formula dengan indikasi yang salah

Banyak susu formula yang beredar di pasaran. Ada diantaranya yang digunakan untuk penyakit tertentu atau keadaan tertentu. Sering terjadi kekeliruan penggunaan jenis susu formula tertentu, karena ketidaktahuan penggunaannya (Sidi, et al. 2004. Hal 12).

f. Tidak mempunyai manfaat seperti ASI

Susu formula tidak mempunyai manfaat seperti halnya ASI. Jadi air susu buatan / formula: teksturnya tidak sesempurna ASI; Tidak mengandung zat protektif; Tidak menimbulkan alergi; Lebih mudah menimbulkan karies dentis; Lebih mudah


(39)

menimbulkan maloklusi; Tidak menimbulkan efek psikologis yang menguntungkan; Tidak merangsang involusi rahim, Tidak berefek menjarangkan kehamilan; Tidak mengurangi insiden karsinoma mammae; tidak praktis; tidak ekonomis; bagi Negara menambahkan beban anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli susu formula, biaya perawatan ibu dan anak (Sidi, et al. 2004. Hal 12).


(40)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah hubungan antara variabel yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoadmodjo, 2003, hlm.69). Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan variabel dependen adalah pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini terdiri dari 1 kelompok yang diidentifikasi berdasarkan faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Hasil yang diharapkan adalah keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif.

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 1. Skema Kerangka Konsep B. Hipotesis

1. Ada pengaruh informasi yang benar tentang ASI dan pemberian ASI eksklusif Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan

menyusui:

1. Mendapatkan informasi yang benar tentang ASI

2. Tata laksana di klinik yang mendukung ASI

3. Mengusahakan keberhasilan menyusui bagi ibu yang bekerja

4. Menyediakan fasilitas menyusui di tempat umum

Pemberian ASI eksklusif


(41)

2. Ada pengaruh tatalaksana ditempat bersalin yang mendukung ASI dan pemberian ASI eksklusif

3. Ada pengaruh mengusahakan keberhasilan menyusui bagi ibu yang bekerja dan pemberian ASI eksklusif

4. Ada pengaruh menyediakan fasilitas menyusui ditempat umum dan pemberian ASI eksklusif

C. Definisi Operasional

No Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Independen: Faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif: 1.Mendapatkan informasi yang benar tentang ASI.

2. Tata laksana di klinik yang mendukung ASI. 3.Mengusahakan keberhasilan menyusui bagi ibu yang bekerja. 4. Menyediakan

Kuesioner yang terdiri dari

20 soal

Wawancara Skor jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan


(42)

fasilitas menyusui di tempat umum 2. Dependen :

Pemberian ASI eksklusif

Pemberian ASI saja tanpa diberi makanan atau minuman pada bayi usia 0-6 bulan Kuesioner yang terdiri dari 20 soal

Wawancara Skor jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan

Rasio

3. Usia Usia responden

dalam pengambilan data masih menyusui atau sudah menyusui selama 6 bulan

Kuesioner Wawancara 1 = 20-25 tahun 2 = 26-30 tahun 3 = 31-35 tahun 4 = 36- 40 tahun

Interval

4. Paritas Jumlah persalinan yang pernah dialami ibu

Kuesioner Wawancara 1 = 1 2 = 2 3 = > 3

Nominal

5. Pendidikan Jenjang dari tingkat yang rendah ke tingkat yang tinggi untuk menyelesaikan suatu pendidikan

Kuesioner Wawancara 1 = Pendidikan dasar

2 = Pendidikan Menengah (SMU/SMK) 3 = Pendidkan Tinggi

4 = Tidak Sekolah


(43)

6. Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan setiap hari untuk kehidupannya

Kuesioner Wawancara 1 = wiraswasta 2 = PNS 3 = Karyawan

Nominal

7. Penghasilan Pendapatan Kuesioner Wawancara 1 = Tidak berpenghasilan 2 = <

Rp1.000.000 3 =

Rp1.000.000 - Rp2.000.000 4 = >

Rp2.000.000


(44)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada obyek yang diteliti secara obyektif (Suyanto, dan Salamah, 2009. Hal. 34). Desain digunakan untuk mengidentifikasi faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang sedang memberikan ASI eksklusif di Desa Lengau Seprang yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kec. Tanjung Morawa. Desa Lengau Seprang dipilih karena pada data Puskesmas Tanjung Morawa menunjukkan cakupan ibu menyusui lebih banyak berada di Desa Lengau seprang. Data ibu yang menyusui didapat dari data Puskesmas Desa Lengau Seprang. Dari data yang ada diperoleh sebanyak 26 orang ibu yang sedang memberikan ASI eksklusif menyusui secara eksklusif.

