Gambaran Pengetahuan dan Sikap Guru Terhadap Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 1 Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016
Page 1
10/6/16 Gambaran Pengetahuan dan Sikap Guru Terhadap Perilaku Seksual Remaja
Quastion No. 1 Apa yang dimaksud pengertian perilaku seksual remaja? Dari mana bapak/ibu memperoleh informasi mengenai perilaku seksual? Menurut bapak/ibu pentingkah informasi perilaku seksual itu diberikan kepada anak remaja?
Responden ID : 1
Respons : Perilaku seksual ya? Perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh lawan jenis yang tidak dalam ikatan pernikahan yang kebiasaan dilakukan anak zaman sekarang yang masih berpacaran sudah adayang melakukan seks diluar nikah menurut bapak ya gitu Pendapat saya sendiri yang saya kemukakan Penting, Karena diberikannya informasi mengenai seks dari dini diharapkan mampu menghindari anak remaja melakukan hal-hal yang salah Respondent ID 2
Respons : Perilaku seksual yang dimaksud ya? Kalau menurut saya adalah Hubungan intim yang dilakukan sepasang manusia dewasa yang berlawanan jenis Dari Internetlahh
Penting, karena mereka nanti tau mana positif dan negatif bagi mereka
Respondent ID 3
Respons : Ya.... perilaku seksual itu menurut saya bercampurnya dua orang yang tidak selayaknya dilakukanPendapat sendiri Menurut saya penting sekali, nanti berguna bagi dirinya sendiri untuk menghindari hal-hal negatif dari ligkungannya Respondent ID 4
Respons : Tingkah laku yang didorong hasrat seksual.Baik dengan sesama jenis ataupun lawan jenisnya,menurut ibuk demikian Didapat dari hasil pemikiran saya sendiri
Sangat pentinglahhhh,,, kasihan anak sekarang banyak yang hancur akibat masalah seks, dikarenakan masi tabu bagi orang tua untuk memberikan informasi mengenai seks
(2)
Page 2
10/6/16
Respondent ID 5
Respons : Menurut pendapat saya adalah perilaku yang salah, yang tidak selayaknya diperbuat anak remaja
Saya dapat dari banyak membaca Penting sekali,,, bila diterapkan sejak dini anak akan tau untuk menghindar dari perilaku seks yang salah
(3)
Page 3
10/6/16 Pengetahuan dan Sikap Guru Terhadap Perilaku Seksual Remaja Question No. 2 Saat ini ada Program Genre yang diusung BKKBN sebagai
wadah bagi remaja untuk mengatasi permasalahan kesehatan remaja, bagaimana pendapat bapak/ibu, Setuju atau tidak setuju program ini dilaksanakan disekolah?
Responden ID : 1
Respons : Kalau saya sihhhh, setuju setuju aja karena saya melihat perilaku remaja saat ini di kotanopan sudah lebih luarbiasa daripada di kota-kota besar. Sudah tidak bermoral lagi, dibuatnya program yang diusung BKKBN yaitu GenRe diharapkan dapat menaungi remaja untuk mempersikit ataupun mengurangi dari perilaku seks yang menyimpang pada remaja.
Sejauh ini sihhh itu yang diharapkan, karena kasihan kebanyakan remaja sudah banyak yang hancur moral dan etikanya.
Respondent ID 2
Respons : Kalau menurut pendapat saya enggak perlu, saya bilang seperti itu karena saya yakin sekolah tidak akan mau membuat satu mata pelajaran yang dikhususkan membahas perilaku menyimpang remaja dengan alasan banyak hallahh,,,,,
Respondent ID 3
Respons : Perlu sekali,, kasihan anak remaja sekarang, begitu ketauan ML langsung dinikahkan dan orangtua pun tidak ada yang melapor dan anak remaja jadi putus sekolah, saya harapkan dengan dibuatnya program dari BKKBN bisa merubah perilaku-perilaku seks yang salah pada remaja saati ini,,, agar kehidupannya lebih baik, pendapat saya begitu.
Respondent ID 4
Respons : Sangat setujulah, bagus itu dibuat disini bisa mempersikit anak putus dari sekolah
Respondent ID 5
Respons : Saya yakin tidak akan dilaksanakan, saya bilang seperti itu karena payah lohh iya memang dibuat tapi kan,,,, hanya sebentar saja kebanyakan guru-guru lebih mementingkan mata pelajaran wajib mereka daripada melaksanakan program seperti itu,,,, nggak tau ya pendapat guru-guru yang lain.
(4)
Page 4
10/6/16 Pengetahuan dan Sikap Guru Terhadap Perilaku Seksual Remaja Question No. 3 Apakah dilingkungan sekolah, pernah ada siswa yang ketauan
melakukan perilaku seks menyimpang? Sudah menjadi hal biasakah pacaran dilingkungan sekolah? Apa tindakan dari sekolah?
Responden ID : 1
Respons : Kalau dilingkungan sekolah sihhh,,,, sepengetahuan saya tidak ada, kebanyakan kejadian diluar sekolah tetapi masih menggunakan seragam sekolah
Sebenarnya tidak, dikarenakan para remaja duduk berduaan itu pada saat jam-jam istirahat dan itu diluar sepengetahuan kami para guru Sejauh ini tindakan dari sekolah hanya sebatas mengingatkan, dan masih tetap dilakukan
Respondent ID 2
Respons : Tidak ada, paling yang ada hanya duduk berduaan dikelas saja itupun saat istirahat
Kalau dibilang hal biasa sihhh kayaknya tidak, tetapi siswa banyak nuri-nyuri kesempatan
Tindakan dari sekolah sihhh sering mengingatkan para siswa agar dikelas pada jam istirahat dikosongkan, kadang pintu sengaja ditutup agar semua siswa diluar semua untuk menghindari para siswa pacaran disekolah
Respondent ID 3
Respons : Sejauh ini nggak ada sih,,,,,
Tidak juga, kalau setau saya tidak ada yang pacaran disekolah Dari sekolah hanya selalu memberi arahan agar menjaga nama sekolah agar tidak rusak dengan kelakuan siswanya
Respondent ID 4
Respons : Selama saya mengajar disini belum ada yang melakukan demikian, Tidak juga, kan disekolah untuk belajar, mana ada yang pacar-pacaran Kami memberi sanksi bagi yang kedapatan melakukan yang aneh-aneh disekolah
Respondent ID 5
Respons : Belum ada sihhh, karena mungkin waktu untuk melakukan hal-hal yang dilarang tidak memungkinkan, istrihat pun kan terbatas hanya beberapa menit saja, lagianpun kan banyak orang ya nggak mungkinlah mereka melakukan demikian, lainhalnya pas pulang sekolah suasana disekolah kan udah sepi ya kan kalau uda sepi tak ada ketakutan lagi, kemungkinan begitu.
(5)
Page 5
10/6/16
Dibilang hal biasa sihhh nggak, seperti yang saya bilang,,, pas selesai belajar yaaa pulang sekolah mencari kesempatan untuk berduaan
(6)
Page 6
10/6/16 Pengetahuan dan Sikap Guru Terhadap Perilaku Seksual Remaja Question No. 4 Menurut Bapak/Ibu seberapa seringkah anak remaja
memanfaatkan media massa? Pernahkah bapak atau ibuk melihat anak remaja disekolah mengakses hal-hal yang menyimpang? Kebanyakan remaja memperoleh informasi mengenai seks dari mana?
Responden ID : 1
Respons : Seringnya sihh saya kurang tau, soalnya kan bukan 24 jam disekolah, mungkin,,,, pas jadwal-jadwal kosong pelajaran dan istirahat saja yang bisa mereka buka media massa
Tidak pernah, tapi pas razia Handphone ada kedapatan siswa yang menyimpan foto-foto yang seharusnya tidak disimpan siswa SMA Setau saya kebanyakan remaja memperoleh informasi dari internet,
remaja saat ini kan uda hampir semua mempunyai Hanphone Respondent ID 2
Respons : Seberapa sering! Nggak tau juga sih Kalau melihat langsung sihh enggak ya,,,
Dari gadget mereka karena dengan menggunakan tekhnologi canggih anak lebih mudah mengakses semua hal-hal yang negatif-negatif gitu
Respondent ID 3
Respons : Mungkin hanya pada jam-jam mata pelajaran kosong saja ataupun mungkin pada saat pulang sekolah kan dirumah banyak waktu luang bagi mereka, kebanyakan kulihat anak remaja sekarang tidak lepas dari yang namanya media massa selama 24 jam tidak ada waktu untuk tidak buka media massa, begitulah anak remaja sekarang ini
Tidak pernah nampakkk
Kalau menurut saya dari menonton film karena mereka lebih cepat mendapatkannya karena mudahnya mengakses lewat handphone mereka jadi dapat mempermudah remaja itu mengakses informasi yang salah, ya,,, mungkin membuka video-video pornolah gambar-gambar pornolah
RespondentID 4
Respons : Saya kurang tau, tapi otomatis pasti seringlah
Selama saya mengajar disini tidak penah melihatnya.
