BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulan rawan dan umumnya disebabkan adanya trauma ataupun rudapaksa.Berdasarkan
data di Indonesia penyebab trauma paling banyak adalah kecelakaan lalulintas . Hampir ± 12 ribu orang setiap tahun meninggal dunia akibat
kecelakaan lalulintas Salter,1994 ; Rasjad ,
2003 . Data di RSUP H . Adam Malik Medan didapatkan penderita yang
mengalami patah tulang dari periode januari 2005 sampai maret 2007 sebanyak 846 orang. Penderita paling banyak adalah usia dewasa muda,
yaitu usia 15 tahun sampai dengan 50 tahun. Laki - laki lebih banyak dibandingkan wanita dan bagian tubuh yang paling banyak menderita
fraktur yaitu anggota gerak bawah Moesbar,200 7
Fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar dibagi atas;fraktur terbuka dan fraktur tertutup . Fraktur terbuka adalah fraktur yang
mempunyai hubungan fragmen fraktur dengan dunia luar, baik ujung fragmen fraktur tersebut yang menembus dari dalam hingga kepermukaan
kulit atau kulit dipermukaan mengalami penetrasi suatu objek yang tajam dari luar hingga kedalam Salter
, 1994
Universitas Sumatera Utara
Dikarenakan adanya hubungan dengan dunia luar, maka pada fraktur terbuka sering terjadi komplikasi berupa infeksi. Insidensi terjadinya
infeksi pada luka fraktur terbuka bervariasi. Dilaporkan jumlah infeksi pada fraktur terbuka di Rumah Sakit
Kanton Hospital .Departemen of surgery of Basel University.
Dari 214 kasus fraktur terbuka maka grade
I 41 , grade
II 11 dan grade
III 15. Pada kasus ini, 65 adalah fraktur pada daerah ekstremitas bawah, setelah dilakukan pemeriksaan didapat angka infeksi
superfisial 4,5, infeksi jaringan bagian dalam 3 ,
sedangkan osteoitis didapat 7 Seekamp
, 2000 . Fraktur terbuka mudah mengalami infeksi, maka penanganan luka, pada
pada, fraktur terbuka harus benar. Pemberian antibiotika dan debridement
memegang peranan penting untuk mencegah infeksi Gustilo , 1993 .
Fraktur terbuka yang dilakukan penanganan debridement
dibawah 6 jam, memperlihatkan tidak ada perbedaan bermakna antara pola kuman sebelum
dan sesudah debridement . Dengan kuman yang paling banyak dijumpai yaitu
Staphylococus Parikh , 2003 .
Di RSUP Sarjito Yogyakarta didapatkan dari 92 penderita fraktur terbuka, didapatkan tidak dijumpai perbedaan pola kuman sebelum dan sesudah
Universitas Sumatera Utara
dilakukan penanganan debridement
dengan waktu penanganan dibawah 6 jam. Dengan kuman yang paling banyak dijumpai
Staphylococus 37 ,
Pseudomonas 12 serta
Klebsiella 5 Setyawan , 2003 .
Dari 31 penderita fraktur terbuka di RSUP Sanglah Denpasar didapatkan adanya perbedaan pola kuman yang dijumpai sebelum dan sesudah dilakukan
debridement , dengan waktu penanganan dibawah 8 jam. Kuman yang paling
banyak sebelum debridement
yaitu Pseudomonas
35 dan Staphylococus 15, Sedang sesudah
debridement yang paling banyak adalah
Staphylococus 29 dan
Pseudomonas 13 Eka , 2006 .
1.2 Identifikasi Masalah