2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitan ini menggunakan total sampling yaitu jumlah semua ibu yang menyusui yang didapat dari seluruh populasi di desa Lengau Seprang


(45)

yang berada didaerah wilayah kerja Puskesmas sebanyak 26 orang dengan kriteria inklusi yaitu:

• Ibu yang telah berhasil memberikan ASI eksklusif

• Ibu yang mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif

• Ibu yang bekerja

C. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Lengau Seprang yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa dengan pertimbangan bahwa di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa ini didapat data ibu yang memberikan ASI eksklusif yang diambil dari data di Puskesmas Desa Lengau Seprang yang berada diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan September 2010 sampai dengan Juni tahun 2011. D. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU, mendapatkan izin Kepala Dinas Kesehatan Lubuk pakam dan izin dari Kepala Puskemas Tanjung morawa. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan dan prosedur penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilakan untuk menandatangani informed consent.


(46)

Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri, dan tidak ada ibu yang menolak dan mengundurkan diri. Kerahasian catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument, tetapi mengunakan inisial. Responden juga berhak secara bebas untuk mengikuti penelitian atau tidak, dan setiap responden tidak ada yang dirugikan sehingga data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan literatur yang ada dan dikonsultasikan kepada pembimbing. Kuesioner yang dibagikan terdiri dari tiga bagian, yaitu : bagian pertama adalah data demografi ibu yang meliputi usia, paritas, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Sedangkan kuesioner bagian kedua tentang ASI eksklusif berjumlah 20 pertanyaan, dan bagian ketiga terdiri dari 20 pertanyaan untuk mengidentifikasi faktor-faktor keberhasilan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif dan juga untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif dengan menggunakan skala Guttman, apabila menjawab “tidak “ mendapat nilai 0, dan apabila menjawab “ya” mendapat nilai 1.

F. Uji Validitas dan Uji Reabilitas 1. Uji Validitas

Uji validitas (kesahihan) adalah uji yang dilakukan untuk menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan sebuah instrumen yang mampu mengukur apa yang diinginkan, sehingga dapat mengukur instrumen secara benar. Uji validitas dilakukan


(47)

secara conten validity kepada ahlinya yaitu spesialis kandungan dr. Christoffel L. Tobing, SpOG (K). Pengujian tidak dilakukan penilaian dimana hanya dilihat kesesuaian isi kuesioner.

2. Uji Reabilitas

Uji reabilitas (kehandalan) adalah uji yang dilakukan terhadap instrument yang handal, tidak berubah-ubah hasil ukurannya meskipun digunakan berulang kali. Uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha croabanch.

Uji reabilitas diujikan sebelum penelitian berlangsung kepada 10 orang ibu diwilayah Desa Lengau Seprang Kec. Tanjung Morawa yang mempunyai kriteria yang sama dengan responden yang akan diteliti. Skor korelasi dari uji reabilitas diperoleh 0,763 yang diperoleh dari 40 pertanyaan. Dua puluh tiga pertanyaan yang valid dan reliable, dan lima pertanyaan pada setiap faktor tentang informasi asi eksklusif, dan sembilan pertanyaan yang tidak valid dan reliabel sudah diperbaiki. G. Prosedur Pengumpulan Data

Setelah mendapat izin penelitian dari fakultas. Peneliti membawa surat permohonan izin penelitian kepada Kepala Dinas Kesehatan Lubuk Pakam. Setelah mendapat surat balasan berupa izin untuk meneliti, kemudian peneliti membawa surat izin dari Kepala Dinas Lubuk pakam tersebut dan membawa surat izin penelitian untuk Puskesmas Tanjung Morawa. Setelah mendapat izin untuk meneliti, kemudian peneliti mendatangi Puskesmas Desa Lengau Seprang untuk meminta data tentang ibu yang sedang memberikan ASI eksklusif di desa tersebut. Lalu peneliti bersama dengan bidan membagikan kuesioner kepada ibu yang sedang memberikan ASI eksklusif. Peneliti ditemani oleh bidan D-III kebidanan, untuk mendatangi rumah masing-masing ibu yang


(48)

sedang memberikan ASI eksklusif. Setelah mendapatkan responden maka peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian, serta prosedur penelitian. Selanjutnya meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Responden yang bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi kriteria dikaji faktor-faktor keberhasilan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif kepada 26 responden. Lalu para responden mengisi lembar kuesioner yang diberikan peneliti. Peneliti tiga hari kemudian datang kembali untuk memastikan data yang diberikan dan mengumpulkan lembar kuesioner untuk di analisis.