Saya melihat dari kebanyakan remaja memperoleh informasi mengenai seks itu dari menonton film –film sampai pernah dilakukannya razia
(7)
Page 7
10/6/16
handphone ternyata kebanyakan remaja cowok yang menyimpan video yang menyimpang
Respondent ID 5
Respons : Pas istirahat aja, kalau dirumah beda lagilah ya. Tak pernah nampakk aku
Remaja banyak memperoleh informasi mengenai seks dari gadget, menonton film karena adanya handphone lebih cepat bagi remaja memperoleh ataupun mendapatkan masalah seks yang salah dan menyimpang itu,,,
(8)
Page 8
10/6/16 Pengetahuan dan Sikap Guru Terhadap Perilaku Seksual Remaja
Question No. 5 Menurut bapak/ibu sejauh ini bagaimana peran orangtua menanggapi permasalahan kesehatan anak remajanya? Apakah orangtua remaja mendukung dengan perilaku remaja saat ini? Ada/tidaknya orangtua datang kesekolah untuk melapor? Responden ID : 1
Respons : Sejauh ini yang saya perhatikan ya,, jika ada anaknya yang kedapatan melakukan hubungan intim itu langsung dinikahkan karena merupakan aib bagi keluarga dan setelah itu tidak ada konfirmasi kesekolah mengenai kejadian yang dialami anaknya, sebagai murid disekolah ini seharusnya ataupun setidaknya kan... ada pelaporan kesekolah, ya memang orangtua manapun pasti malu dengan kejadian anaknya begituuu,,,,,
Dibilang mendukung yaaaa nggak cuman yang saya lihat orangtua mending milih diam ajaaaa
Tidak ada,,, Respondent ID 2
Respons : Tidak ada,,, jika terjadi yaaa terjadilahhhhh
Yaaaa,,, mungkinnn soalnya seperti yang salah bilang kalau terjadi ya terjadilahhh
Sama sekali nggak adaaa tuh Respondent ID 3
Respons : Mungkin sekedar mengingatkan aja,,,,,,cuman karena malu yaaa orangtua siswa memilih diam ajaaaa
Yaaaa orangtua mana yang mau anaknya hancur,,, nggak mungkinlah mendukung
Tidak adalahhhh,,, kan orangtua pasti malu dengan perilaku anaknya
Respondent ID 4
Respons : Peran orangtua sihhh masih hanya mengingatkan anaknya sajaaa kalau anak sudah keluar dari rumah otomatis sudah diluar pengawasan anaknya terutama kesekolahhh,,, nanti pulang sekolah yang alasan kerja kelompoklah kerumah kawan ehhh,,, ternyata ya kan kedapatan pacaran ditengah sawahhh,,memang anak zaman sekarang naudzubillah .
Nggak mungkinlah mendukung dengan perilaku tidak bermoral gituuuuu
(9)
Page 9
10/6/16
Respondent ID 5
Respons : Sebagian orangtua memperketat pengawasan anaknya bagi orangtua yang cuek ya biarkan saja yang penting anakku laku,,, ada gituuu pendapat orang tuaaa,,, yang kayak gitu pendapat orang tua zaman baholak dulu ituuu,,,hehhheee Mana mungkin didukung,,,,kalau mendukung pasti orangtuanya uda lain ituuuu hahhaaa
(10)
Page 10
10/6/16 Pengetahuan dan Sikap Guru Terhadap Perilaku Seksual Remaja
Question No. 6 Menurut bapak/ibu bagaimana sekolah mengatasi masalah seks menyimpang remaja saat ini? Apakah ada materi khusus membahas mengenai perilaku seks menyimpang remaja saat ini?
Responden ID : 1
Respons : Ya,,, mendidik anak didik kearah yang lebih baik menurut saya yang penting saat ini, dengan melakukan atau memberikan ekskul yang banyak sehingga mereka tidak ada waktu untuk mengakses hal-hal yang tidak bagus
Saat ini kalau materi khususnya sih tidak ada, kayak kemaren ada pertemuan dibuat di sini, orangtua murid diundang untuk membahas mengenai kenakalan remaja dan sanksinya jika dilanggar
Responden ID : 2
Respons : Kalau menurut saya sih,,, meningkatkan kegiatan yang bermanfaat, membangun mentalnya juga dan yang paling penting meningkatkan pelajaran agamanya
Hmmmmm,,,, materi khusus ya? Setau saya nggak ada sihhh tapi kalau ngingatin ada, pada saat upacara hanya sekilas saja
Responden ID : 3
Respons : Hmmmm apa ya.... memberikan penyuluhan mungkin juga bisa untuk mengatasi perilaku seksual
Kalau materi khusus,,, nggak ada sih nak Respondent ID 4
Respons : Kalau menurut saya untuk mengatasinya adalah lebih memberikan informasi mengenai apa dampak dan positifnya dari perilaku seks tersebut dan lebih memberi arahan mendekatkan diri kepada tuhan YME
Sampai saat ini belum ada nak,,, Respondent ID 5
Respons : Menjelaskan kepada siswanya dampak positif dan negatifnya, kemungkinan mereka akan menyaring diotaknya mana yang bermanfaat untuk mereka sih kan uda remaja udah dibilang menuju dewasa.
Belum ada nak hanya sebatas mengingatkan aja...
(11)
Page 11
(12)
(13)
(14)
DAFTAR PUSTAKA
Agatha G, Desrifa. 2015. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Pelajar Terhadap Program Generasi Berencana di SMA Negeri 13 Medan Ahmad, 2011. Dampak Sosial Pernikahan usia Dini Studi Kasus di Desa
Gunung Sindur-Bogor. FDK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Andriezens. 2008. Upaya Penanggulangan Seks Di Kalangan Remaja. Diakses dari Web.http://www. mahkota”s.com
Apulina, Endam Br Sembiring.2008. Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Seks Remaja di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2008. Skripsi FKM USU. Medan.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Managemen Penelitian. Cetakan VII. Malang : Rineka Cipta.
BkkbN. 2013. Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi. Jakarta. Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana, hal
116
Cristina, A. 2007. Peran Sekolah Dalam Memberikan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Siswa. Skripsi Universitas Airlangga
Darmawan. 2010. Faktor Pendidikan yang Memengaruhi Pernikahan Usia Muda di Kabupaten Aahan Tahun 2010. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Dr. Soetjiningsih. 2008. Perilaku Seksual Pranikah. Diakes http://ugm.ac.id/id/berita/551
Enda, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Gordon dan Chrown, P. 2008. Petunjuk Praktis Layanan Kesehatan Ramah Remaja di Indonesia.
Hariyanto. 2010. Pendidikan Seksual Remaja. Diakses http://belajarpsikologi.com/pendidikan-seksual-pada-remaja/. Pada tanggal 16 Mei 2016.
(15)
Kurniawati, Siti. 2015. Persepsi Guru Tentang Kurikulum Pendidikan Seks Pada Remaja di SMA Muhammadiyah Kisaran Kelurahan Selawan Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan
Maleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Monks, Franz. J. 1998. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada University.
Naibaho, Erni. 2012. Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Hak-Hak Reproduksi Wanita Pada Pasangan Usia Subur di Rumah Sakit Tingkat II DAM /BB di Kota Medan. Tesis FKM USU, Medan. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Pendidikan dan Promosi Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Panjaitan, Risma. 2012. Pengaruh Motivasi Diri Remaja dan Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku Seks Beresiko Remaja Pada Seks Pranikah di Kecamatan Siantar Kabupaten simalungun
Pertiwi, Kartika. R. 2013. Gambaran Pengetahuan, Persepsi dan Perilaku Siswa SMA N Sleman Terhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi di sekolah. Skripsi FMIPA UNY. Yogyakarta.
Puspitasari. 2009. Gambaran Faktor-faktor Penyebab Pernikahan Usia Dini di Kota Lhok Kaju di Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie. Lhoksumawe : Jurnal Universitas Syiah Kuala.
Pratiwi. 2004, Pendidikan Seks Untuk Remaja. Tugu Publisher. Jakarta
Rahayu, Nuzulia. 2013. Pengaruh Kegiatan Penyuluhan Dalam Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah Di SMA N 1 Lubuk Dalam Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun 2013. Skripsi FKM USU. Medan
Rahman dan Kabir. 2005. Penyebab Pernikahan Usia Dini di Bangladesh. Jakarta.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta.
Santrock, John. W. 2003. Adolescence : Perkembangan Remaja. Edisi VI. Jakarta : Erlangga.
(16)
Sekarningrum, Lestari. 2001. Perilaku Masyarakat Terhadap Perkawinan Usia Muda di Kelurahan Teladan Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan tahun 2001. Skripsi FKM USU. Medan.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : sagung Seto.
Subadi, Tjipto. 2005. Metode Penelitian Kualitatif : Buku Ajar. Surakarta : Fkip UMS.
Surjandi, dkk. 2002. Kesehatan Reproduksi. Edisi I. Jakarta : Jaringan Epidemiologi Nasional.
Syamsulhuda. 2010. Akibat Pornografi Bagi Perkembangan Perilaku Remaja.
http//www.intisari-online.com/read/pornografi-berpengaruh-terhadapperilaku-remaja-kota. Diakses 30 November 2015.
Tim Pembina UKS Pusat. 2007. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. Jakarta.
Yuniarti, Deby. 2007. Pengaruh Pendidikan Seks Terhadap Sikap Mengenai seks Pranikah Pada Remaja. Skripsi Universitas Gunadharma.