H. Analisis Data

Semua data terkumpul dilakukan analisis data kembali dengan memeriksa semua kuesioner apakah jawaban sudah lengkap atau benar (editing). Kemudian data diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan ke dalam bentuk tabel. Entry data dalam komputer dan dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan.

Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program yang disesuaikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut :


(49)

Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif, yaitu untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, yakni data yang bersifat kategori dicari frekwensi dan persentase yaitu paritas, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Sedangkan data yang bersifat numerik akan dicari mean, median dan standar deviasi yaitu faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui, pemberian ASI eksklusif, dan usia.

2. Bivariat

Analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment yaitu digunakan untuk mencari kekuatan hubungan antara faktor keberhasilan dengan faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Taraf signifikan (α = 0.05), pedoman dalam menerima hipotesis : jika data probabilitas (p) < 0.05 maka H0 ditolak, apabila (p) > 0,05 maka H0 gagal ditolak. Dan data disajikan dalam bentuk tabel agar dapat dengan mudah dilihat faktor keberhasilan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.


(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif di Desa Lengau Seprang Kec. Tanjung Morawa. Jumlah responden adalah 26 ibu yang sedang menyusui dan mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif. kemudian diamati dengan menggunakan kuesioner.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, yakni melihat keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Data yang bersifat kategorik yang dikaitkan dengan frekuensi dan proporsi yaitu : usia, pendidikan, pekerjaan, penghasillan, dan paritas. Data yang bersifat numerik dicari mean, dan standart deviasinya yaitu faktor keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

Hasil dari uji statistik diperoleh data bahwa sebagian besar responden berusia 26 – 30 tahun sebanyak 10 orang (38.5 %). Berdasarkan pendidikan sebagian besar responden pada pendidikan menengah (SMU/SMK) sebanyak 19 orang (73.1 %). Berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden adalah wiraswasta sebanyak 20 orang (76.9 %). Berdasarkan penghasilan mayoritas responden berpenghasilan < 1.000.000 sebanyak 22 orang ( 84.6 %). Berdasarkan paritas mayoritas responden memiliki anak satu sebanyak 17 orang ( 65.4 %). Data yang disajikan dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini.


(51)

Tabel 5.1: Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Ibu yang sedang Menyusui di Desa Lengau Seprang Kec. Tanjung Morawa.

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia :

- 20 – 25 tahun - 26 – 30 tahun - 31 – 35 tahun - 36 -40 tahun

9 10 3 4 34.6 38.5 11.5 15.4

Total 26 100

Tingkat pendidikan - SD / SMP - SMA

- Perguruan tinggi - Tidak sekolah

4 19 2 1 15.4 73.1 7.7 3.8

Total 26 100

Pekerjaan - Wiraswasta - PNS - Karyawan 20 1 5 76.9 3.8 19.2

Total 26 100

Penghasilaan

- Tidak berpenghasilan - < 1.000.000,00

- 1.000.000 – 2.000.000 - > 1.000.000

2 22 2 - 7.7 84.6 7.7 -

Total 26 100

Paritas - 1 - 2 - > 3

17 5 4 65.4 19.2 15.4


(52)

2. Analisis Bivariat

Analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment yaitu digunakan untuk mencari kekuatan hubungan antara faktor keberhasilan dengan faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Taraf signifikan (α = 0.05), pedoman dalam menerima hipotesis : jika data probabilitas (p) < 0.05 maka H0 ditolak, apabila (p) > 0,05 maka H0 gagal ditolak.

2.1. Hubungan pemberian informasi yang benar tentang ASI dan pemberian ASI eksklusif.

Berdasarkan uji statistik hubungan pemberian informasi yang benar tentang ASI dan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai r = -0.192 yang berarti hubungan antara variabel tersebut tidak berhubungan dan berlawanan, dan diperoleh nilai P = 0.347, maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara informasi yang benar tentang ASI dan pemberian ASI eksklusif. Dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1. Hubungan Informasi yang Benar tentang ASI dan Pemberian ASI Eksklusif.

No Variabel r Nilai P

1. Hubungan informasi yang benar tentang ASI dan pemberian ASI eksklusif.


(53)

2.2. Hubungan tatalaksana ditempat bersalin yang mendukung ASI dan pemberian ASI eksklusif.

Berdasarkan uji statistik hubungan tatalaksana ditempat bersalin yang mendukung ASI dan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai r = 0.458 yang berarti hubungan antara variabel tersebut mempunyai korelasi yang cukup, dan diperoleh nilai P = 0.019, maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara tatalaksana ditempat bersalin yang mendukung ASI dan pemberian ASI eksklusif. dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini.

Tabel. 2.2. Hubungan Tatalaksana di Tempat Bersalin yang Mendukung ASI dan Pemberian ASI Eksklusif.

No Variabel r Nilai P

1. Hubungan tatalaksana ditempat bersalin yang mendukung ASI dan pemberian ASI eksklusif

0.458 0.019

2.3. Hubungan mengusahakan keberhasilan menyusui bagi ibu yang bekerja dan pemberian ASI eksklusif.

Berdasarkan uji statistik hubungan mengusahakan keberhasilan menyusui bagi ibu yang bekerja dan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai r = -0.317 yang berarti hubungan antara variabel tersebut mempunyai hubungan yang cukup dan berlawanan, dan diperoleh nilai P = 0.115, maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara mengusahakan keberhasilan menyusui bagi ibu yang bekerja dan pemberian ASI eksklusif. Dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut ini.


(54)

Tabel. 2.3. Hubungan Mengusahakan Keberhasilan Menyusui bagi Ibu yang Bekerja dan Pemberian ASI Eksklusif.

No Variabel r Nilai P

1. Hubungan mengusahakan keberhasilan menyusui bagi ibu yang bekerja dan pemberian ASI eksklusif

-0.317 0.115

2.4. Hubungan menyediakan fasilitas menyusui di tempat umum dan pemberian ASI eksklusif.

Berdasarkan uji statistik hubungan menyediakan fasilitas menyusui ditempat umum dan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai r = 0.394 yang berarti hubungan antara variabel tersebut mempunyai korelasi yang cukup, dan diperoleh nilai P = 0.047. maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara menyediakan fasilitas menyusui ditempat umum dan pemberian ASI eksklusif, dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut ini.

Tabel. 2.4. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dan Menyediakan Fasilitas Menyusui di Tempat Umum.

No Variabel r Nilai P

1. Hubungan menyediakan fasilitas menyusui ditempat umum dan pemberian ASI eksklusif


(55)

B. PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian akan diuraikan pembahasan tentang faktor yang mempengaruhi keberhasilan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil a. Karakteristik responden

Berdasarkan karakteristik Usia, didapatkan bahwa rata-rata usia responden adalah ibu-ibu dengan usia 26-30 tahun yaitu sebanyak 10responden (38,5%). Berdasarkan tingkat pendidikan, didapatkan bahwa rata-rata responden adalah ibu-ibu dengan pendidikan SMA yaitu sebanyak 19 responden (73.1%). Berdasarkan pekerjaan responden, didapatkan bahwa rata-rata responden adalah ibu-ibu dengan pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 20 responden (76.9%). Berdasarkan penghasilan responden, didapatkan bahwa rata-rata responden adalah ibu-ibu dengan penghasilan < Rp 1000.000 yaitu sebanyak 22 responden (84.6%), sedangkan berdasarkan paritas, didapatkan bahwa rata-rata responden adalah ibu-ibu dengan jumlah anak 1 yaitu sebanyak 17 responden (65.4%).

b. Memberikan informasi yang benar tentang ASI

Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa pada faktor memberikan informasi yang benar tentang ASI tidak mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif didapat nilai r = -0.192 yang berarti hubungan antara variabel tersebut diatas tidak berhubungan dan berlawanan. Dan diperoleh nilai P = 0.347, maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara informasi yang benar tentang ASI dan pemberian ASI eksklusif


(56)

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Ningsih, A.W. (2009), yaitu promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan kesehatan yang lebih baik. Di dalam suatu proses promosi kesehatan terdapat faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor metode, faktor materi, pendidik, dan juga media yang digunakan untuk promosi kesehatan. Agar dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis.

c. Tatalaksana di klinik bersalin

Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa pada faktor tatalaksana di klinik yang mendukung ASI mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif didapat nilai r = 0.458 yang berarti hubungan antara variabel tersebut diatas mempunyai korelasi yang cukup. Dan diperoleh nilai P = 0.019, maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara tatalaksana ditempat bersalin yang mendukung ASI dan pemberian ASI eksklusif.