Zuhrina, Yuli. 2014. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Guru Terhadap Pemberian Informasi Kesehatan Reproduksi Pada Siswa/i Di SMP N 1, 2, dan 3 Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar Tahun 2014. Tesis FKM USU. Medan.
Wahid. 2007. Akibat Kemudahan Remaja Memperoleh Informasi di Kota Banten Tahun 2007. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Wirdhana Indra dkk. Bimbingan dan Pembinaan Keluarga Remaja. Jakarta 2013.
Wirdhana Indra dkk. Komunikasi Efektif Orangtua dengan Remaja. Jakarta 2014.
Wulantika, Surya. 2014. Pendidikan Sejak Usia Dini. Diakses
http://m.kompasiana.com/wicka14/pentingnya-mengenalkan-pendidikan-seks-sejak -dini_54f8417ca3331855e8b48f6
(17)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian dengan metode naratif, yaitu studi yang berfokus pada narasi, cerita, atau deskripsi tentang serangkaian peristiwa terkait dengan pengalaman manusia. studi ini bisa mencakup banyak hal. antara lain Biografi yaitu narasi tentang pengalaman orang lain. Auto-etnografi atau autobiografi yaitu pengalaman yang ditulis sendiri oleh subjek penelitian. Penulis mencoba menjabarkan kondisi kongkrit dari obyek penelitian dan menghubungkan variabel-variabel dan selanjutnya akan menghasilkan obyek penelitian (Suharsimi Arikunto;1997). Jenis penelitian ini dipilih untuk memperoleh gambaran terhadap gambaran pengetahuan dan sikap guru terhadap perilaku seksual remaja di Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal tahun 2016.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kotanopan. Selain itu lokasi tempat penelitian ini tidak jauh dari pusat kota/ akses informasi.
Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut adalah :
1. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang gambaran pengetahuan dan sikap guru terhadap perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal
(18)
32
2. Karena masih terdapatnya perkawinan di bawah umur 20 tahun dan melakukan hubungan seks diluar nikah di SMA Negeri 1 Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal pada April- selesai 2016.
3.3 Pemilihan Informan
Informan dalam penelitian ini adalah guru di SMA Negeri 1 Kotanopan. Informan dipilih berdasarkan kecukupan dan kesesuaian peneliti. Wawancara dilakukan dengan cara mendatangi informan langsung ke tempat penelitian.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh peniliti dengan cara observasi langsung pada tempat penelitian. Data ini bisa berupa pengamatan maupun wawancara kepada perwakilan guru.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait kantor kelurahan dan dinas kesehatan atau yang lainnya. Dalam hal ini peneliti mendapatkan data sekunder dari masyarakat setempat.
(19)
33
3.5 Defenisi Istilah
1. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
2. Sikap adalah merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
3. Guru adalah guru professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
4. Perilaku seksual adalah keterlibatan remaja dalam berbagai perilaku seksual yang membuatnya terjebak pada resiko yang berkaitan dengan aspek social, emosional, maupun kesehatan
5. Remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa remaja
3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif dengan metode matriks berdasarkan data-data yang diperoleh dari wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan.
(20)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kotanopan terletak di Jl. Medan Padang Kelurahan Pasar Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal berdiri sejak tahun 1950. Sekolah ini mulai beraktifitas mengajar sejak tahun 1957 dengan akreditasi nilai yang sangat memuaskan yaitu A.
Sekolah ini berdiri di atas tanah milik Negara. Luas areal seluruhnya 7227m2, semua bangunan merupakan hak milik Negara dengan luas bangunan 1871m2.
a. Sebelah Utara berbatasan dengan SMK N 1 Kotanopan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan kantor kelurahan Pasar Kotanopan c. Sebelah Timur berbatasan dengan SMP N 1 Kotanopan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan kantor Camat Pasar Kotanopan
1. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Kotanopan a. Visi
“ berakhlak berbudaya, disiplin, beriman dan taqwa serta unggul dalam prestasi untuk menyongsong masa depan “
b. Misi
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa berkembang secara obtimal sesuai dengan potensi yag dimiliki
(21)
35
2) Menumbuh kembangkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah
3) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah (stake holder)
4) Meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan perkembangan IPTEK
5) Menumbuhkan penghayatan untuk terlaksananya ajaran agama masing-masing dan aturan serta norma yang berlaku dalam semua aspek kehidupan
6) Meningkatkan prestasi dalam bidang ekstra kurikuler sesuai dengan potensi yang dimiliki
2. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Kotanopan
Dalam proses belajar mengajar SMA Negeri 1 Kotanopan memiliki perlengkapan dan guru-guru yang kompeten dalam bidangnya masing-masing yang berjumlah 40 orang terdiri dari 27 orang PNS DAN 12 ORANG Non-PNS, 1 orang KTU, 2 orang TU dengan jumlah siswa/i 534 orang.
Sarana dan prasarana yang ada seperti :
a. Ruang kepala sekolah 1 ruang
b. Ruang guru 1 ruang
c. Mushalah 1 ruang
(22)
36
e. Ruang perpustakaan 1 ruang
f. Ruang lab biologi 1 ruang
g. Ruang lab komputer 1 ruang
h. Ruang TU 1 ruang
i. Ruang BK/BP 1 ruang
j. Ruang OSIS 1 ruang
k. WC/jamban 2
l. Gudang 1 ruang
4.2 Gambaran Informan 4.2.1 Karakteristik Informan
Karakteristik informan meliputi : umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan/jabatan, dan agama.
No. Nama Umur
(Tahun) Pendidikan
Jenis Kelamin
Pekerjaan/
jabatan Agama
1 Informan 1 32 S1 L Guru Islam
2 Informan 2 48 S1 P Guru Kristen
3 Informan 3 30 S1 P Guru Islam
4 Informan 4 23 S1 P Guru Islam
(23)
37
4.3 Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Guru Terhadap Perilaku Seksual Remaja Di SMA Negeri 1 Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016
4.3.1 Pengetahuan Tentang Perilaku Seksual Remaja
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tentang pengetahuan informan terhdap perilaku seksual remaja adalah :
4.2 Matrix
Distribusi Pengetahuan Informan Tentang Perilaku Seksual Remaja
Informan Pernyataan
Informan 1 Perilaku seksual ya? Perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh lawan jenis yang tidak dalam ikatan pernikahan yang kebiasaan dilakukan anak zaman sekarang yang masih berpacaran sudah ada yang melakukan seks diluar nikah menurut bapak ya gitu
Pendapat saya sendiri yang saya kemukakan
Penting, Karena diberikannya informasi mengenai seks dari dini diharapkan mampu menghindari anak remaja melakukan hal-hal yang salah
Informan 2 Perilaku seksual yang dimaksud ya? Kalau menurut saya adalah Hubungan intim yang dilakukan sepasang manusia dewasa yang berlawanan jenis
Dari Internetlahh
Penting, karena mereka nanti tau mana positif dan negatif bagi mereka
Informan 3 Ya.... perilaku seksual itu menurut saya bercampurnya dua orang yang tidak selayaknya dilakukan
Pendapat sendiri
Menurut saya penting sekali, nanti berguna bagi dirinya sendiri untuk menghindari hal-hal negatif dari ligkungannya
Informan 4 Tingkah laku yang didorong hasrat seksual.
Baik dengan sesama jenis ataupun lawan jenisnya,menurut ibuk demikian
Didapat dari hasil pemikiran saya sendiri
Sangat pentinglahhhh,,, kasihan anak sekarang banyak yang hancur akibat masalah seks, dikarenakan masi tabu bagi orang tua untuk memberikan informasi mengenai seks
Informan 5 Menurut pendapat saya adalah perilaku yang salah, yang tidak selayaknya diperbuat anak remaja
Saya dapat dari banyak membaca
Penting sekali,,, bila diterapkan sejak dini anak akan tau untuk menghindar dari perilaku seks yang salah
(24)
38
Berdasarkan matrix 4.2 di atas menunjukkan bahwa semua informan berpendapat bahwa perilaku seks adalah suatu perilaku menyimpang yang dilakukan lawan jenis atau sejenisnya yang tidak dalam ikatan perkawinan. Pertanyaan mengenai mendapatkan informasi mengenai perilaku seksual, 4 informan menjawab merupakan hasil dari pemikiran sendiri dan 1 informan menjawab mendapatkan informasi perilaku seksual dari internet. Mengenai pentingkah informasi seksual diberikan kepada anak remaja. 5 informan menjawab bahwa sangat penting diberikan kepada anak remaja karena jika diberikan sejak dini nantinya mereka akan tahu mana yang baik bagi mereka dan merugikan bagi dirinya.
4.3.2 Sikap tentang Perilaku Seksual Remaja
Dari hasil wawancara mengenai sikap guru terhadap perilaku seksual remaja, dapat dilihat pada matrix berikut ini :
Matrix 4.3
Distribusi Sikap Terhadap Perilaku Seksual Remaja
Informan Pernyataan
Informan 1 Kalau saya sihhhh, setuju setuju aja karena saya melihat perilaku remaja saat ini di kotanopan sudah lebih luarbiasa daripada di kota-kota besar. Sudah tidak bermoral lagi, dibuatnya program yang diusung BKKBN yaitu GenRe diharapkan dapat menaungi remaja untuk mempersikit ataupun mengurangi dari perilaku seks yang menyimpang pada remaja. Sejauh ini sihhh itu yang diharapkan, karena kasihan kebanyakan remaja sudah banyak yang hancur moral dan etikanya.