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan Sumami. (2008), Rawat gabung itu dilakukan segera setelah bayi dan ibu dibersihkan dan lepas dari pengawasan setelah melahirkan atau kurang lebih 2 jam setelah melahirkan. Rawat gabung dilakukan bidan dengan tujuan supaya ibu bisa dekat dengan bayi, sehingga bila bayi menangis bisa segera menyusui, disamping itu ibu bisa belajar merawat bayi sehingga setelah pulang bisa mengerjakan/ merawat bayinya sendiri. Bidan juga menginformasikan tidak perlu melakukan jadwal dalam menyusui bayi, dengan alasan supaya bayi menjadi lebih


(57)

tenang karena selalu disusui dan dekat dengan ibunya, artinya setiap saat bayi membutuhkan ASI maka bayi dapat disusukan kepada ibunya, tanpa ada pembatasan waktu.

d. Mengusahakan keberhasilan menyusui bagi ibu yang bekerja

Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa pada faktor mengusahakan keberhasilan menyusui bagi ibu yang bekerja mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif didapat nilai r = -0.317 yang berarti hubungan antara variabel tersebut diatas mempunyai hubungan yang cukup dan berlawanan. Dan diperoleh nilai P = 0.115, maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara mengusahakan keberhasilan menyusui bagi ibu yang beraktivitas dan pemberian ASI eksklusif.

Salah satu kendala mensukseskan program ASI eksklusif adalah meningkatnya tenaga kerja wanita, sedangkan cuti melahirkan hanya 12 minggu, itupun 4 minggu harus diambil sebelum melahirkan. Untuk menanggulangi ini perlu disiapkan hal seperti: cuti melahirkan diperpanjang menjadi paling kurang 4 bulan untuk ibu yang menyusui, dengan jaminan gaji penuh selama cuti dan pekerjaan masih tetap terbuka bila cuti selesai; selama cuti ibu hanya memberikan ASI, jangan memperkenalkan susu formula dengan alas an agar terbiasa karena akan ditinggal kerja; tempat kerja disiapkan menjadi “mother-friendly working place” dimana terdapat fasilitas untuk memerah dan menyimpan ASI; bila fasilitas mengizinkan disediakan tempat penitipan bayi (Sidi, et al. 2004. Hal 5).


(58)

e. Menyediakan fasilitas menyusui di tempat umum

Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa pada faktor menyediakan fasilitas menyusui di tempat umum mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif didapat nilai r = 0.394 yang berarti hubungan antara variabel tersebut diatas mempunyai korelasi yang cukup. Dan diperoleh nilai P = 0.047. maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara menyediakan fasilitas menyusui di tempat umum dan pemberian ASI eksklusif.

Menurut Sujiyatini, et al. (2010), temukan tempat yang baik adalah langkah yang penting untuk berhasil menyusui di tempat umum. Bila ibu berada direstoran atau area yang ramai dan tidak punya ruang laktasi, coba untuk duduk dan pilihlah tempat yang memberi sedikit privasi, misalnya di sudut ruangan yang cukup luas atau disamping suatu dinding. Menyusui bayi adalah hal yang benar dan alami. Bila seseorang memperhatikan ibu, balaslah pandangannya sambil tersenyum. Hal ini akan membuat mereka mengalihkan pandangan, yang penting tetap teguh pada prinsip bahwa ibu sedang melakukan sesuatu yang terbaik untuk bayi.

2. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini penulis merasa masih banyak keterbatasan yang dihadapi saat pelaksanaan penelitian hingga penyajian hasil. Beberapa kesulitan saat pengumpulan data yaitu keterbatasan kemampuan yang dimiliki peneliti serta sulitnya mencari responden dengan kriteria penelitian.


(59)

3. Implikasi Penelitian

Dari hasil penelitian ini telah dibuktikan bahwa faktor keberhasilan asi eksklusif diantaranya adanya tatalaksana di klinik yang mendukung ASI dan Menyediakan fasilitas menyusui di tempat umum sehingga ibu dapat memberikan asi eksklusif dan bagi pelayanan kebidanan dapat mendukung program kebrhasilan pemberian asi eksklusif.