Informan 2 Kalau menurut pendapat saya enggak perlu, saya bilang seperti itu karena saya yakin sekolah tidak akan mau membuat satu mata pelajaran yang dikhususkan membahas perilaku menyimpang remaja dengan alasan banyak hallahh,,,,,
Informan 3 Perlu sekali,, kasihan anak remaja sekarang, begitu ketauan ML langsung dinikahkan dan orangtua pun tidak ada yang melapor dan anak remaja jadi putus sekolah, saya harapkan dengan dibuatnya program dari BKKBN bisa merubah perilaku-perilaku seks yang salah pada remaja saati ini,,, agar kehidupannya lebih baik, pendapat saya begitu.
Informan 4 Sangat setujulah, bagus itu dibuat disini bisa mempersikit anak putus dari sekolah Informan 5 Saya yakin tidak akan dilaksanakan, saya bilang seperti itu karena payah lohh iya
memang dibuat tapi kan,,,, hanya sebentar saja kebanyakan guru-guru lebih mementingkan mata pelajaran wajib mereka daripada melaksanakan program seperti itu,,,, nggak tau ya pendapat guru-guru yang lain.
(25)
39
Berdasrkan matrix 4.3 diatas dapat dilihat dari keseluruhan informan, ada 3 informan yang setuju dengan program usulan dari BKKBN dibuat disekolah dan 2 informan mengatakan tidak bisa ataupun tidak yakin bakal dilaksanakan disekolah program GenRe disekolah.
4.3.3 Sosial Budaya terhadap Perilaku Seksual Remaja
Berdasarkan hasil wawancara mengenai perilaku seksual remaja, dapat dilihat pada matrix berikut ini :
Matrix 4.4
Distribusi Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pernikahan Dini
Informan Pernyataan
Informan 1 Kalau dilingkungan sekolah sihhh,, sepengetahuan saya tidak ada, kebanyakan kejadian diluar sekolah tetapi masih menggunakan seragam sekolah
Sebenarnya tidak, dikarenakan para remaja duduk berduaan itu pada saat jam-jam istirahat dan itu diluar sepengetahuan kami para guru.
Sejauh ini tindakan dari sekolah hanya sebatas mengingatkan, dan masih tetap dilakukan
Informan 2 Tidak ada, paling yang ada hanya duduk berduaan dikelas saja itupun saat istrihat
Kalau dibilang hal biasa sihhh kayaknya tidak, tetapi siswa banyak nuri-nyuri kesempatan
Tindakan dari sekolah sihhh sering mengingatkan para siswa agar dikelas pada jam istirahat dikosongkan, kadang pintu sengaja ditutup agar semua siswa diluar semua untuk menghindari para siswa pacaran disekolah Informan 3 Sejauh ini nggak ada sih,,,,,
Tidak juga, kalau setau saya tidak ada yang pacaran disekolah
Dari sekolah hanya selalu memberi arahan agar menjaga nama sekolah agar tidak rusak dengan kelakuan siswanya
Informan 4 Selama saya mengajar disini belum ada yang melakukan demikian, Tidak juga, kan disekolah untuk belajar, mana ada yang pacar-pacaran Kami memberi sanksi bagi yang kedapatan melakukan yang aneh-aneh
disekolah
Informan 5 Belum ada sihhh, karena mungkin waktu untuk melakukan hal-hal yang dilarang tidak memungkinkan, istrihat pun kan terbatas hanya beberapa menit saja, lagianpun kan banyak orang ya nggak mungkinlah mereka melakukan demikian, lainhalnya pas pulang sekolah suasana disekolah kan udah sepi ya kan kalau uda sepi tak ada ketakutan lagi, kemungkinan begitu. Dibilang hal biasa sihhh nggak, seperti yang saya bilang,,, pas selesai belajar yaaa pulang sekolah mencari kesempatan untuk berduaan
(26)
40
Berdasarkan matrix 4.4 diatas terlihat bahwa semua informan menyatakan tidak ada yang ketauan pada saat jam-jam sekolah tetapi diluar sekolah tetapi masi memakai pakean seragam sekolah. Mengenai pertanyaan sudah hal biasakah pacaran disekolah, 5 informan menjawab tidak, kebanyakan remaja sih pacaran pada saat pulang sekolah kalau dilingkugan sekolah sihh bukan hal biasa. Mengenai pertanyaan tindakan dari sekolah, 4 informan mengatan hanya sekedar mengingatkan saja, 1 informan mengatakan tindakan dari sekolah memberi sanksi dari sekolah.
4.3.4 Pengaruh Media Massa terhadap Perilaku Seksual Remaja
Berdasarkan hasil wawancara mengenai pengaruh media massa terhadap perilaku seksual remaja, dapat dilihat pada matrix berikut :
Matrix 4.5
Distribusi Pengaruh Media Massa Terhadap Perilaku Seksual Remaja
Informan Pernyataan
Informan 1 Seringnya sihh saya kurang tau, soalnya kan bukan 24 jam disekolah, mungkin,,,, pas jadwal-jadwal kosong pelajaran dan istirahat saja yang bisa mereka buka media massa
Tidak pernah, tapi pas razia Handphone ada kedapatan siswa yang menyimpan foto-foto yang seharusnya tidak disimpan siswa SMA
Setau saya kebanyakan remaja memperoleh informasi dari internet, remaja saat ini kan uda hampir semua mempunyai Hanphone
Informan 2 Seberapa sering! Nggak tau juga sih Kalau melihat langsung sihh enggak ya,,,
Dari gadget mereka karena dengan menggunakan tekhnologi canggih anak lebih mudah mengakses semua hal-hal yang negatif-negatif gitu Informan 3 Mungkin hanya pada jam-jam mata pelajaran kosong saja ataupun
mungkin pada saat pulang sekolah kan dirumah banyak waktu luang bagi mereka, kebanyakan kulihat anak remaja sekarang tidak lepas dari yang namanya media massa selama 24 jam tidak ada waktu untuk tidak buka media massa, begitulah anak remaja sekarang ini
Tidak pernah nampakkk
Kalau menurut saya dari menonton film karena mereka lebih cepat mendapatkannya karena mudahnya mengakses lewat handphone mereka jadi dapat mempermudah remaja itu mengakses informasi yang salah, ya,,, mungkin membuka video-video pornolah gambar-gambar pornolah
(27)
41
Matrix 4.5 (Lanjutan)
Informan Pernyataan
Informan 4 Saya kurang tau, tapi otomatis pasti seringlah
Selama saya mengajar disini tidak penah melihatnya.
Saya melihat dari kebanyakan remaja memperoleh informasi mengenai seks itu dari menonton film –film sampai pernah dilakukannya razia handphone ternyata kebanyakan remaja cowok yang menyimpan video yang menyimpang
Informan 5 Pas istirahat aja, kalau dirumah beda lagilah ya. Tak pernah nampakk aku
Remaja banyak memperoleh informasi mengenai seks dari gadget, menonton film karena adanya handphone lebih cepat bagi remaja memperoleh ataupun mendapatkan masalah seks yang salah dan menyimpang itu,,,
Berdasarkan matrix 4.5 di atas dapat dilihat semua informan menyatakan bahwa tidak tahu seberapa sering, yang pasti anak remaja selalu menggunakan menggunakan media massa Dari 5 informan, 2 informan menyatakan bahwa kebanyakan remaja mengakses media massa pada jam-jam kosong pekajaran. Mengenai pertanyaan pernah nggak melihat siswa mengakses hal-hal yang menyimpang, dari semua informan mengatakan tidak pernah melihat langsung, dan mengenai pertanyaan dari media mana kebanyakan remaja memperoleh informasi tersebut, 3 informan mengatakan remaja memperoleh informasi dari gadget atau hanphone mereka karena semua remaja rata-rata sudah mempunyai gadget masing-masing sehingga mempermudah mereka mengakses hal yang meyimpang. Dan 2 informan mengatakan kebanyakan anak remaja memperoleh informasi mengenai seks dari menonton film.