(60)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI ekslusif di Desa Lengau Seprang Kec. Tanjung Morawa, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan karakteristik Usia, didapatkan bahwa rata-rata usia responden adalah ibu-ibu dengan usia 26-30 tahun yaitu sebanyak 10responden (38,5%). Berdasarkan tingkat pendidikan, didapatkan bahwa rata-rata responden adalah ibu-ibu dengan pendidikan SMA yaitu sebanyak 19 responden (73.1%). Berdasarkan pekerjaan responden, didapatkan bahwa rata-rata responden adalah ibu-ibu dengan pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 20 responden (76.9%). Berdasarkan penghasilan responden, didapatkan bahwa rata-rata responden adalah ibu-ibu dengan penghasilan < Rp 1000.000 yaitu sebanyak 22 responden (84.6%), sedangkan berdasarkan paritas, didapatkan bahwa rata-rata responden adalah ibu-ibu dengan jumlah anak 1 yaitu sebanyak 17 responden (65.4%). 2. Dari data diperoleh bahwa faktor tatalaksana di tempat bersalin yang mendukung

ASI dan menyediakan fasilitas menyusui di tempat umum adalah faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Untuk faktor tatalaksana di tempat bersalin yang mendukung ASI diperoleh angka korelasi variabel tatalaksana di tempat bersalin yang mendukung ASI dan pemberian ASI eksklusif sebesar 0.458 yang berarti hubungan antara variabel tersebut mempunyai korelasi yang cukup. Korelasi kedua variabel bersifat signifikan


(61)

karena angka signifikansi sebesar 0.019 < 0.05, dan untuk faktor menyediakan fasilitas menyusui di tempat umum diperoleh angka korelasi variabel menyediakan fasilitas menyusui di tempat umum dan pemberian ASI eksklusif sebesar 0.394 yang berarti hubungan antara variabel tersebut mempunyai korelasi yang cukup. Korelasi kedua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0.047 > 0.05.

B. Saran

1. Bagi praktek kebidanan Puskesmas Desa Lengau Seprang Kec. Tanjung Morawa

• Dalam pemberian informasi yang benar tentang ASI eksklusif, perlu ditingkatkan sosialisasi dan pemberian informasi ASI eksklusif sehingga ibu mengerti tentang ASI eksklusif.

• Meningkatkan informasi tentang manfaat dan keuntungan ASI eksklusif sehingga ketika ibu bepergian, akan tetap memberikan ASI eksklusif.

• Sosialisasi tentang standar pelayanan dalam pemberian ASI eksklusif. 2. Bagi insitusi kebidanan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan kebidanan pada ibu dalam masa kehamilan dan dalam pemberian ASI eksklusif.

3. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan data untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Ashar, T., Lubis, Z., & A, E. (2008). Analisis Pola Asuh Makan dan Status Gizi pada Bayi di Kelurahan PB Selayang Medan. 2 Desember 2008, from Jurnal ASI.Pdf-Adobe Reader.

Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC Hidayat, A. A. (2007). Metodologi penelitian kebidanan teknik analisis data.

Jakarta: Salemba medika

Manik, M., Sitohang, N. A., & Asiah, N. (2010). Panduan penulisan karya tulis ilmiah. Medan: Tidak dipublikasikan

Marja, T. T., Marita, R. N. P., Pekka, L. (1999). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Yang Berhasil Pertama Kali Oleh Ibu Ketika Anak Berusia 3 Bulan. Journal Of Advanced Nursing, 29: 113-118. DOI; 10.1046/j.1365-2648.1999.00868.x

Murkoff, H., Eisenberg, A., & Hathaway, S., (2006). Kehamilan: apa yang anda hadapi bulan per bulan,(ed 3). Jakarta: Arcan

Ningsih, W. A., (2009). Perbandingan Peningkatan Pengetahuan Ibu Tentang Pijat Bayi Pada Balita Setelah Mendapat Penyuluhan dan Pemutaran VCD di Kelurahan Widodomartani, Ngemplak,Sleman, Yogyakarta. Desember 2009, from Ayu Widya Ningsih_2009.pdf-Adobe Reader. Nursalam (2008). Konsep & penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.


(63)

Pitaloka, A., (2008). Menyusui bayi anda, Jakarta: Dian rakyat.

Prawirohardjo, S. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Prasetyono, D.S., (2009). ASI eksklusif , Jogjakarta: DIVA press.

Saifuddin, A. B. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Sidi, I. P. S., Suradi, R., Masoara, S., Boedihardjo, S. D., & Marnoto, W. (2004). Manajemen laktasi, Jakarta: Kumpulan Perinatologi Indonesia.