4.3.5 Peran Orangtua terhadap Perilaku Seksual Remaja
Berdasarkan hasil wawancara mengenai peran orangtua terhadap perilaku seksual remaja, dapat dilihat pada matrix berikut :
(28)
42
Matrix 4.6
Distribusi Peran Orangtua Terhadap Perilaku Seksual Remaja
Informan Pernyataan
Informan 1 Sejauh ini yang saya perhatikan ya,, jika ada anaknya yang kedapatan melakukan hubungan intim itu langsung dinikahkan karena merupakan aib bagi keluarga dan setelah itu tidak ada konfirmasi kesekolah mengenai kejadian yang dialami anaknya, sebagai murid disekolah ini seharusnya ataupun setidaknya kan... ada pelaporan kesekolah, ya memang orangtua manapun pasti malu dengan kejadian anaknya begituuu,,,,,
Dibilang mendukung yaaaa nggak cuman yang saya lihat orangtua mending milih diam ajaaaa
Tidak ada,,,
Informan 2 Tidak ada,,, jika terjadi yaaa terjadilahhhhh
Yaaaa,,, mungkinnn soalnya seperti yang salah bilang kalau terjadi ya terjadilahhh
Sama sekali nggak adaaa tuh
Informan 3 Mungkin sekedar mengingatkan aja,,,,,,cuman karena malu yaaa orangtua siswa memilih diam ajaaaa
Yaaaa orangtua mana yang mau anaknya hancur,,, nggak mungkinlah mendukung
Tidak adalahhhh,,, kan orangtua pasti malu dengan perilaku anaknya
Informan 4 Peran orangtua sihhh masih hanya mengingatkan anaknya sajaaa kalau anak sudah keluar dari rumah otomatis sudah diluar pengawasan anaknya terutama kesekolahhh,,, nanti pulang sekolah yang alasan kerja kelompoklah kerumah kawan ehhh,,, ternyata ya kan kedapatan pacaran ditengah sawahhh,,memang anak zaman sekarang naudzubillah .
Nggak mungkinlah mendukung dengan perilaku tidak bermoral gituuuuu
Setiap ada kejadian kayak gitu, kayaknya tidak ada.
Informan 5 Sebagian orangtua memperketat pengawasan anaknya bagi orangtua yang cuek ya biarkan saja yang penting anakku laku,,, ada gituuu pendapat orang tuaaa,,, yang kayak gitu pendapat orang tua zaman baholak dulu ituuu,,,hehhheee
Mana mungkin didukung,,,,kalau mendukung pasti orangtuanya uda lain ituuuu hahhaaa
Belum ada sihhh...
Berdasarkan matrix 4.6 diatas dapat dilihat 2 informan mengatakan peran orangtua menanggapi permasalahan anak remaja adalah hanya sekedar mengingatkan saja, 2 informan mengatakn tidak ada yang dilakukan orangtua hanya membiarkan
(29)
43
saja, dan 1 informan mengatakan bahwa sebagian orangtua memperketat pengawasan pada anaknya. Mengenai pertanyaan apakah orangtua remaja mendukung sikap remaja saat ini, dari semua informan mengatakan orangtua tidak mendukung dengan sikap anak zaman sekarang. Dan mengenai pertanyaan ada tidaknya orangtua melapor kesekolah mengenai sikap remaja saat ini, dan semua informan mengatakan tidak ada orangtua yang datang kesekolah untuk melapor bahwa anaknya nggak sekolah lagi setelah kejadian yang dilakukan remaja.
4.3.6 Peran Guru terhadap Perilaku Seksual Remaja
Berdasarkan hasil wawancara mengenai peran guru terhadap perilaku seksual remaja, dapat dilihat pada matrix berikut :
Matrix 4.7
Distribusi Peran Guru Terhadap Perilaku Seksual Remaja
Informan Pernyataan
Informan 1 Ya,,, mendidik anak didik kearah yang lebih baik menurut saya yang penting saat ini, dengan melakukan atau memberikan ekskul yang banyak sehingga mereka tidak ada waktu untuk mengakses hal-hal yang tidak bagus
Saat ini kalau materi khususnya sih tidak ada, kayak kemaren ada pertemuan dibuat di sini, orangtua murid diundang untuk membahas mengenai kenakalan remaja dan sanksinya jika dilanggar
Informan 2 Kalau menurut saya sih,,, meningkatkan kegiatan yang bermanfaat, membangun mentalnya juga dan yang paling penting meningkatkan pelajaran agamanya
Hmmmmm,,,, materi khusus ya? Setau saya nggak ada sihhh tapi kalau ngingatin ada, pada saat upacara hanya sekilas saja
Informan 3 Hmmmm apa ya.... memberikan penyuluhan mungkin juga bisa untuk mengatasi perilaku seksual
Kalau materi khusus,,, nggak ada sih nak
Informan 4 Kalau menurut saya untuk mengatasinya adalah lebih memberikan informasi mengenai apa dampak dan positifnya dari perilaku seks tersebut dan lebih memberi arahan mendekatkan diri kepada tuhan YME Informan 5 Menjelaskan kepada siswanya dampak positif dan negatifnya,
kemungkinan mereka akan menyaring diotaknya mana yang bermanfaat untuk mereka sih kan uda remaja udah dibilang menuju dewasa
(30)
44
Berdasarkan matrix 4.7 diatas menunjukkan bahwa 2 informan mengatakan menjelaskan dampak positif negatifnya kepada siswa, dan 1 informan mengatakan memberikan ekskul kepada remaja agar memperkecil waktu remaja untuk melakukan hal-hal yang tidak baik bagi dirinya, 1 informan mengatakan meningkatkan pelajaran agamanya, 1 informan lagi mengatakan dengan memberikan penyuluhan disekolah kepada siswanya. Mengenai pertanyaan ada tidak materi khusus yang membahas perilaku seks menyimpang remaja saat ini, 3 informan mengatakan tidak ada materi khusus, dan 2informan mengatakan hanya mengingatkan saja pada saat upacara dan pada disaat di adakannya pertemuan orangtua disekolah dibuat membahas mengenai perilaku seks menyimpang remaja saat ini yang semakin memprihatikan.
(31)
BAB V PEMBAHASAN
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam keberhasilan suatu pendidikan. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimana lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan dan bagaimana kuatnya antusias peserta didik, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru, maka semuanya akan kurang bermakna. Pengetahuan guru terhadap perilaku seksual remaja tidak selalu objektif. Di dalam realitasnya, masih terdapat guru yang merasa bahwa tidak tepat atau merasa itu bukan tanggungjawabnya untuk memberikan informasi terkait dengan perilaku seksual remaja. Hal ini dikarenakan guru hanya memberikan materi pelajaran yang memang sudah menjadi peraturan dalam kurikulum.
Banyaknya kasus remaja seperti seks pra nikah, hamil di luar nikah, dan kenakalan seksual lainnya ini sangat menngkat dalam setiap tahunnya. Baik di ota besar bahkan sampai ke pelosok desa ini sudah menjadi trendyang dianggap tidak tabu atau menjadi hal yang biasa. Berkaitan dengan hal ini maka akan banyak element yang berhubungan dengan remaja tersebut antara lain, orang tua, guru, pendidikan, lingkungan, teknologi dan lain sebagainya.
Guna meningkatkan pemahaman yang baik dan bear maka dunia pendidikan yang cukup mempunyai peranan penting dan gurulah yang menjadi panduannya. Oleh karena itu, bagaimana pandangan guru menghadapi fenomena yang kini terjadi pada remaja khususnya siswa/siswi, bagaimana guru mengartikan bahwa penting untuk membekali diri bagi anak didiknya.
(32)
46
5.1 Karakteristik Informan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa informan yang terpilih sudah sesuai dengan azas kesesuaian, yang mana sampel yang dipilih dalam penelitian ini yaitu informan yang memiliki peranan dalam pemberian informasi mengenai pendidikan seks remaja dan berkaitan dengan topik penelitian.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dilihat karakteristik informan berdasarkan umur yaitu 1 informan berusia 32 tahun, 1 informan berusia 48 tahun, 1 informan berusia 30 tahun, 1 informan berusia 24 tahun, 1 informan berusia 27 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa guru di SMA Negeri 1 Kotanopan bervariasi dalam hal umur.
Karakteristik informan berdasarkan jenis kelamin informan perempuan lebih terbuka dari pada laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari rangkaian jawaban yang diberikan pada saat wawancara. Informan perempuan lebih menerima dan memberikan jawaban-jawaban yang jelas, sedangkan informan laki-laki sedikit tertutup dengan jawaba-jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Dilihat dari pendidikan terakhir informan diketahui bahwa semua informan menamatkan S1. Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi gambaran pengetahuan dan sikap terhadap perilaku seksual remaja.
5.2 Pengetahuan Informan tentang Perilaku Seksual Remaja
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan 5 informan dapat diketahui bahwa pengertian informan tentang perilaku seksual memiliki arti yang sama. Informan mengartikan bahwa perilaku seksual adalah perilaku yang di dorong hasrat seksual, seperti yang di ungkapkan informan berikut :
(33)
47
“Tingkah laku yang didorong hasrat seksual.Baik dengan sesama jenis ataupun lawan jenisnya,menurut ibuk demikian”
Informan lain mengatakan :
“Perilaku seksual ya? Perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh lawan jenis yang tidak dalam ikatan pernikahan yang kebiasaan dilakukan anak zaman sekarang yang masih berpacaran sudah ada
yang melakukan seks diluar nikah menurut bapak ya gitu”
Sarlito (2006) mengatakan bahwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini beraneka ragam mulai dari perasaan tertarik hingga kencan, bercumbu, dan bersenggama.
Wimpie Pangkahila (2001) berpendapat, perilaku seksual adalah suatu bentuk keinginan seseorang yang mengarah pada hubungan seksual. Dorongan seksual mulai muncul pada masa remaja karena pengaruh hormon seks, khususnya hormon testoterone.