Sujiyatini., Djanah, N., & Kurniati, A., (2010). Asuhan ibu nifas, Yogyakarta: Cyrillus Publisher.

Sulistyawati, A., (2009). Asuhan kebidanan pada ibu nifas, Yogyakarta: Andi offset.

Sumami. (2008). Analisis Deskriptif Pelayanan Bidan dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Puskesmas Juwana Kabupaten Pati. Juni 2008, from Jurnal.Pdf-Adobe Reader.

Suyanto., Salamah, U., (2009). Riset kebidanan metodologi & aplikasi. Yogyakarta: Mitra cendika offset.

Varney, H., Kriebs, J.M., Gegor, C.L., (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan,(ed 4), Wahyuningsih, E., Jakarta: ECG.

Williams, L., Wilkins., (2004). Canadian Essentials of Nursing Research, Philadelphia: A Wolters Kluwer Company.


(64)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Ibu Terhadap Pemberian

ASI Eksklusif Medan 2010

Oleh :

Dian Andriyani Syafitri Siregar

Saya adalah mahasiswa Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan ibu dalam memberikan ASI eksklusif.

Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Saya juga memohon kesediaan ibu memberikan jawaban berdasarkan kuesioner dengan jujur apa adanya. Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas ibu. Informasi yang ibu berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

Jika ibu bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan menandatangani kolom dibawah ini sebagai bukti kesukarelaan ibu.

Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.


(65)

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

No Responden :

Tanggal :

I. DATA DEMOGRAFI

Usia : 20-25 tahun

26-30 tahun 31-35 tahun 36- 40 tahun

Tingkat pendidikan : Pendidikan dasar (SD/SMP/MTS) Pendidikan menengah (SMU/SMK) Pendidkan tinggi

Tidak Sekolah

Pekerjaan : IRT

PNS Karyawan


(66)

< Rp1.000.000

Rp1.000.000-Rp2.000.000 > Rp2.000.000

Paritas : 1

2 > 3

II. ASI EKSKLUSIF

1. Apakah ibu telah memberikan ASI eksklusif kepada anak selama 4 bulan?

Ya Tidak

2. Apakah ibu memberikan ASI saja kepada bayinya tanpa makanan tambahan lainnya seperti susu formula, air jeruk dan makanan tambahan lainnya?

Ya Tidak

3. Apakah ibu mendapatkan penyuluhan tentang ASI eksklusif ?

Ya Tidak

4. Apakah ibu memberikan makanan tambahan (madu, bubur, jus) selain ASI kepada bayi?


(67)

5. Apakah ibu tahu kalau ASI yang keluar pertama sekali yang berwarna kuning itu mengandung antibody buat bayi?

Ya Tidak

6. Apakah ibu tahu kalau ASI dapat menurunkan resiko terjadinya infeksi seperti diare?

7. Ya Tidak

7 Apakah ibu memberikan kempeng/dot kepada bayinya?

Ya Tidak

8. Apakah ibu memberikan ASI kepada bayinya ketika ibu beraktivitas?

Ya Tidak

9. Apakah ibu merasa memberikan susu formula lebih praktis dan ekonomis?

Ya Tidak

10.Apakah ibu tahu bahwa menyusui pada malam hari akan memacu produksi ASI?

Ya Tidak

11.Apakah ibu tahu bahwa ASI eksklusif dapat mengurangi kemungkinan obesitas ?


(68)

12. Apakah kebiasaan menyusui dengan botol dan dot dapat merusak gigi karena terjadinya karies dentis atau karang gigi?

Ya Tidak

13.Apakah ibu tahu ASI mengandung antibody untuk bayi?

Ya Tidak

14.Apakah menyusui secara eksklusif dapat menunda kesuburan?

Ya Tidak

15.Apakah ibu tahu kalau salah teknik menyusui dapat menyebabkan puting terasa nyeri?

Ya Tidak

16. Apakah ibu memulai menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan (yang terakhir dihisap)?

Ya Tidak

17.Apakah ibu menyendawakan bayi setelah selesai menyusui?

Ya Tidak

18.Apakah ibu tahu kalau memberikan susu sapi dapat menyebabkan alergi?

Ya Tidak

19.Apakah ibu tahu bahwa susu formula tidak mempunyai manfaat seperti ASI?


(69)

20.Apakah pada ASI banyak terdapat zat-zat yang menguntungkan untuk kesehatan dan pertumbuhan bayi?

Ya Tidak

III. FAKTOR- FAKTOR KEBERHASILAN TERHADAP PEMBERIAN ASI

EKSKLUSIF DAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Berikan tanda checklist () pada salah satu pernyataan dengan pilihan anda, bila ada pernyataan yang kurang dimengerti dapat dinyatakan pada peneliti.

A. Mendapatkan informasi yang benar tentang ASI.

1. Apakah bidan memberikan penyuluhan tentang pengertian ASI eksklusif pada saat pemeriksaan ANC?

Ya Tidak

2. Apakah bidan memberikan penyuluhan tentang mengatasi masalah pengeluaran ASI pada saat pelayanan ANC?

Ya Tidak

3. Apakah bidan memberikan penyuluhan tentang perawatan payudara pada saat pelayanan ANC?


(70)

4. Apakah bidan memberikan penyuluhan tentang makanan yang dapat memperbanyak produksi ASI pada saat pelayanan ANC?

Ya Tidak

5. Apakah bidan memberikan penyuluhan tentang masalah-masalah yang timbul pada saat menyusui (puting susu lecet ataupun payudara bengkak)?

Ya Tidak

B. Tata laksana di klinik yang mendukung ASI

6. Apakah bayi yang ibu lahirkan langsung diberikan ASI?

Ya Tidak

7. Apakah setelah persalinan bidan melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi?

Ya Tidak

8. Apakah ibu mempunyai jadwal tertentu untuk memberikan ASI kepada bayi?

9. Ya Tidak

9. Apakah bidan mangajarkan kepada ibu posisi menyusui yang benar?


(71)

10. Apakah bidan memberikan susu formula kepada bayi sesaat setelah bayi lahir ketika bayi menangis?

Ya Tidak

C. Mengusahakan keberhasilan menyusui bagi ibu yang bekerja

11. Apakah ibu mendapatkan waktu lebih dari 40 hari untuk beraktifitas kembali?

Ya Tidak

12. Apakah ditempat ibu beraktifitas tersedia tempat untuk menyusui?

Ya Tidak

13. Apakah ibu memperkenalkan susu formula sewaktu cuti ibu akan berakhir?

Ya Tidak

14. Apakah ibu mengeluarkan ASI dengan cara memompanya payudara pakai alat pompa ASI ketika ibu meninggalkan bayi untuk bekerja?

Ya Tidak

15.Apakah ibu ibu menunggu sampai 40 hari untuk menjalani rutinitasnya seperti sebelum hamil?


(72)

D. Menyediakan fasilitas menyusui di tempat umum

16.Apakah ibu tetap memberikan ASI ketika bepergian?

Ya Tidak

17. Apakah ibu sungkan untuk menyusui didepan umum?

Ya Tidak

18.Apakah pada saat bepergian ibu membawa susu formula?

Ya Tidak

19. Apakah ibu mau tetap menyusui bayi di tempat umum dengan ditutupi kain?

Ya Tidak

20. Apakah ibu merasakan kemudahan dari menyusui secara eksklusif, mialnya tidak perlu membawa peralatan dot bayi?


(73)

(74)

(75)

(76)

(77)

(78)

(79)

(80)

(81)

(82)

(83)

(84)

(85)

1991-1997 SD Muhammadiyah 17 Medan 1997-2000 SLTP Negeri 4 Medan

2000-2003 SMU Angkasa I Lanud Medan 2003-2006 Akademi Kebidanan Helvetia Medan Nama Dian Andriyani Syafitri Siregar Tempat/Tgl lahir Medan, 1 Januari 1986

Agama Islam

Nama Ayah Syafruddin Siregar Nama Ibu Darliana Situmorang Anak Ke Dua dari dua bersaudara

Alamat ASPOL/Jl. H.M Jhoni Blok. V No. 6/11 Psr. Merah MEDAN.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

1991-1997 SD Muhammadiyah 17 Medan

1997-2000 SLTP Negeri 4 Medan

2000-2003 SMU Angkasa I Lanud Medan

2003-2006 Akademi Kebidanan Helvetia Medan

Nama Dian Andriyani Syafitri Siregar

Tempat/Tgl lahir Medan, 1 Januari 1986

Agama Islam

Nama Ayah Syafruddin Siregar

Nama Ibu Darliana Situmorang

Anak Ke Dua dari dua bersaudara

Alamat ASPOL/Jl. H.M Jhoni Blok. V No. 6/11 Psr. Merah

MEDAN.