Perilaku seksual merupakan tingkah laku yang didorong oleh keinginan atau hasrat seksual yang muncul dalam dirinya yang diwujudkan dengan melakukan aktifitas yang mengacu adrenalin kearah seksual dengan menggunakan bagian alat tubuh untuk memuaskan hasrat seksualnya atau dengan berfantasi untuk memenuhi kebutuhan seksualnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru mengartikan perilaku seksual berdasarkan pengalaman, pemahaman yang mereka dapatkan baik dari literatur maupun pelatihan yang diberikan, yang mana perilaku seksual adalah perilaku yang menyimpang yang seharusnya diberikan kepada remaja di sela-sela materi pelajaran berupa arahan, ajaan, didikan, pemberian informasi-informasi tentang
(34)
48
perubahan yang terjadi secara biologis dalam diri remaja, hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dampak dari perbuatan yang tidak baik dan memotivasi remaja untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat guna meningkatkan potensi diri bagi remaja. luarga remaja bersangkutan.
5.3 Sikap tentang Perilaku Seksual Remaja
Dari hasil wawancara dengan informan dapat dilihat bahwa sebagian informan setuju dengan program yang dibuat oleh BKKBN dan ada juga informan yang tidak setuju dengan program yang dibuat oleh BKKBN dengan alasan tidak yakin bakalan dijalankan disekolah dan dapat berhasil memperbaiki sikap remaja saat ini. Seperti yang disampaikan informan berikut :
“Kalau saya sihhhh, setuju setuju aja karena saya melihat perilaku remaja saat ini di kotanopan sudah lebih luarbiasa daripada di kota-kota besar. Sudah tidak bermoral lagi, dibuatnya program yang diusung BKKBN yaitu GenRe diharapkan dapat menaungi remaja untuk mempersikit ataupun mengurangi dari perilaku seks yang menyimpang pada remaja. Sejauh ini sihhh itu yang diharapkan, karena kasihan kebanyakan remaja sudah banyak yang hancur moral
dan etikanya”
Informan lain yang tidak yakin akan program BKKBN adalah :
“Saya yakin tidak akan dilaksanakan, saya bilang seperti itu karena payah lohh iya memang dibuat tapi kan,,,, hanya sebentar saja kebanyakan guru-guru lebih mementingkan mata pelajaran wajib mereka daripada melaksanakan program seperti itu,,,, nggak tau ya pendapat guru-guru yang lain”
Generasi berencana adalah sebuah program Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang dilakukan untuk menekankan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. Program ini diperkenalkan oleh kepala BKKBN Pusat Dr. Sugiri Syarief. MPA sejak pertengahan tahun 2009 yaitu pada
(35)
49
berbagai media dan dalam berbagai kesempatan kampanye KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja). Tujuan BKKBN yaitu Remaja usia (10-24 tahun) belum menikah, mahasiswa/mahasiswi yang belum menikah, keluarga yang memiliki anak remaja sebagai sasaran utama dari Program Genre harus masuk dan terlibat langsung dan memahami pentingnya akan tujuan dari program keluarga Berencana.
5.4 Sosial Budaya terhadap Perilaku Seksual Remaja
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan dapat dilihat bahwa tidak ada yang ketauan pada saat jam-jam sekolah tetapi diluar sekolah masi memakai pakean seragam sekolah. Sebagian besar informan kebanyakan remaja sih pacaran pada saat pulang sekolah kalau dilingkugan sekolah sihh bukan hal biasa. Seperti yang diungkapkan oleh informan yang berikut ini :
“Kalau dilingkungan sekolah sihhh,,,, sepengetahuan saya tidak ada, kebanyakan kejadian diluar sekolah tetapi masih menggunakan
seragam sekolah”
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan berikut :
“Belum ada sihhh, karena mungkin waktu untuk melakukan
hal-hal yang dilarang tidak memungkinkan, istrihat pun kan terbatas hanya beberapa menit saja, lagianpun kan banyak orang ya nggak mungkinlah mereka melakukan demikian, lainhalnya pas pulang sekolah suasana disekolah kan udah sepi ya kan kalau uda sepi tak ada
ketakutan lagi, kemungkinan begitu”
Untuk pertanyan mengenai sudah menjadi hal biasakah pacaran dilingkungan sekolah :
(36)
50
“Sebenarnya tidak, dikarenakan para remaja duduk berduaan itu
pada saat jam-jam istirahat dan itu diluar sepengetahuan kami para guru”
Menurut konsep budaya Lainingen (1978-1984) dalam Naibaho (2012), karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Budaya adalah pengalaman yang bersifat univerbal sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis
2. Budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan. 3. Budaya diisi dengan tentukan oleh kehidupan manusia sendiri tanpa disadari.
Menurut pandangan antropologi tradisional, budaya dibagi menjadi dua yaitu :
1. Budaya Material
Budaya material dapat berupa objek, seperti makanan, pakaian, seni, benda-benda kepercayaan.
2. Budaya Non Material
Mencakup kepercayaan, pengetahuan, nilai, norma, dan sebagainya. a. Kepercayaan
Menurut Rousseau kepercayaan adalah bagian psikologis terdiri dari keadaan pasrah untuk menerima kekurangan berdasarkan harapan positif dari niat atau perilaku orang lain. Sedangkan menurut Robinson kepercayaan adalah harapan seseorang, asumsi-asumsi atau keyakinan akan kemungkinan tindakan seseorang akan bermanfaat, menguntungkan atau setidaknya tidak mengurangi keuntungan lainnya (Koentjaraningrat, 2006).
(37)
51
b. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indra manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).
c. Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. d. Nilai adalah merupakan suatu hal yang nyata yang dianggap baik dan apa
yang dianggap buruk, indah atau tidak indah, dan benar atau salah. Kimball Young mengemukakan nilai adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadaritentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.
e. Norma
Norma adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Emil Durkheim mengatakan bahwa norma adalah sesuatu yang berada di luar Individu, membatasi mereka dan mengendalikan tingkah laku mereka.
(38)
52
Menurut Enda (2010), sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan. Sedangkan menurut Daryanto (1998) yang dikutip Naibaho (2012), sosial merupakan sesuatu yang menyangkut aspek hidup masyarakat.
Menurut Taylor (1989), budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diaturkan atau diajarkan manusia kepada generasi berikutnya. Sedangkan menurut Sir Eduarel Baylor (1871) dalam Andrew dan Boyle (1995), budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan, kepercayaan seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota komunikasi setempat.
5.5 Pengaruh Media Massa terhadap Perilaku Seksual Remaja
Dari hasil wawancara dengan informan berkaitan dengan pemanfaatan sumber informasi media massa dapat dilihat bahwa semua informan memanfaatkan media elektronik seperti Handphone sebagai sumber informasi yang paling sering digunakan dan juga menonton film-film , kurang dimanfaatkan seperti majalah sebagai sumber informasi dikarenakan tidak tersedianya. Kebanyakan informan mengatakan bahwa anak remaja mendapatkan informasi mengenai seks dari hanphone mereka (gadget). Seperti yang dinyatakan oleh informan berikut :
“Remaja banyak memperoleh informasi mengenai seks dari gadget, menonton film karena adanya handphone lebih cepat bagi remaja memperoleh ataupun mendapatkan masalah seks yang salah dan menyimpang itu,,,”
(39)
53
Hal sama juga dikatakan oleh informan lain :
“Kalau menurut saya dari menonton film karena mereka lebih cepat mendapatkannya karena mudahnya mengakses lewat handphone mereka jadi dapat mempermudah remaja itu mengakses informasi yang salah, ya,,, mungkin membuka video-video pornolah gambar-gambar pornolah”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, media adalah alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Media informasi adalah sarana yang digunakan untuk memberikan informasi peristiwa-peristiwa yang terjadi kepada masyarakat umum secara cepat.
Semua informan memanfaatkan menonton film sebagai sumber informasi yang menyimpang. Informan mengatakan bahwa kebanyakan remaja mengakses informasi seks dari menonton film. Hal ini menyebabkan banyak remaja melakukan perilaku menyimpang yang tidak seharusnya mereka lakukan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Wahid (2007) bahwa kemudahan sesorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru juga. Yang artinya kemudahan remaja untuk memperoleh informasi akan mempercepat remaja mendapatkan pengetahuan yang dan informasi yang baru.
5.6 Peran Orangtua terhadap Perilaku Seksual Remaja
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan mengenai peran orangtua terhadap perilaku seksual remaja, informan mengatakan bahwa orangtua kebanyakan membiarkan anaknya dan tidak peduli dan tidak mau tahu, ada juga orangtua yang hanya sekedar mengingatkan saja, seperti yang dinyatakan oleh informan berikut ini :
(40)
54
“Tidak ada,,, jika terjadi yaaa terjadilahhhhh”
Namun ada juga informan yang memperketat pengawasan kepada anaknya,, seperti yang diungkapkan informan berikut ini :
“Sebagian orangtua memperketat pengawasan anaknya bagi orangtua yang cuek ya biarkan saja yang penting anakku laku,,, ada gituuu pendapat orang tuaaa,,, yang kayak gitu pendapat orang tua zaman baholak dulu ituuu,,,hehhheee”
Menurut Arifin bahwa yang dimaksud dengan orangtua adalah orang yang menjadi pendidik dan membina yang berada dilingkungan keluarga. Sedangkan menurut Zakiah Derajat orangtua harus dapat memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Justru pendidikan yang diterima dari orangtua yang akan menjadi dasar dari pembinaan kepribadian anak. Dengan kata lain orangtua jangan sampai membiarkan pertumbuhan anaknya berjalan tanpa bimbingan, atau diserahkan kepada guru-guru di sekolah saja. Ini kekeliruan banyak terjadi di masyarakat kita. Partisipasi orangtua dalam pendidikan anak sangatlah penting. Karena pendidikan anak tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga dilakukan di pusat-pusat pendidikan yang salah satunya di lakukan di lingkungan rumah tangga. Lebih jauh Firman Abdullah menegaskan bahwa orangtua berkewajiban mendidik anak sebagai salah satu bentuk dari pertanggung jawaban orangtua kepada Allah yang telah memberikan amanah kepadanya.
Menurut Moh Shochib, upaya-upaya orangtua dalam meningkatkan disiplin anak adalah :
1. Keteladanan diri
Orangtua yang menjadi teladan bagi anak adalah yang pada saat bertemu atau tidak bersama anak senantiasa berperilaku yang taat terhadap
(41)
nilai-55
nilai moral. Keteladanan orangtua tidak mesti berupa ungkapan kalimat-kalimat, namun perlu juga contoh dari orang tua.
2. Kebersamaan Orangtua dengan Anak-anak dalam Merealisasikan Nilai-nilai Moral
Dalam menciptakan kebersamaan dengan anak-anak dalam merealisasikan nilai-nilai moral adalah dengan menciptakan aturan-aturan bersama oleh anggota keluarga untuk ditaati bersama.
3. Memberi tugas dan tanggungjawab
Pertama-tama harus disesuaikan dengan kemampuan anak, selanjutnya perlu diusahakan adanya penjelasan-penjelasan sebelum anak melaksanakan tugas. Pada waktu menjalankan tugas bila perlu diberikan bimbingan dan penyuluhan secara khusus, dalam hal ini orangtua tidak bertindak sebagai tutor, yaitu pembimbing perseorangan atau kelompok kecil dan akhirnya anak disuruh melaporkan hasilnya.
4. Kemampuan orangtua untuk menghayati dunia anak
Anak akan dapat memahami bahwa bantuan orang tua akan bermakna bagi dirinya untuk memiliki dan mengembangkan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku jika orangtua berangkat dari dunianya, artinya orangtua perlu menyadari bahwa anaknya tidak bisa dipandang sama dengan dirinya.
5. Kontrol orangtua terhadap perilaku anak
Orangtua harus senantiasa berperilaku yang taat moral dengan disadari bahwa perilaku yang dikontrolkan kepada anaknya telah diterapkan dalam kehidupan.
(42)
56
5.7 Peran Guru terhadap Perilaku Seksual Remaja
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan mengenai peran Guru terhadap perilaku seksual remaja, informan mengatakan bahwa peran mereka adalah sejauh ini mendidik anak didik lebih baik dan Menjelaskan kepada siswanya dampak positif dan negatifnya. Seperti yang dinyatakan informan berikut ini :
“Ya,,, mendidik anak didik kearah yang lebih baik menurut saya yang penting saat ini, dengan melakukan atau memberikan ekskul yang banyak sehingga mereka tidak ada waktu untuk mengakses hal-hal yang
tidak bagus”
Informan lain juga mengatakan demikian :
“Menjelaskan kepada siswanya dampak positif dan negatifnya, kemungkinan mereka akan menyaring diotaknya mana yang bermanfaat untuk mereka sih kan uda remaja udah dibilang menuju
dewasa”
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (UU RI nomor 14 tahun 2005).
Dari hasil yang diungkapkan diatas, jelaslah bahwa mendidik anak didik kearah yang lebih baik dan memberikan arahan agar selalu dekat dengan tuhan. Hal ini agar sejalan dengan profesi guru sebenarnya yaitu mengarahkan siswa/i kepada yang lebih baik. Dan meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak. Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan
(43)
57
sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri (Tim Pembina UKS Pusat, 2007).
Oleh karena itu diharapkan kepada pihak sekolah SMA Negeri 1 Kotanopan untuk memberikan informasi dampak positif negatifnya mengenai perilaku seksual remaja dan benar-benar disampaikan kepada anak didik secara menyeluruh, dan gurulah yang menjadi fasilitator dalam menyampaikan pembahasan tentang hal tersebut.
(44)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Karakteristik dari 5 informan dapat diketahui bahwa umur informan bervariasi antara 23-48 tahun, 4 orang diantaranya perempuan dan 1 orang laki-laki dengan latar pendidikan yang sama.
2. Faktor dominan terhadap perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal yaitu awalnya ingin mencoba-coba karena sudah terpengaruh dengan media massa yang salah dan juga lingkungan yang salah.
3. Faktor yang juga mempengaruhi perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal yaitu kurangnya perhatian orangtua terhadap anak remajanya dan juga pengawasan yang kurang sehingga banyak anak remaja yang terjerumus.
4. Rendahnya pengetahuan remaja terhadap seks, dan dampaknya sangat mempengaruhi perilaku seksual yang menyimpang di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal. Dan kurangnya informasi mengenai dampak positif dan negatifnya perilaku seksual bagi remaja.
(45)
59
6.2 Saran Saran:
1. Kepada sekolah SMA Negeri 1 Kotanopan meningkatkan program di sekolah sehingga pengetahuan siswa/i mengenai perilaku seksualmenyimpang, dan dapat lebih baik dengan cara memiliki satu materi khusus yang membahas perilaku seksual yang negatif dan positif bagi remaja.
2. Bagi orangtua agar dapat menjalin komunikasi yang baik dengan anak. 3. Untuk Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan untuk membentuk satu
lembaga khusus yang menanggungjawabi tentang kesehatanremaja dan memberikan pelatihan bersertifikat tentang kesehatan remaja terkait perilaku seks yang menyimpang dikalangan remaja.
(46)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Kesehatan
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Perilaku manusia meupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasannya perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap tentang kesehatannya serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.
Menurut L.W. Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor), adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga variasi demografi seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.
(47)
11
2. Faktor- faktor pemungkin (Enabling factors), adalah faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, yang termasuk di dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan sebagainya.
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
Perilaku dapat dibatasi sebagian jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya) (Notoatmodjo, 1999). Untuk memberikan respon terhadap situasi diluar objek tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan).
Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu : 1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan
rangsangan.
2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup didalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.
(48)
12
2.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan: 1) Tahu (know), tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yag spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima; 2) Memahami (comprehension), memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya materi tersebut secara benar; 3) Aplikasi (application), aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya; 4) Analisis (analysis), analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain; 5) Sintesis (synthesis), sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru; dan 6) Evaluasi (evaluation), evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (notoatmodjo, 2012).
(49)
13
2.1.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Notoatmodjo (2012), sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
1. Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek);
2. Merespon (responding),memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap;
3. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap ketiga;
4. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Menurut Sarwono (1998), sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak terhadap hal-hal tertentu. Sikap ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Menurut Sarwono (1998), sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif, komponen afektif dam komponen konatif.
1. Komponen kognitif
Komponen kognitif berupa apa yang dipercayai oleh subjek pemilik sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang
(50)
14
telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang telah kita lihat itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan itu terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dan apa yang tidak diharapkannya dari objek tertentu. Pengalaman pribadi, apa yang diceritakan orang lain, dan kebutuhan emosional kita sendiri merupakan determinan utama dalam terbentuknya kepercayaan.
2. Komponen afektif
Komponen afektif merupakan komponen perasaan yang menyangkut aspek emosional. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Reaksi emosional ditentukan oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar bagi objek.
3. Komponen konatif
Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh subjek. Kepercayaan dan perasaan memengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana orang akan berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.
Kecenderungan berperilaku secara konsisten selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini akan membentuk sikap individual. Kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung
(51)
15
saja, akan tetapi meliputi bentuk-bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan seseorang.
Metode pengukuran sikap yang dianggap dapat diandalkan dan dapat memberikan penafsiran terhadap sikap manusia terhadap sikap manusia adalah pengukuran melalui skala sikap (attitude scala). Suatu skala sikap tidak lain daripada kumpulan pernyataan-pernyataan sikap. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang diukur. Suatu pernyataan sikap dapat berisi hal-hal positif mengenai objek sikap, yaitu berisi pernyataan yang mendukung atau yang memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut pernyataan yang favorable. Sebaliknyasuatu pernyataan sikap dapat pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap. Hal negatif dalam peenyataan sikap ini sifatnya tidak memihak atau tidak mendukung terhadap objek sikap dan karenanya disebut dengan pernyataan yang unfavorable (Notoatmodjo, 2012).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk melihat dan mengukur sikap seseorang, yaitu (Notoatmodjo, 2012) :
a. Metode Wawancara Langsung
Metode wawancara langsung untuk mengetahui bagaimana perasaan seseorang terhadap objek psikologis yang dipilihnya, maka prosedur yang termudah adalah dengan menanyakan secara langsung pada orang tersebut. b. Observasi Langsung
Pendekatan observasi langsung adalah dengan mengobservasi secara langsung tingkah laku individu terhadap objek psikologisnya.
(52)
16
Pendekatan ini terbatas penggunannya, karena tergantung individu yang diobservasi. Dengan kata lain, bertambahnya faktor yang diobservasi, maka maki sukar dan makin kurang objektif terhadap tingkah laku yang dilakukan.
c. Pernyataan Skala
Skala yang digunakan dalam mengukur sikap ini dapat membuktikan pencapaian suatu ketetapan derajat efek yang diasosiasikan dengan objek psikologis. Oleh karena itu, skala ini dikombinasikan dan atau dikonstruksikan, yang akhirnya menghasilkan sejumlah butir yang distandarsiasikan dalam tes psikologis. Butir-butir yang membentuk skala sikap ini disebut “statement” yang dapat didefenisikan sebagai pernyataan yang menyangkut objek psikologi. Skala sikap bertujuan untuk menentukan perasaan seseorang. Salah satu cara untuk mengukur sikap adalah dengan menggunakan metode skala Likert.
2.2 Guru
2.2.1 Pengertian
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam keberhasilan suatu pendidikan. Hal ini memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagi subjek dan objek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan dan bagaimana kuatnya antusias peserta didik, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru, maka semuanya akan kurang bermakna.
(53)
17
Menurut Undang-undang RI nomor 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik professional dengan tugasutama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Tugas- tugas professional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak. Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaiknya-baiknya. Tugas- tugas manusiawi itu adalah transformasi diri,identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri (Tim Pembina UKS Pusat,2007)
WF Connell, 1972 (dalam Tim UKS Pusat, 2007) membedakan tujuh peran seorang guru yang dapat dijalankan setiap hati, yaitu :
1. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas member bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarkat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan
(54)
18
spritiual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut sebagai pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggungjawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
2. Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma- norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan Negara. Karena nilai-nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai pancasila.
3. Peran guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar.setiap guru harus memberi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman lain diluar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi, spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah laku social anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut diatas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
4. Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan supaya pengetahuan dan
(55)
19
keterampilan yang dimilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasainya tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas professional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
5. Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan incidental.
6. Peran guru sebagai komunikator pengembangan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan disegala bidang yang sedang dilakukan. Guru dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang yang dikuasainya.
7. Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
(56)
20
2.3 Perilaku Seksual
Menurut Sarwono (2005), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dari lawan jenisnya maupun dengan sesama jenisnya. Seperti yang kita ketahui umumnya remaja laki-laki lebih mendominasi dalam melakukan tindak perilaku seksual bila dibandingkan dengan remaja perempuan. Hal ini di karenakan banyaknya faktor yang membuat remaja laki-laki untuk menyalurkan hasrat seksualitasnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa Negara maju menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih banyak melakukan hubungan seksual pada usia lebih muda bila dibandingkan dengan remaja perempuan.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yang terjadi pada remaja, antara lain :
1. Faktor Internal
a. Tingkat perkembangan seksual (fisik/psikologis)
Dimana perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13 tahun.
b. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi
Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya.
(57)
21
c. Motivasi
Perilaku yang pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi untuk memperoleh tujuan tertentu. Perilaku seksual seseorang memiliki tujuan untuk memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan perlindungan, atau untuk memperoleh uang misalnya pekerja seks seksual (PSK).
2. Faktor Eksternal a. Keluarga
Kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dapat memperkuat munculnya perilaku menyimpang pada remaja. b. Pergaulan
Pada masa pubertas, perilaku seksual pada remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya dimana pengaruh dari teman sebaya sebagai pemicu terbesar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lainnya.
c. Media massa
Kemajuan teknologi mengakibatkan maraknya timbul berbagai macam media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan yang paling dicari olehremaja adalah internet. Dari internet, remaja dapat dengan mudah mengakses informasi yang tidak dibatasi umur, tempat dan waktu. Informasi yang diperoleh biasanya akan diterapkan dalam kehidupan kesehariannya. Banyaknya perilaku seksual yang terjadi muncul karena adanya dorongan seksual atau
(1)
5. Drs. Alam Bakti Keloko selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk, saran dan support yang tiada terhingga kepada penulis skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Eddy Syahrial, MS selaku dosen Penguji II telah banyak memberikan
masukan selama skripsi.
7. Heldy B.Z, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik
8. Seluruh Dosen FKM USU yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama mengerjakan skripsi.
9. Annagian Siregar, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Kotanopan dan seluruh staf pegawai SMA Negeri 1 Kotanopan.
10.Teristimewa kepada Orangtua saya Ibunda Misbah Lubis yang sangat saya cintai dan selalu mendoakan agar diberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi ini serta Abang saya Syahruddin Cholik Nst, Abdul Rahman Nst dan Kakak saya Syah Syahmiwani Nst, Syahreni Sulasty Nst dan Adik saya Syahrul Ardiansyah Nst yang telah banyak memberikan motivasi dan masukan selama penyusunan skripsi ini. 11.Kepada abanganda Syafrizal yang telah menemani dan memberikan
dukungan selama ini.
12.Pak Warsito selaku staf administrasi Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
(2)
vi
13.Kepada adik-adikku tersayang Syafriana Sitorus, Asra Husna, Indah Purnama Sari, Lisa Suryani Winangun, Rani Ulfa yang telah menemani dan memberikan dukungan selama ini.
14.Seluruh teman-teman FKM USU khususnya Indah Arum Sari, Yunita Putri yang telah banyak memberikan dukungan selama mengerjakan skripsi ini.
15.Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2016
Penulis, Syahleni Maya Sari
(3)
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Daftar Riwayat Hidup ... iii
Kata Pengantar... iv
Daftar Isi ... vii
Daftar Gambar ... ix
Daftar Matrix ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.3.1 Tujuan Umum ... 8
1.3.2 Tujuan Khusus... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Perilaku Kesehatan ... 10
2.1.1 Pengetahuan ... 12
2.1.2 Sikap ... 13
2.2 Pengertian Guru ... 16
2.3 Perilaku Seksual ... 20
2.4 Remaja... 23
2.4.1 Pengertian Remaja ... 23
2.4.2 Ciri-ciri Remaja ... 24
2.4.3 Klasifikasi Remaja ... 26
2.4.4 Tugas dan Perkembangan Seks Remaja ... 27
2.4.5 Perilaku Seksual Remaja ... 28
2.4.6 Tempat Remaja Berdiskusi Masalah Seks ... 28
2.5 Kerangka Berfikir... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
3.1 Jenis Penelitian ... 31
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 31
3.2.2 Waktu Penelitian... 32
3.3 Pemilihan Informan ... 32
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 32
3.4.1 Data Primer ... 32
3.4.2 Data Sekunder... 32
(4)
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN .. ... 34
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 34
4.2 Gambaran Informan ... 36
4.2.1 Karakteristik Informan ... 36
4.3 Gambaran Pengetahuan dan Sikap Guru Terhadap Perilaku Seksual Remaja Di SMA Negeri 1 Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.. ... 37
4.3.1 Pengetahuan Tentang Perilaku Seksual Remaja ... 37
4.3.2 Sikap Tentang Perilaku Seksual Remaja ... 38
4.3.3 Sosial Budaya terhadap Perilaku Seksual Remaja ... 39
4.3.4 Pengaruh Media Massa Terhadap Perilaku Seksual Remaja ... 40
4.3.5 Peran Orang tua terhadap Perilaku Seksual Remaja ... 41
4.3.6 Peran Guru Terhadap Perilaku Seksual Remaja ... 43
BAB V PEMBAHASAN ... 45
5.1 Karakteristik Informan ... 46
5.2 Pengetahuan Tentang Perilaku Seksual Remaja ... 46
5.3 Sikap tentang Perilaku Seksual Remaja ... 48
5.4 Sosial Budaya terhadap Perilaku Seksual Remaja ... 49
5.5 Pengaruh Media Massa Terhadap Perilaku Seksual Remaja ... 52
5.6 Peran Orangtua Terhadap Perilaku Seksual Remaja ... 53
5.7 Peran Guru Terhadap Perilaku Seksual Remaja ... 56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 58
6.1 Kesimpulan ... 58
6.2 Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Wawancara Lampiran 2 : Transkip Wawancara Lampiran 3 : Surat Survei Awal
Lampiran 4 : Surat Izin Riset / Wawancara di SMA Negeri 1 Kotanopan Lampiran 5 : Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian di SMA Negeri 1 Kotanopan
(5)
DAFTAR GAMBAR
(6)
x
DAFTAR MATRIX
Matrix 4.1 Distribusi Karakteristik Informan ... 36 Matrix 4.2 Distribusi Pengetahuan Informan Terhadap Perilaku Seksual
Remaja... 37 Matrix 4.3 DistribusiSikap InformanTerhadapPerilakuSeksualRemaja ... 38 Matrix 4.4 Distribusi Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Perilaku Seksual
Remaja... 39 Matrix 4.5 Distribusi Pengaruh Sumber Media Massa Terhadap Perilaku
Seksual Remaja ... 40 Matrix 4.6 Distribusi Pengaruh Peran Orangtua Terhadap Perilaku Seksual Remaja... 42 Matrix 4.7 Distribusi Pengaruh Peran Guru Terhadap Perilaku Seksual